Share

Bab 77

Penulis: Zayba Almira
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 16:52:30
Pagi itu terasa berbeda. Keira memandangi dirinya di cermin dengan tatapan kosong.

Beberapa minggu telah berlalu sejak pertemuan terakhirnya dengan Adrian, dan meskipun ia merasa telah mengambil langkah yang benar, hati kecilnya masih gelisah.

Ia tahu keputusan itu bukanlah hal yang mudah, dan dampaknya terasa hingga hari ini.

Hari demi hari, rutinitasnya kembali berjalan, tetapi sesuatu dalam dirinya terasa hilang. Keira merasakan kesepian yang luar biasa.

Meski berusaha sibuk dengan pekerjaan dan berbagai kegiatan lainnya, perasaan hampa itu selalu muncul di sela-sela waktu luangnya.

Setiap kali ia melewati tempat-tempat yang dulu sering dikunjungi bersama Adrian, hatinya kembali teringat masa-masa indah yang mereka bagi.

Namun, benaknya tahu, mereka berdua membutuhkan waktu untuk menemukan jalan masing-masing.

Keira menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikiran yang berkecamuk. Ia tahu, jika tidak segera menghadapinya, perasaan ini hanya akan menggerogoti dir
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 78

    Pagi itu, Keira bangun dengan perasaan campur aduk. Matahari yang masuk melalui tirai kamar membuatnya merasa sedikit lebih baik, tetapi hati yang berat tetap menggelayuti pikirannya. Setelah percakapan dengan Adrian kemarin, banyak hal yang terpendam mulai kembali mengemuka. Ada banyak hal yang perlu diproses, namun Keira tahu satu hal: dia tidak bisa terus hidup dalam keraguan. Setiap keputusan yang diambil harus datang dari tempat yang jujur, baik untuk dirinya maupun untuk orang-orang di sekitarnya. Meskipun ia merasa bingung, Keira tahu bahwa hari ini adalah hari yang penting. Hari yang bisa mengubah segala sesuatu. Keira sudah bertekad untuk menemui Adrian dan membicarakan langkah selanjutnya. Mereka telah memutuskan untuk memberikan ruang, tetapi sekarang, ruang itu terasa semakin sempit, dan Keira tak bisa terus bersembunyi di dalamnya. Pagi itu, Keira mengenakan pakaian kasual favoritnya, sesuatu yang nyaman namun tetap memberikan kesan bahwa dia siap menghadap

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 79

    Hari itu, angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membawa aroma segar dari taman yang masih segar setelah hujan semalam. Keira melangkah dengan langkah tenang, matanya menyapu sekitar taman yang luas. Ia merasa ringan, seperti ada beban yang akhirnya terangkat dari pundaknya. Semalam adalah malam yang penuh pengertian, dan meskipun mereka berdua masih harus banyak belajar, Keira merasa seolah-olah sebuah babak baru dalam hidup mereka dimulai. Adrian berjalan di sampingnya, tidak terlalu dekat, namun cukup dekat untuk saling berbagi kedamaian yang kini mengisi ruang di antara mereka. Tidak ada kata-kata yang perlu diucapkan saat itu. Keira tahu, begitu juga Adrian, bahwa kata-kata tidak selalu diperlukan ketika perasaan sudah berbicara dengan jujur. Keira berhenti sejenak, menatap ke arah langit biru yang cerah. Senyum tipis tersungging di bibirnya. “Aku merasa kita bisa melalui ini, Adrian. Aku merasa lebih percaya diri tentang kita,” katanya dengan suara lembut. Adrian m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 80

    Keira berdiri di depan jendela kaca besar apartemennya, memandangi gemerlap lampu kota yang berkedip di kejauhan. Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya, seolah angin pun enggan berbisik. Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan tentang Adrian, tentang semua kejadian yang mereka alami belakangan ini. Ada sesuatu yang mengganjal, sesuatu yang belum bisa ia pecahkan. Adrian, di sisi lain, tengah duduk di meja kerjanya, tangannya sibuk mengetik di layar holografis. Informasi mengenai proyek rahasia yang ia selidiki terus bermunculan, membentuk pola yang semakin jelas. Namun, ada satu celah yang masih belum ia temukan. Sesuatu yang membuatnya merasa ada ancaman yang lebih besar dari yang ia duga. Telepon Keira bergetar di meja, mengusik lamunannya. Ia meraih perangkat itu dan melihat nama Adrian terpampang di layar. Dengan sedikit ragu, ia menggeser ikon hijau. "Ada apa?" tanyanya, suaranya terdengar lebih lembut dari yang ia maksudkan. "Aku menemukan sesuatu, tapi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 81

