Share

Bab 72

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2025-01-31 15:55:28
Keira menatap ke luar jendela mobil dengan pikiran yang penuh. Jalanan yang mereka lalui mulai sepi, hanya ditemani deretan lampu jalan yang memancarkan cahaya redup.

Di sampingnya, Adrian tetap fokus pada kemudi, tetapi Keira bisa merasakan ketegangannya.

Keheningan di antara mereka terasa berat. Keira ingin berbicara, ingin bertanya lebih banyak, tetapi sesuatu dalam ekspresi Adrian membuatnya ragu.

“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” akhirnya Keira bertanya, suaranya nyaris berbisik.

Adrian menghela napas panjang sebelum menjawab, “Kita harus menemukan tempat yang benar-benar aman.

Mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang mereka inginkan.”

Keira menggigit bibir. “Dan apa yang mereka inginkan?”

Adrian terdiam sejenak, lalu menjawab, “Bukan sesuatu yang bisa aku jelaskan dalam satu kalimat.

Tapi mereka mengincarku karena sesuatu yang aku miliki… sesuatu yang juga melibatkanmu.”

Keira menoleh dengan dahi berkerut. “Melibatkanku? Maksudmu apa?”

Adr
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 73

    Keira dan Adrian terus berlari di antara pepohonan, napas mereka terengah-engah. Malam semakin pekat, dan hanya cahaya bulan yang menjadi penerang langkah mereka. Keira merasakan ranting-ranting tajam mencakar kulitnya, tapi ia tidak peduli. Yang ada di pikirannya hanya satu: mereka harus menjauh dari kabin itu. Adrian menggenggam tangannya erat, menuntunnya melewati semak-semak tinggi. Mereka tidak tahu siapa yang mengejar mereka, tapi jelas orang-orang itu bukan orang baik. “Tunggu…” Keira terengah, menarik tangan Adrian agar berhenti. “Kita… harus pikirkan… ke mana kita pergi.” Adrian mengedarkan pandangan ke sekeliling, memastikan tidak ada tanda-tanda bahaya sebelum menoleh ke arah Keira. “Ada gua di sisi utara hutan ini. Kita bisa bersembunyi di sana sampai fajar.” Keira mengangguk, menahan rasa takut yang masih menggigit pikirannya. Mereka melanjutkan perjalanan, kali ini lebih hati-hati. Langkah mereka pelan, berusaha menghindari suara yang bisa menarik perhatian

    Last Updated : 2025-01-31
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 74

    Keira duduk terdiam, memandangi mulut gua yang masih gelap. Angin malam mengalir masuk, membawa aroma tanah basah dan kesunyian yang dalam. Suasana terasa semakin menegangkan, tetapi Keira merasa ada kedamaian aneh yang mengalir dari dalam dirinya, berkat kehadiran Adrian di sampingnya. Adrian, yang duduk bersandar di dinding gua, menatap Keira dengan perhatian penuh. Ia bisa merasakan ketegangan di tubuh Keira, meskipun ia berusaha untuk menyembunyikan ketakutannya. Tanpa berbicara, Adrian meraih tangan Keira, memberi isyarat agar mereka tetap terhubung. Keira menatap tangannya sejenak, merasakan kehangatan yang luar biasa. Keira berusaha tersenyum, meskipun dalam hatinya masih ada rasa takut yang mendalam. “Kita harus keluar dari sini, kan?” tanya Keira, suara lembutnya menggema di dalam gua. Adrian menatapnya serius, seolah mempertimbangkan kata-kata Keira. “Kita akan keluar, Keira. Aku janji. Tapi kita harus lebih hati-hati. Mereka masih mencari kita.” Keira menga

    Last Updated : 2025-02-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 75

    Suara langkah kaki itu semakin jelas terdengar, semakin mendekat, dan Keira merasakan ketegangan yang hampir tidak bisa ditahannya lagi. Dia menggenggam tangan Adrian lebih erat, tubuhnya bergetar. Dalam hati, Keira terus berdoa agar mereka memiliki cukup waktu untuk merencanakan langkah selanjutnya. Adrian menatapnya dengan mata yang penuh keyakinan, meskipun Keira tahu betul bahwa di dalam dirinya sendiri, ada ketakutan yang sama. Mereka berdua sadar bahwa setiap keputusan yang mereka buat sekarang bisa berakibat fatal. "Aku akan bergerak pertama," kata Adrian, suaranya tenang namun tegas. "Jika mereka mulai mendekat, kita tidak punya pilihan selain bertindak." Keira mengangguk, meskipun perasaan cemas terus menyelimuti dirinya. Dia tahu, meskipun Adrian terlihat tenang, dia juga sedang menghitung risiko dengan cermat. Mereka tidak bisa lari. Jika mereka ingin keluar dari situasi ini, mereka harus menghadapi para pengejar mereka secara langsung. Suara langkah kaki itu

