Share

ENAM PULUH SEMBILAN

Ike menumpahkan air mata dan perasaan sedih, sekaligus meluapkan kekesalan yang selama ini ditahannya. "Aku tidak tahu kenapa mereka memandang buruk ketiga anakku, seolah aku melahirkan semuanya dalam kondisi cacat."

Fendi bisa memahami perasaan ibu mertuanya.

"Bora, tidak bisakah kamu memaafkan Mama?" tanya Ike.

Bora mengerutkan kening. "Memangnya selama ini Bora terlihat menyalahkan Mama?"

Ike mengangguk kecil. "Ya, tatapan mata kamu seolah kami sudah salah menjaga kamu selama ini."

Pada kenyataannya memang begitu, namun orang-orang dewasa tidak mau mengakuinya. Bora pun tidak mau repot-repot menjelaskan kepada Ike.

"Karena itu- Mama bisa minta tolong? Karena Bora menganggap Mama sudah melakukan kesalahan."

Kedua mata Bora menyipit. "Hm? Apa yang Mama inginkan?"

"Bisakah Mama menitipkan Harsa dan Genta? Kedua adik kamu membutuhkan perhatian lebih dan juga-" Ike mencari kalimat yang pas. "Akhir-akhir ini Mama dan om Edwin sibuk dengan pekerjaan, sehingga tidak bisa merawat mereka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status