“Di mana dia sekarang?” Nyonya Alice tampak senang mendengar kalau anaknya benar masih hidup.
“Maafkan saya Tuan, Nyonya, saya tidak bisa memberitahukan kepada siapa pun keberadaannya. Jessica merasa sangat terpukul dengan kejadian ini. Bukan karena skandalnya, tapi dia hancur karena laki-laki yang dia cintai telah membohonginya.”Tuan Felix akan tetap menepati janjinya untuk tidak memberitahukan keberadaan Jessica kepada siapa pun termasuk orang tuanya sendiri.“Apa dia baik-baik saja?” tanya Tuan Jason, ia merasa khawatir dengan keadaan anaknya yang sedang mengandung.“Putri anda baik-baik saja. Kalian jangan mengkhawatirkannya. Saya akan memberitahukan keberadaannya jika Jessi mengizinkan,” kata Tuan Felix.“Saya sangat merindukannya,” kata Nyonya Alice.“Biarkan Jessi menenangkan hatinya dulu. Biarkan dia menjalani kehidupan barunya. Saya akan menjaganya, percayalah kepada saya, Tuan, Nyonya.”“Felix, Hans sangat me“Ada apa Nona Julie?” tanya Leon kepada sekretaris Jessica yang kini menjadi bawahannya.“Maafkan saya, Tuan Hans. Saya terlalu bersemangat, hingga lupa mengetuk pintu,” kata Julie dengan napas memburu sambil menunduk meminta maaf. “Tidak apa-apa, Nona. Maksud saya kenapa anda terlihat terburu-buru, apa ada masalah?” Leon menunggu apa yang akan dikatakan wanita yang sedang mengatur napasnya itu.“Tidak Tuan. Saya hanya ingin memberi kabar baik untuk anda.” Julie menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri sebelum melanjutkan ucapannya. “Nona Jessi masih hidup. Barusan Nyonya Alice mengabari saya," kata Julie sambil terisak. Ia menangis bahagia mendengar sang nona masih hidup."Kenapa anda menangis?" Leon merasa heran dengan sekretaris kekasihnya itu. "Bukankah ini kabar bahagia?""Saya terharu, Tuan. Saya sangat bahagia mendengarnya." Julie menyeka air matanya yang terus mengalir membasahi pipi."Maaf sebelumnya, apa anda b
“Leon, apa yang kamu lakukan?” Jimmy menghampiri Leon, lalu membantunya untuk berdiri. “Leon … maksudku Tuan Hans. Bangunlah.”“Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada anda,” kata Laki-laki yang bertumpu pada lututnya. Ia tidak mau berdiri, kesalahan yang ia perbuat benar-benar merugikan orang lain.“Tuan Hans bangunlah. Saya sudah mengetahuinya dan saya juga sudah memaafkannya.” Jimmy berusaha membujuk Leon untuk berdiri.“Kesalahan saya tidak cuma satu, tapi lebih,” kata Leon sambil menunduk.“Bangunlah, sebelum saya panggilkan pihak keamanan untuk mengusirmu” ancam Jimmy. “Saya tahu kamu yang merekam video itu dan kamu juga dalang di balik pengeroyokan beberapa bulan lalu. Saya sudah tahu semuanya.”Leon menengadah menatap Jimmy. “Apa anda memaafkan saya?”“Tentu saja.” Jimmy membantu Leon untuk berdiri. “Sekarang berdirilah.”Akhirnya Leon berdiri. “Maafkan saya Tuan Jimmy.”“Duduklah dulu.” Jimmy menga
“Wanita yang meninggal karena kecelakaan itu memang Jessica, tapi bukan Jessica Anastasya Moris." Leon mengembuskan napasnya dengan kasar. “Tapi, saya tidak tahu di mana keberadaan dia sekarang. Tuan Felix tidak mau memberitahukan keberadaannya.“Tuan Felix,” ucap jimmy. “Dia adalah orang kepercayaan keluarga Karl yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam pekerjaanya.” Bisa dibilang Tuan Felix adalah nyawa keluarga Karl. Laki-laki itulah yang ada di balik layar kesuksesan Tuan Jason.“Benarkah?” tanya Leon seakan tak percaya. "Mungkin satu-satunya kesalahan Tuan Felix adalah menerima saya sebagai pengawal Jessica.”“Apa Tuan felix yang menyembunyikan Jessica?” Alan juga ikut penasaran.“Ya, dia yang membantu Jessi menghilang dari kota ini,” kata Leon. “Dan dia menolak untuk memberitahukan keberadaan Jessi kepada siapa pun, termasuk Tuan Jason dan Nyonya Alice.”“Anda tenang saja Tuan Hans, saya akan membantu untuk mencari Jessica." Jimmy masih mencintai Jessi, tapi ia sadar cinta Le
“Willi, sebelumnya maafkan aku.” Renate menoleh pada laki-laki yang berjalan di sampingnya. “Untuk saat ini aku tidak ingin membuka hatiku untuk laki-laki lain. Aku ingin fokus pada anakku.”Pemuda tampan itu menghentikan langkahnya, Lalu memegangi bahu Renate. Ia tersenyum sebelum berbicara. “Aku ingin menjadi ayah dari anak yang kamu kandung sekarang ini, bukan menjadi suamimu.”Renate tersenyum pada William. “Willi ….”William menempelkan jari telunjuknya di bibir Renate. “Aku mengerti perasaanmu. Tidak mungkin bisa menerima kehadiran orang lain di hatimu sementara luka itu masih basah. Aku hanya ingin menjadi temanmu. Teman berbagi suka dan duka. Lagi pula kamu terlihat tua, lebih pantas menjadi kakakku," ucap laki-laki itu sembari tertawa.“Apa aku sejelek itu?” Renate menangkup wajahnya sendiri sambil mengerucutkan bibir.“Bukan jelek, tapi tua. Kamu itu cantik Renate. Sangat cantik.” William mencondongkan kepalanya mengamati wajah