    Last Updated : 2025-02-01
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 76

    Keira berdiri di ambang pintu, menatap Adrian yang masih terpaku di kursi kerjanya. Sesekali, pandangannya melirik layar laptop, tapi pikirannya jelas jauh, terhanyut dalam sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang lebih berat. Tiba-tiba, Adrian mengangkat kepala dan tersenyum, meskipun senyuman itu tidak sepenuhnya mencerminkan perasaan yang ada dalam hatinya. "Kau datang juga," ujarnya lembut, matanya mencari-cari keberanian di balik wajah Keira yang sedikit tertutup oleh rambut yang menjuntai. Keira menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum melangkah mendekat. Ada banyak hal yang perlu dibicarakan, banyak hal yang harus dipahami bersama. “Ada yang ingin aku bicarakan,” kata Keira dengan suara yang lebih rendah dari biasanya. Adrian mengangguk, tanda dia siap mendengarkan. Tetapi Keira hanya berdiri diam untuk beberapa saat, merenung. Pandangannya menyapu sekeliling ruangan, menyusuri barang-barang yang tidak pernah ia sentuh sebelumnya, tapi kini terasa se

    Last Updated : 2025-02-02
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 77

    Pagi itu terasa berbeda. Keira memandangi dirinya di cermin dengan tatapan kosong. Beberapa minggu telah berlalu sejak pertemuan terakhirnya dengan Adrian, dan meskipun ia merasa telah mengambil langkah yang benar, hati kecilnya masih gelisah. Ia tahu keputusan itu bukanlah hal yang mudah, dan dampaknya terasa hingga hari ini. Hari demi hari, rutinitasnya kembali berjalan, tetapi sesuatu dalam dirinya terasa hilang. Keira merasakan kesepian yang luar biasa. Meski berusaha sibuk dengan pekerjaan dan berbagai kegiatan lainnya, perasaan hampa itu selalu muncul di sela-sela waktu luangnya. Setiap kali ia melewati tempat-tempat yang dulu sering dikunjungi bersama Adrian, hatinya kembali teringat masa-masa indah yang mereka bagi. Namun, benaknya tahu, mereka berdua membutuhkan waktu untuk menemukan jalan masing-masing. Keira menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikiran yang berkecamuk. Ia tahu, jika tidak segera menghadapinya, perasaan ini hanya akan menggerogoti dir

    Last Updated : 2025-02-03
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 78

    Pagi itu, Keira bangun dengan perasaan campur aduk. Matahari yang masuk melalui tirai kamar membuatnya merasa sedikit lebih baik, tetapi hati yang berat tetap menggelayuti pikirannya. Setelah percakapan dengan Adrian kemarin, banyak hal yang terpendam mulai kembali mengemuka. Ada banyak hal yang perlu diproses, namun Keira tahu satu hal: dia tidak bisa terus hidup dalam keraguan. Setiap keputusan yang diambil harus datang dari tempat yang jujur, baik untuk dirinya maupun untuk orang-orang di sekitarnya. Meskipun ia merasa bingung, Keira tahu bahwa hari ini adalah hari yang penting. Hari yang bisa mengubah segala sesuatu. Keira sudah bertekad untuk menemui Adrian dan membicarakan langkah selanjutnya. Mereka telah memutuskan untuk memberikan ruang, tetapi sekarang, ruang itu terasa semakin sempit, dan Keira tak bisa terus bersembunyi di dalamnya. Pagi itu, Keira mengenakan pakaian kasual favoritnya, sesuatu yang nyaman namun tetap memberikan kesan bahwa dia siap menghadap

    Last Updated : 2025-02-04
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 79