    Ruangan itu masih dipenuhi suara ketikan cepat Zane di keyboardnya. Monitor-monitor di depannya menampilkan barisan kode yang semakin lama semakin jelas. Keira duduk di tepi meja, matanya terpaku pada layar, sementara Adrian berdiri dengan tangan terlipat, berpikir cepat. Zane menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu bersiul pelan. "Wow... kalian tidak akan percaya ini." Keira dan Adrian menoleh bersamaan. "Apa yang kau temukan?" tanya Adrian dengan nada serius. Zane menunjuk layar utama. "Enkripsi ini berasal dari sistem yang digunakan oleh kelompok rahasia. Biasanya, kode semacam ini digunakan dalam operasi militer atau jaringan bawah tanah yang sangat eksklusif. Dan yang lebih mengejutkan... ada jejak digital yang mengarah ke organisasi yang selama ini kita curigai." Keira mendekat, membaca barisan informasi yang tertera di layar. "Organisasi ini... mereka yang selama ini menarik benang di balik semua kejadian?" Adrian menarik napas dalam. "Bisa jadi. Tapi ki

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 82

    Mobil hitam itu melaju kencang melewati jalanan kota yang masih basah setelah hujan. Keira melirik ke luar jendela, memastikan bahwa tidak ada kendaraan yang mengikuti mereka. Zane, yang duduk di kursi belakang, masih berusaha mengatur napasnya setelah aksi penyelamatan barusan. Adrian tetap fokus pada layar kecil di lengannya, memperhatikan data yang baru saja mereka peroleh. "Aretha, periksa jalur belakang. Pastikan tidak ada yang membuntuti," perintahnya. Suara asisten virtual itu terdengar di sistem komunikasi mereka. "Memindai... Tidak ada kendaraan yang terdeteksi dalam radius dua kilometer. Namun, aku mendeteksi aktivitas mencurigakan di persimpangan berikutnya. Ada kemungkinan mereka sedang mengatur blokade." Keira langsung menoleh ke Adrian. "Kalau begitu, kita harus keluar sebelum terlambat." Adrian berpikir cepat. "Kita ambil jalur alternatif. Aretha, arahkan kita ke rute yang lebih aman." "Menghitung ulang... Belok kanan di 300 meter, lalu gunakan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 83

    Kilatan cahaya dari lampu jalan berpendar di genangan air hujan yang masih tersisa di trotoar. Malam ini, udara dingin menggigit, tapi bagi Adrian, Keira, dan Zane, ini adalah waktu yang tepat untuk bergerak. Mereka berdiri di seberang gedung target—pusat keuangan organisasi bayangan yang selama ini mereka buru. Bangunan itu tinggi dengan kaca hitam mengilap, dikelilingi pengamanan ketat. Zane mengetik sesuatu di tablet kecilnya, lalu menoleh ke Adrian. "Sistem keamanan utama ada di lantai 15. Kita harus masuk dari sisi utara, ada jalur ventilasi yang bisa kita manfaatkan." Adrian mengangguk. "Keira, kau tetap di luar untuk memantau. Jika ada pergerakan mencurigakan, beri kami sinyal." Keira tidak langsung menjawab. Ia menatap gedung itu, lalu menoleh ke Adrian dengan ekspresi serius. "Kau yakin ini tidak terlalu berisiko? Jika kita ketahuan, kita bisa kehilangan semua yang sudah kita kumpulkan." Adrian tersenyum tipis. "Justru karena itu kita harus melakukannya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 84

