Hanna menatap layar ponselnya dengan ekspresi cemas yang tak tertahankan. Pesan terakhir yang dia terima dari Satya sudah lebih dari seminggu yang lalu, dan sejak itu, tak ada kabar lain. Pria itu, dengan rambut hitam yang teratur dan senyum yang membuatnya teringat akan almarhum suaminya, seakan le
Ponselnya berdering, memecah keheningan yang tegang. Shadow menghubunginya, ingin memastikan keadaan Hanna sebelum kedatangan David."Hanna, bagaimana keadaanmu? Apakah David sudah tiba?" tanya Shadow.Hanna dengan suara yang sedikit gemetar menjawab, "Belum. Aku sangat marah, Shadow. Mengapa dia ha
Hanna melangkah masuk ke kamar kecil berukuran 3x4 meter itu, membiarkan langkahnya terhenti sejenak di ambang pintu. Meskipun ruangan itu sempit, kehadiran Satya di sana membuatnya merasa hangat dan aman."Kau baik-baik saja di sini?" tanya Satya dengan lembut sambil menutup pintu di belakang merek
Perlahan, Satya mulai menelusupkan tongkat purbanya dan membenamkannya dalam liang ketat yang kini mulai bergerak menghisapnya."Ugh!""Besar ... keras."Keduanya pun akhirnya saling berlomba melayani hasrta mereka untuk mencapai puncak bersama. Desah dan lenguh terdengar diantara suara jiplakan pen
Hanna menatap ke arah kamar tidur kosannya. Suara langkah kakinya terdengar samar di lantai kayu yang reyot. Suaminya, Satya, masih tertidur pulas. Cahaya remang-remang menyinari wajahnya yang damai. Tetapi, hati Hanna terasa seperti diikat oleh beban yang tak terlalu ia pahami.Dia bergerak lambat,
Hanna duduk dengan gelisah, mencoba menjelaskan situasi yang telah mengganggu pikirannya kepada Cherry. Ruangan yang sebelumnya penuh kehangatan dan keceriaan, kini terasa dingin dan hampa."Cherry, aku tak bisa melupakan ketidakpastian ini. Keterlibatan David dalam insiden kematian Satya, itu tidak
Angin malam yang sejuk menerobos jendela apartemen Zeesha, menciptakan sentuhan dingin yang kontras dengan suasana di dalam ruangan yang memanas. Zeesha berdiri di tengah ruangan, tatapan matanya penuh dengan kekecewaan dan kemarahan yang sulit disamarkan. Seberkas cahaya remang-remang dari lampu di
Satya merem-melek, matanya terasa berat ketika sinar mentari menyelinap masuk lewat celah-celah tirai kamarnya yang tak tertutup rapat. Dengan tergesa-gesa, ia meraih ponselnya yang tergeletak di sisi tempat tidur. Berbinar-binar layar ponsel menunjukkan angka "07:45".Bentar lagi jam delapan! Pikir
Matahari pagi menyinari parkiran perusahaan dengan hangatnya. Satya turun dari mobilnya dengan pakaian formal yang rapi, siap memulai hari kerja yang baru. Langkahnya mantap menuju pintu masuk perusahaan, ketika tiba-tiba terdengar suara ceria yang memecah keheningan pagi."Hai, Papa!" teriak Hazel,
Satya merangkul Hanna dengan lembut, menyadari betapa lelahnya istrinya. Mereka berdua terbaring dalam keheningan, saat Satya mendekatkan bibirnya ke telinga Hanna. "Kamu hebat, Sayang. Terima kasih atas segala yang telah kamu lakukan hari ini. Aku sangat bersyukur memiliki kamu sebagai pasangan hi
"Tidurlah lagi, Hanna. Kau butuh istirahat yang cukup," kata Satya sambil menepuk lembut punggung Hanna. Hanna menggeleng lembut. "Tidak, aku ingin membantumu. Aku juga ingin menikmati momen bersama mereka." Satya tersenyum lembut, merasa begitu bersyukur memiliki seorang istri yang begitu peduli
Setiap pagi, cahaya matahari menyapa Satya dengan hangat di kamar tidurnya. Tawa kecil dari kedua bayi kembar yang terletak di tempat tidur mereka menggelitik hatinya. Dia memandang mereka dengan penuh kekaguman, seakan-akan melihat keajaiban yang tiada tara. "Hanna, lihatlah betapa indahnya pagi i
Pagi itu, suasana di ruangan bersalin terasa penuh haru dan kegembiraan. Hanna, wanita muda yang menjadi istri dari pewaris Soedibyo Group, sedang berjuang dalam proses kelahiran anak pertamanya. Dokter dan perawat bergerak cepat, memastikan bahwa semuanya berjalan lancar."Saya di sini, Hanna. Kamu
Kehadiran keluarga besar Soedibyo dalam acara baby shower Hanna menjadi sebuah penanda yang penting bagi Satya. Ini merupakan momen yang mengesankan karena keberadaannya yang diakui dan diterima sepenuhnya oleh keluarga besar kelas atas tersebut.Sebelumnya, Satya merasa sedikit cemas dan takut apak
Hari berganti menjadi minggu, dan minggu itu pun berubah menjadi bulan. Bagi Hanna, setiap detik yang berlalu adalah penuh dengan keajaiban. Dalam rahimnya, dua kehidupan kecil yang penuh dengan kebahagiaan terus tumbuh dengan sempurna. Setiap tendangan kecil yang dia rasakan menjadi pengingat akan
Meskipun melihat kondisi Hanna yang belum juga membaik, Satya merasa khawatir. Demam yang terus-menerus membuatnya semakin gelisah. Meskipun dokter sebelumnya memberikan penjelasan tentang penyebab demam, Satya tetap merasa perlu untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh guna mendapatkan informasi yang
Pagi itu, mentari mulai muncul dengan gemerlapnya, membangunkan Satya dari tidurnya yang nyenyak. Dia memandang istri tercintanya, Hanna, yang masih terlelap dengan damai di sampingnya. Dengan lembut, Satya mengusap mata Hanna dan mencium keningnya."Hanna, bangun sayang," bisik Satya dengan lembut