    Hari itu, angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membawa aroma segar dari taman yang masih segar setelah hujan semalam. Keira melangkah dengan langkah tenang, matanya menyapu sekitar taman yang luas. Ia merasa ringan, seperti ada beban yang akhirnya terangkat dari pundaknya. Semalam adalah malam yang penuh pengertian, dan meskipun mereka berdua masih harus banyak belajar, Keira merasa seolah-olah sebuah babak baru dalam hidup mereka dimulai. Adrian berjalan di sampingnya, tidak terlalu dekat, namun cukup dekat untuk saling berbagi kedamaian yang kini mengisi ruang di antara mereka. Tidak ada kata-kata yang perlu diucapkan saat itu. Keira tahu, begitu juga Adrian, bahwa kata-kata tidak selalu diperlukan ketika perasaan sudah berbicara dengan jujur. Keira berhenti sejenak, menatap ke arah langit biru yang cerah. Senyum tipis tersungging di bibirnya. “Aku merasa kita bisa melalui ini, Adrian. Aku merasa lebih percaya diri tentang kita,” katanya dengan suara lembut. Adrian m

    Last Updated : 2025-02-04
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 80

    Keira berdiri di depan jendela kaca besar apartemennya, memandangi gemerlap lampu kota yang berkedip di kejauhan. Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya, seolah angin pun enggan berbisik. Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan tentang Adrian, tentang semua kejadian yang mereka alami belakangan ini. Ada sesuatu yang mengganjal, sesuatu yang belum bisa ia pecahkan. Adrian, di sisi lain, tengah duduk di meja kerjanya, tangannya sibuk mengetik di layar holografis. Informasi mengenai proyek rahasia yang ia selidiki terus bermunculan, membentuk pola yang semakin jelas. Namun, ada satu celah yang masih belum ia temukan. Sesuatu yang membuatnya merasa ada ancaman yang lebih besar dari yang ia duga. Telepon Keira bergetar di meja, mengusik lamunannya. Ia meraih perangkat itu dan melihat nama Adrian terpampang di layar. Dengan sedikit ragu, ia menggeser ikon hijau. "Ada apa?" tanyanya, suaranya terdengar lebih lembut dari yang ia maksudkan. "Aku menemukan sesuatu, tapi

    Last Updated : 2025-02-05

Latest chapter

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 232

    Matahari pagi membuka hari dengan sinar lembut yang mengusir embun dan membangkitkan semangat baru. Di Taman Pulih yang kini telah menjadi saksi pergerakan hidup bersama, setiap sudutnya bercerita—tentang perjuangan, tentang mimpi yang diberdayakan oleh tangan-tangan penuh cinta, dan tentang keberanian yang menorehkan satu jejak abadi.Di ujung taman, Keira dan Adrian bersama-sama mengadakan acara kecil yang mengundang warga dari berbagai penjuru kota. Di tengah-tengah panggung sederhana yang dihiasi lampu-lampu tenaga surya dan rangkaian bunga-bunga segar, mereka berbagi kisah perjalanan hidup yang terukir dalam setumpuk kenangan."Setiap langkah, setiap tawa, setiap air mata—semua itu adalah bagian dari cerita kita," ujar Adrian di hadapan kerumunan yang terpaku dalam keheningan penuh harap. "Hari ini, kita rayakan bukan hanya apa yang telah terjadi, tapi juga apa yang akan terus kita bangun bersama."Sorak-sorai dan tepuk tangan hangat mengalun, seolah alam pun turut merayakan

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 231

    Di pagi yang cerah, seolah alam sendiri ingin menyambut babak baru dalam hidup mereka, kota kecil itu terasa lebih hidup dari sebelumnya. Taman Pulih, yang sudah menjadi simbol perjuangan dan harapan, kini beriak dengan kegiatan yang penuh warna. Di sinilah titik temu cerita—bukan lagi persimpangan antara masa lalu dan masa depan, melainkan sebagai saksi perjalanan setiap insan yang telah melewati badai dan menemukan cahaya.Di Taman Pulih, Keira dan Adrian duduk di bangku kayu yang sama sejak lama. Di sekeliling mereka, para penduduk berkumpul; ada yang membawa makanan, ada pula yang menyuguhkan alunan musik akustik sederhana. Anak-anak berlarian sambil tertawa, menyisipkan cerita baru di antara gemerisik dedaunan.“Lihat, Kang,” ujar Keira sambil menunjuk ke arah sekelompok remaja yang sedang bermain alat musik hasil kreativitas mereka dari barang bekas. “Dunia ini terus mengajarkan kita untuk memulai dari nol, tapi selalu ada keindahan di setiap langkahnya.”Adrian mengangguk,