    Langit sore mulai meredup saat Adrian berdiri di depan sebuah bangunan tua yang tertutup debu. Cahaya jingga matahari yang hampir tenggelam menyorot kaca jendela yang retak, memantulkan bayangan samar-samar wajahnya. Hatinya berdebar. Ini adalah tempat yang selama ini hanya ada dalam potongan-potongan ingatannya. Keira berdiri di sampingnya, menggenggam tangan Adrian erat. Tatapannya tajam, penuh tanya. “Kau yakin ini tempatnya?” Adrian mengangguk perlahan. “Aku ingat setiap detailnya. Pintu kayu dengan ukiran ini… jendela yang sedikit miring… Bahkan bau tanah yang lembap ini. Tempat ini pernah menjadi saksi sesuatu yang penting.” Keira menghela napas panjang. “Kalau begitu, mari kita masuk.” Mereka mendorong pintu kayu yang berderit keras. Ruangan di dalamnya gelap dan berdebu. Cahaya matahari yang tersisa masuk melalui celah di atap, menciptakan bayangan-bayangan panjang yang bergerak pelan di dinding. Adrian melangkah ke tengah ruangan, matanya menyapu setiap s

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 85

    Malam terus beranjak larut, tetapi hati Adrian dan Keira masih belum menemukan ketenangan. Gedung tua yang berdiri kokoh di belakang mereka seolah menjadi saksi bisu atas pergulatan batin yang mereka alami. Dokumen yang tadi ditemukan Adrian bukan hanya sekadar kertas bertuliskan nama dan angka, tetapi sebuah kenyataan yang mengubah segalanya. "Aku harus menemui ibuku," suara Adrian terdengar dalam keheningan. Keira menoleh, mencoba membaca ekspresi lelaki itu. "Sekarang?" Adrian mengangguk. "Aku butuh jawaban. Dia adalah satu-satunya orang yang bisa menjelaskan semuanya." Mereka pun masuk ke dalam mobil, melaju melewati jalanan kota yang lengang. Di sepanjang perjalanan, Keira bisa merasakan ketegangan di udara. Tangan Adrian mencengkeram kemudi lebih erat dari biasanya, rahangnya mengeras menahan emosi yang berkecamuk. "Kau yakin siap untuk ini?" tanya Keira pelan. Adrian menoleh sekilas. "Aku harus siap." Sesampainya di rumah keluarga Adrian, suasana terasa lebi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07

Bab terbaru

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 93

    Langit senja mulai berubah gelap saat Adrian berdiri di tepi bukit, memandangi kota di kejauhan yang diterangi cahaya lampu. Angin berembus pelan, membawa aroma tanah yang lembap setelah hujan ringan sore tadi. Keira berdiri di sampingnya, diam-diam mengamati ekspresi Adrian yang tampak serius."Sepertinya kau masih memikirkan semuanya," ujar Keira lembut, tangannya menggenggam jaketnya erat karena hawa mulai dingin.Adrian menarik napas dalam, membiarkan udara memenuhi dadanya sebelum perlahan menghembuskannya. "Ada banyak hal yang masih harus kupastikan," katanya dengan suara tenang, tapi ada ketegangan tersirat dalam nadanya. "Setiap langkah yang kita ambil sekarang akan menentukan apa yang terjadi selanjutnya."Keira mengangguk, memahami maksudnya. Mereka telah mencapai titik kritis dalam perjalanan ini—misteri yang mereka kejar semakin dekat dengan jawaban, tapi juga semakin berbahaya.Tiba-tiba, di kejauhan, suara gemerisik te

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 92

    Hujan gerimis mulai turun, menciptakan ritme pelan yang menghantam kaca jendela gedung tua yang kini menjadi saksi bisu pertarungan mental di antara mereka. Udara dingin menusuk kulit, bercampur dengan aroma tanah basah yang semakin mempertegas suasana mencekam di ruangan itu.Di luar, suara deru mobil terdengar samar, mendekati area bangunan terbengkalai yang kini menjadi tempat pertemuan mereka. Namun, di dalam ruangan, keheningan terasa begitu berat.Adrian berdiri tegap, tatapannya tajam menelusuri wajah pria berjas hitam yang kini melangkah perlahan ke arah mereka. Sorot mata pria itu penuh kepastian, seolah ia telah merencanakan setiap kemungkinan yang akan terjadi.Keira menggigit bibirnya, menatap pria itu dengan penuh kebencian. "Apa kau pikir semua ini hanya permainan?"Pria itu menyeringai tipis. "Segala sesuatu yang besar selalu diawali dengan pengorbanan, nona Keira. Kau seharusnya sudah tahu itu."Adrian mengepalka

