Hanna menatap ke arah kamar tidur kosannya. Suara langkah kakinya terdengar samar di lantai kayu yang reyot. Suaminya, Satya, masih tertidur pulas. Cahaya remang-remang menyinari wajahnya yang damai. Tetapi, hati Hanna terasa seperti diikat oleh beban yang tak terlalu ia pahami.Dia bergerak lambat,
Hanna duduk dengan gelisah, mencoba menjelaskan situasi yang telah mengganggu pikirannya kepada Cherry. Ruangan yang sebelumnya penuh kehangatan dan keceriaan, kini terasa dingin dan hampa."Cherry, aku tak bisa melupakan ketidakpastian ini. Keterlibatan David dalam insiden kematian Satya, itu tidak
Angin malam yang sejuk menerobos jendela apartemen Zeesha, menciptakan sentuhan dingin yang kontras dengan suasana di dalam ruangan yang memanas. Zeesha berdiri di tengah ruangan, tatapan matanya penuh dengan kekecewaan dan kemarahan yang sulit disamarkan. Seberkas cahaya remang-remang dari lampu di
Satya merem-melek, matanya terasa berat ketika sinar mentari menyelinap masuk lewat celah-celah tirai kamarnya yang tak tertutup rapat. Dengan tergesa-gesa, ia meraih ponselnya yang tergeletak di sisi tempat tidur. Berbinar-binar layar ponsel menunjukkan angka "07:45".Bentar lagi jam delapan! Pikir
Satya beradaptasi dengan kehidupan barunya di kantor hukum Stefani S. Ia memfokuskan diri pada tugasnya sebagai sopir, berusaha memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pekerjaan dan kehidupan di dalam kantor yang bergengsi ini.Pada suatu hari, di tengah-tengah kesibukannya, Satya disambut oleh
Langit senja menggelayuti kota ketika Satya menatap layar ponselnya yang berkedip-kedip menampilkan pesan singkat dari Zeesha. Sebuah permintaan tolong yang tak terduga, merayapi pikiran Satya yang sejenak terhenti di tengah keramaian trotoar Jakarta."Satya, tolong aku. David mengunci aku di aparte
Zeesha memandang Satya dengan campuran perasaan keterkejutan dan kekhawatiran. Benaknya berputar, mencoba menyusun potongan-potongan memori yang terputus."Saya... Saya tidak tahu bagaimana saya bisa sampai di sini," ujar Satya dengan raut wajah bingung yang tak bisa disembunyikan.Kegelisahan di ru
Dalam gemuruh kebingungan yang tak kunjung reda, Hanna masih memandang Satya dengan kekecewaan yang tak terbendung. Tatapan mereka bertautan, merangkai benang-benang kekecewaan dan penyesalan yang sulit diurai."Satya, aku..." Hanna terhenti, suaranya tercekat oleh perasaan campur aduk di dalamnya.