“Aku tahu, tapi aku nggak mau menjalin hubungan dengan laki-laki mana pun,” kata Renate. “Aku sudah mengatakan padanya kalau aku tidak bisa menerima cinta yang lain dan dia mengerti.”Renate tidak ingin jatuh cinta lagi dan menyesal untuk yang kedua kalinya. Yang ia takutkan sebelum berkomitmen akhirnya terjadi juga.Walau ada rasa cinta yang tak terhingga kepada Leon, tapi kebencian membentang di antara mereka, hingga cinta tulus Leon dan Liebe tidak bisa bersatu."Apa aku telah menyakitinya?" tanya Renate kepada wanita yang sudah tidak muda lagi itu.“Tidak, Sayang. Yang terpenting kamu sudah jujur pada William dan tidak memberikan harapan kepadanya.”Sebenarnya ia berharap Renate bisa membuka hatinya untuk Willi supaya cepat melupakan laki-laki yang membuatnya hancur, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa selain mendukungnya saja karena cinta tidak bisa dipaksakan.“Dia laki-laki yang baik, pantas untuk mendapatkan wanita yang le
“Pekerjaan saya masih terlalu banyak,” jawab Leon tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer. “Kamu pulanglah lebih dulu, besok pagi-pagi sekali kamu harus ke kantor untuk membantu Ayah.”Leon tidak ingin menyia-nyiakan waktunya. Tuan Jason sudah baik padanya, ia harus bekerja lebih keras lagi supaya Beauty Corporation kembali berjaya dan ia bisa kembali fokus untuk mencari kekasihnya.“Tuan besar menyuruh saya untuk membantu anda di sini karena perusahaan ini yang sedang membutuhkan bantuan.”Walau ia harus bekerja untuk dua perusahaan, Daniel tidak pernah mempermasalahkannya yang terpenting baginya semangat hidup sang tuan kembali lagi setelah mendengar kabar kalau sang penguasa Beauty Corporation masih hidup.“Baiklah. Saya memang butuh kamu di sini.” Leon menatap sang asisten yang selalu setia padanya. “Pergilah! Antar Nona Julie pulang dan pastikan dia sampai di rumahnya.”Leon tahu kalau laki-laki yang berdiri di hadapannya
“Baik, Tuan.” Leon menunduk hormat kepada Tuan Felix sambil tersenyum senang melihat laki-laki itu perhatian padanya, walaupun ucapannya terdengar kasar.Setelah Tuan Felix pergi, Leon kembali melanjutkan pekerjaannya yang hampir selesai. Ia berpikir keras untuk membuat Beauty Corporation bangkit lagi dan berjalan bersama meraih kesuksesan bersama perusahaannya.Satu jam setelah Tuan Felix pergi, barulah pekerjaannya selesai.“Saya akan menjalin hubungan baik dengan orang-orang terdekat Liebe untuk mencari dukungan. Saya yakin cintanya tidak akan berubah, walau ada setumpuk kebencian di hatinya.”Leon meregangkan otot-ototnya, lalu merapikan meja kerjanya dan keluar dari ruang kerja sang kekasih.“Daniel ….” Leon terkejut saat keluar dari ruangan, sang asisten sedang duduk menunggunya di ruang tunggu yang ada di depan ruangan kerja CEO. “Kenapa kamu masih di sini? Apa kamu tidak mengantar Nona Julie.”Mendengar suara sang tuan, Daniel langsung berdiri dan menunduk dengan hormat pada l
“Sayangnya seperti itu,” jawab Daniel sambil membuka pintu mobil untuk tuannya.“Apa kamu tidak ingin berbagi masalahmu dengan saya?” tanya Leon sebelum masuk ke dalam mobil. Ia menatap wajah sang asisten yang terlihat kusut.“Saya lebih suka membicarakan tentang pekerjaan, Tuan.” Daniel menutup pintu mobil, lalu segera masuk untuk mengemudikan mobilnya. "Tuan, apa saya boleh menginap di rumah Nona Jessi?" tanya Daniel sambil mengemudikan mobilnya. "Saya sudah sangat lelah.""Silakan saja, kamu bisa tidur di kamar saya," kata Leon."Terima kasih, Tuan." Daniel terlihat sangat lelah, maklum saja dia harus bekerja untuk dua perusahaan. Tenaganya terkuras habis, tapi bukan itu yang menjadi penyebab Daniel terlihat tidak bersemangat.“Daniel, apa kamu menyukai Nona Julie?” tanya Leon pada asistennya.“Saya menyukainya, tapi tidak mencintainya,” jawab Daniel. “Dia itu calon istri orang lain dan termasuk anak yang berbakti kepada orang tuanya, tidak seperti saya.” Daniel tertawa sendiri m