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 230

    Setahun setelah malam penuh bintang dan janji yang tersulam dalam keheningan, dunia yang telah tersingkap dari luka masa lalu kini menunjukkan tanda-tanda perubahan yang lebih segar lagi. Di jantung kota kecil, Taman Pulih yang dulu hanya sebatas gagasan di atas kertas, kini telah menjadi oasis kehidupan—ruang yang mengundang tawa, perbincangan, dan harapan baru.Di pojok taman, Keira berdiri di bawah naungan pohon kenari yang dulu ia tanam bersama Adrian. Setiap helai daunnya menyatu bercerita tentang kerja keras, keberanian, dan keyakinan yang tak pernah padam. Di depan matanya, sekumpulan anak-anak tengah bermain, membuat kreasi dari daun kering dan ranting kecil. Tawa mereka seakan mengukir jejak kecil di tanah yang telah lama dirawat.Adrian, yang kini aktif membantu pembangunan komunitas, terlihat sibuk mendampingi para relawan yang sedang memasang instalasi lampu tenaga surya di sudut taman. “Setiap kilau lampu itu adalah cermin jiwa yang kembali bersinar,” gumamnya sambil

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 229

    Langit pagi membawa aroma embun dan tanah yang baru digarap. Di kejauhan, suara anak-anak dari sekolah dasar terdengar samar, bercampur dengan deru sepeda yang melintasi jalan kecil berkerikil. Dunia sudah tak lagi penuh gema peringatan bahaya—tapi gema tawa dan kehidupan.Di dapur rumah kecil itu, Keira sedang melipat surat-surat yang masuk minggu ini—bukan dari pejabat atau lembaga internasional, tapi dari orang-orang biasa: seorang guru di pelosok yang terinspirasi untuk mengajar coding dasar; seorang ibu yang kini bekerja di perpustakaan komunitas; seorang anak remaja yang baru saja memenangkan lomba inovasi pertanian.Semua surat itu ditaruh Keira di dalam sebuah kotak kayu berukir sederhana. Di bagian depan kotak itu, tertulis satu kata dengan tangan: “Ingatan.”Adrian masuk dengan membawa sekeranjang hasil panen pertama mereka—tomat, selada, dan dua buah paprika yang tumbuh lucu mirip huruf “A” dan “K”.“Lihat ini, kayaknya sayuran kita bisa ikut lomba fashion,” ujarnya samb

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 228

    Pagi itu, aroma kayu basah dan tanah yang baru disiram memenuhi udara. Kabut tipis masih menggantung di kebun belakang, tempat Keira menanam pohon kecil kemarin sore—pohon kenari yang diberikan oleh salah satu murid Samantha sebagai hadiah syukur.Keira berdiri diam di depannya, memandangi batang muda itu yang tampak rapuh namun penuh harapan."Aku belum pernah menanam pohon sebelumnya," katanya pelan ketika Adrian mendekat dari belakang, memeluk pinggangnya sambil menyandarkan dagu di pundaknya.“Tapi kamu tahu cara menumbuhkan sesuatu,” bisik Adrian, “karena kamu tahu cara menjaga.”Keira menyandarkan kepalanya ke bahu suaminya. “Pohon ini akan tumbuh tinggi nanti. Mungkin anak kita akan panjat dia, atau duduk di bawahnya baca buku. Tapi yang paling penting… dia akan tumbuh dari rumah ini.”Adrian mengangguk, membayangkan masa depan yang terasa jauh lebih dekat daripada sebelumnya.Samantha berdiri di bawah pohon besar di halaman belakang pusat pelatihannya. Beberapa siswa sedang