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 91

    Gua kecil yang mereka tempati terasa sunyi. Hanya suara napas mereka yang masih terengah setelah pelarian panjang tadi. Di luar, angin malam berembus, membawa suara dedaunan yang berbisik samar. Alexander duduk bersandar pada dinding batu, sorot matanya kosong, seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri. Kata-katanya barusan masih menggema di kepala mereka semua. "Ada lebih banyak sepertiku." Adrian menyandarkan punggungnya ke dinding gua, kedua tangannya terlipat di depan dada. “Jelaskan lebih lanjut, Alexander. Maksudmu... ada eksperimen lain selain dirimu?” Alexander menatapnya sejenak, lalu mengangguk. “Ya. Aku bukan satu-satunya yang diciptakan. Ada yang lain. Dan mereka masih tertidur.” Keira menelan ludah. “Tertidur?” Alexander menarik napas dalam sebelum menjelaskan. “Sebelum aku kabur dari laboratorium, aku sempat melihat sesuatu di database mereka. Ada total lima eksperimen yang berhasil. Aku adalah yang keempat. Tapi tiga lainnya masih dalam kondisi stasi

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 90

    Adrian dan timnya berlari melewati jalan setapak yang tersembunyi di tengah hutan. Nafas mereka memburu, tetapi mereka tidak bisa berhenti. Ledakan di pabrik tua tadi masih menggema di kejauhan, sementara Viktor dan pasukannya pasti sudah mulai memburu mereka. “Terus maju! Jangan berhenti!” seru Adrian. Keira membantu Alexander yang hampir tersandung akar pohon. “Kita harus cepat! Mereka pasti sudah mengepung jalan keluar utama!” Natasha memeriksa peta digital di perangkatnya. “Ada jalur ke arah barat yang bisa kita gunakan, tapi…” “Tapi apa?” tanya Gabriel dari belakang. Natasha menghela napas. “Jalur itu melewati reruntuhan laboratorium lama. Tidak ada yang tahu kondisinya sekarang.” Adrian langsung mengambil keputusan. “Kita ke sana. Setidaknya Viktor tidak akan menduga kita memilih jalur yang paling berbahaya.” Mereka bergegas menuju reruntuhan laboratorium yang tersembunyi di balik pepohonan rimbun. Saat mereka tiba di lokasi, suasana berubah drastis. Bangunan b

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 89

    Gua kecil yang mereka tempati terasa sunyi. Hanya suara napas mereka yang masih terengah setelah pelarian panjang tadi. Di luar, angin malam berembus, membawa suara dedaunan yang berbisik samar. Alexander duduk bersandar pada dinding batu, sorot matanya kosong, seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri. Kata-katanya barusan masih menggema di kepala mereka semua. "Ada lebih banyak sepertiku." Adrian menyandarkan punggungnya ke dinding gua, kedua tangannya terlipat di depan dada. “Jelaskan lebih lanjut, Alexander. Maksudmu... ada eksperimen lain selain dirimu?” Alexander menatapnya sejenak, lalu mengangguk. “Ya. Aku bukan satu-satunya yang diciptakan. Ada yang lain. Dan mereka masih tertidur.” Keira menelan ludah. “Tertidur?” Alexander menarik napas dalam sebelum menjelaskan. “Sebelum aku kabur dari laboratorium, aku sempat melihat sesuatu di database mereka. Ada total lima eksperimen yang berhasil. Aku adalah yang keempat. Tapi tiga lainnya masih dalam kondisi stasis

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 88

    Suara alarm bergema di seluruh ruangan, memantul di dinding logam dan menciptakan suasana tegang. Lampu merah darurat berkedip-kedip, memberikan efek bayangan yang berubah-ubah. Di tengah ruangan, Alexander berdiri diam, dikelilingi oleh cahaya biru yang berputar perlahan di sekitarnya. Adrian melangkah mendekat dengan hati-hati. “Alexander... kau bisa mendengarku?” Mata Alexander yang bersinar biru tajam menatap Adrian, sorotannya bercampur kebingungan dan keheranan. Namun, sebelum ia sempat menjawab, pintu ruangan terbuka dengan cepat. Beberapa petugas keamanan memasuki ruangan, membawa alat pertahanan canggih. “Jangan bergerak!” suara perintah terdengar tegas. Gabriel segera menarik Keira ke balik meja untuk perlindungan. Natasha, yang sejak awal bersiaga, mengeluarkan perangkat kecil dari sakunya, siap menghadapi situasi yang lebih buruk. Namun, sebelum situasi memanas, Alexander tiba-tiba mengangkat tangannya. Energi biru di sekelilingnya bergetar, lalu dal