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 227

    Rumah kecil di pinggiran kota itu jauh dari kata mewah. Dindingnya sederhana, dikelilingi pagar kayu yang mulai dipanjati tanaman rambat. Tapi di dalamnya, setiap sudut memancarkan ketenangan. Di teras depan, Keira sedang menyiram bunga-bunga yang kini tumbuh subur. Tangannya lembut mengusap daun yang basah, sementara angin sore membelai rambutnya yang digelung santai.“Kalau kamu terus menyiram mereka segitu telatnya, nanti bisa tumbuh akar hati di situ,” goda Adrian dari pintu depan, membawa dua cangkir teh hangat.Keira tertawa pelan. “Kalau bisa, kenapa nggak? Setidaknya rumah ini jadi hidup.”Mereka duduk berdua di bangku panjang yang terbuat dari kayu daur ulang. Tak ada suara selain cicit burung dan desir angin. Dunia tak lagi berisik seperti dulu. Tanpa ancaman, tanpa kejaran. Hanya hidup... dan harapan.Di dalam rumah, tembok-temboknya dipenuhi foto—bukan foto kemenangan atau upacara penghargaan, tapi foto-foto kecil: senyum mereka di dapur, jejak kaki di taman saat hujan,

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Ba 226

    Pagi yang lembut menyambut markas perjuangan dengan sinar matahari keemasan yang mengintip malu-malu di antara dedaunan. Aroma embun masih menggantung di udara, dan suasana yang sebelumnya penuh riuh sorak kemenangan kini berubah menjadi ketenangan yang syahdu. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, tidak ada rapat darurat, tidak ada rencana pengamanan, dan tidak ada ketegangan yang menanti di ujung malam.Keira membuka jendela besar ruang tengah. Angin pagi menyapa wajahnya dengan lembut, membawa harum bunga liar yang bermekaran di taman depan. Ia menghela napas pelan, seolah ingin menyerap seluruh keheningan damai itu ke dalam dada. Di belakangnya, Adrian berjalan mendekat, memeluknya dari belakang tanpa kata.“Seperti mimpi, ya?” bisik Keira.Adrian mengangguk, dagunya bertumpu di bahu Keira. “Tapi ini nyata. Kita di sini, setelah semua luka dan perjuangan.”Mereka berdiri dalam diam beberapa saat, menikmati pagi yang berbeda. Bukan pagi yang diburu oleh ketakutan, tapi pag

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 225

    Malam itu, langit di atas kota tampak seperti kanvas hitam yang dihiasi oleh ribuan bintang, seolah-olah alam pun turut serta dalam perayaan perubahan yang telah diraih oleh generasi baru. Di markas reformasi yang telah lama menjadi saksi perjuangan, seluruh anggota tim—Adrian, Keira, Samantha, Dylan, dan para relawan—berkumpul untuk merayakan bab terakhir dari perjalanan panjang mereka. bukan hanya penutup dari kisah perlawanan melawan ketidakadilan, melainkan juga sebuah janji abadi bahwa kebenaran, keadilan, dan cinta akan terus hidup di hati setiap orang.Di ruang utama markas, dinding-dinding yang dulu suram kini dipenuhi dengan foto-foto momen krusial, potret-potret perlawanan, dan kutipan-kutipan inspiratif yang mengisahkan perjalanan dari kegelapan menuju cahaya. Layar digital besar menampilkan peta nasional yang kini menandai keberadaan program-program pemberdayaan, pusat-pusat pendidikan, dan jaringan relawan yang tersebar dari kota besar hingga pelosok desa. Semuanya ad

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 224

    Malam itu, langit dipenuhi ratusan bintang berkelip, seolah-olah alam pun merayakan puncak perjalanan yang telah ditempuh. Di markas reformasi yang kini telah menjadi simbol keabadian perjuangan, seluruh tim—Adrian, Keira, Samantha, Dylan, dan semua relawan—duduk bersama dalam keheningan penuh makna. Malam itu bukan lagi tentang pertempuran, melainkan tentang refleksi, rasa syukur, dan pengharapan yang tak terpadamkan.Di ruang utama, di tengah dinding yang dihiasi foto-foto perjuangan dan kutipan inspiratif dari perjalanan panjang mereka, Adrian berdiri di depan seluruh hadirin. Suaranya tenang namun tegas, “Kita telah menyalakan obor kebenaran yang menerangi jalan bagi seluruh negeri. Perjuangan kita telah membuka mata dunia, dan hari ini, kita berdiri di ambang masa depan yang lebih adil. "Tapi lebih dari itu, kita telah menuliskan warisan—warisan tentang keberanian, tentang cinta, dan tentang keadilan yang akan hidup selamanya.”Sorakan memenuhi ruangan, namun di balik itu, k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status