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 87

    Mobil melaju melewati jalan bersalju, menuju pegunungan yang tersembunyi. Adrian duduk di kursi belakang bersama Keira, sementara Natasha mengemudikan dengan penuh konsentrasi. Gabriel, yang duduk di sampingnya, terus memperhatikan peta digital. “Laboratorium K-17 hanya beberapa kilometer lagi,” kata Gabriel, suaranya tegang. Adrian memandang ke luar jendela. Kabut tebal menyelimuti pegunungan, menciptakan suasana yang semakin mencekam. Hawa dingin masuk melalui celah kecil di jendela, menusuk kulit. Keira menarik mantel lebih erat. “Bagaimana kita bisa masuk ke dalam tanpa ketahuan?” Natasha tersenyum tipis sambil tetap fokus mengemudi. “Aku punya cara.” Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah titik di mana jalan aspal berubah menjadi jalur berbatu yang tertutup salju. Natasha menghentikan mobil, lalu mengeluarkan teropong dari tasnya. Di kejauhan, di antara pepohonan yang tertutup salju, tampak bangunan besar dengan tembok beton tebal. Lampu sorot sesek

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 86

    Adrian menatap Gabriel dengan tatapan penuh kebingungan dan kemarahan. Kata-kata pria itu terus terngiang di kepalanya. "Kau bukan hanya anak Nathaniel Alvaro. Kau adalah bagian dari eksperimen yang dia biayai." Dada Adrian naik turun, napasnya memburu. Keira yang duduk di sampingnya, bisa merasakan ketegangan yang memancar dari tubuhnya. “Apa maksudmu dengan ‘eksperimen’?” suara Adrian terdengar rendah, nyaris seperti desisan. Gabriel menghela napas panjang sebelum menjawab. “Nathaniel tidak hanya membangun kerajaan bisnis. Dia juga terlibat dalam proyek rahasia. Sebuah penelitian yang melibatkan manipulasi genetik, peningkatan kognitif, dan peningkatan fisik.” Adrian mengerutkan dahi. “Itu terdengar seperti fiksi ilmiah.” “Tapi ini nyata.” Gabriel mendorong sebuah flash drive ke atas meja. “Di dalamnya ada data dari proyek itu. Aku mencurinya bertahun-tahun lalu sebelum semua bukti dihapus.” Keira menatap flash drive itu dengan ragu. “Jadi kau ingin mengatakan bahwa

  • SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER   Bab 85

    Malam terus beranjak larut, tetapi hati Adrian dan Keira masih belum menemukan ketenangan. Gedung tua yang berdiri kokoh di belakang mereka seolah menjadi saksi bisu atas pergulatan batin yang mereka alami. Dokumen yang tadi ditemukan Adrian bukan hanya sekadar kertas bertuliskan nama dan angka, tetapi sebuah kenyataan yang mengubah segalanya. "Aku harus menemui ibuku," suara Adrian terdengar dalam keheningan. Keira menoleh, mencoba membaca ekspresi lelaki itu. "Sekarang?" Adrian mengangguk. "Aku butuh jawaban. Dia adalah satu-satunya orang yang bisa menjelaskan semuanya." Mereka pun masuk ke dalam mobil, melaju melewati jalanan kota yang lengang. Di sepanjang perjalanan, Keira bisa merasakan ketegangan di udara. Tangan Adrian mencengkeram kemudi lebih erat dari biasanya, rahangnya mengeras menahan emosi yang berkecamuk. "Kau yakin siap untuk ini?" tanya Keira pelan. Adrian menoleh sekilas. "Aku harus siap." Sesampainya di rumah keluarga Adrian, suasana terasa lebi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status