Lea duduk menunggu di sudut lain gedung seraya menghirup hembusan angin malam yang dingin. Setelah keluar dari toilet, dia menolak untuk masuk ke dalam lagi. Dia memilih menunggu yang lain di luar. Beberapa menit kemudian, beberapa remaja sudah mulai bermunculan dari berbagai arah. Lea memakai topi yang di bawanya menutupi wajahnya."Apa Valen berkencan dengan Gastri? Mereka terlihat dekat." Seorang perempuan yang berdiri tidak jauh darinya berbicara dengan temannya."Sepertinya begitu. Mungkin saja lagu terakhir tadi juga untuk dia.""Tapi bukannya gosip mengatakan kalau Valen dekat dengan Azalea?""Entahlah. Siapapun kekasih Valen, dia wanita yang beruntung. Apalah kita yang hanya bisa jadi fans doang!! Tapi konser mereka yang ini luar biasa. Aku tidak sabar menunggu MV mereka keluar terutama lagu ciptaan Valen bersama Azalea."Mereka lalu tertawa dan berjalan menjauh meninggalkan Lea yang hanya bisa diam. Lea tadi sudah menghubungi Sky dan mengatakan di mana keberadaanya. Mereka
"Aku rasa hujannya akan reda besok pagi."Valen menoleh ke Lea yang duduk diam di sampingnya di kursi belakang mobil melipat kedua lengannya di dada. Tadinya Lea mau masuk ke kursi depan tapi Valen langsung menariknya dan memaksanya masuk ke kursi belakang. Valen tersenyum dan meluruskan kakinya hingga terjulur sampai ke depan.Valen yang memakai kaos hitam tanpa lengan yang di pakainya konser tadi nampak sedikit kedinginan. Mereka sedang berada di puncak, di daerah pegunungan dalam keadaan hujan. Tentu saja tanpa persiapan karena ini adalah tindakan implusifnya.Tadinya Valen mau membawa Lea ke restoran atau bar tapi dia mengurungkan niatnya karena dia punya tujuan dan sebelum pagi menjelang dia harus mendapatkanya. Semoga saja berhasil meski Lea terlihat tidak suka dan hanya diam saja.Valen nampak nyaman dan meletakkan kepalanya di kursi empuk memilih menatap ke depan."Lagu yang aku tulis untukmu itu sudah sejak lama ada di dalam kepalaku bahkan sebelum kita bertemu di club malam
"You're so perfect Nadia."Lea berjalan memutari Nadia, memperhatikan lekat gaun rancangannya yang membalut tubuh sempurna penyanyi papan atas Indonesia itu. Nadia sedang melakukan pengepasan terakhir untuk memastikan gaun pengantinnya sempurna tanpa ada cacat dan siap untuk di pakai di acara sackralnya akhir bulan ini. Tubuh Nadia yang berbentuk bak gitar spanyol membuat gaun dengan area punggung terkespos jelas itu semakin terlihat bersinar. Diibaratkan kalau gaun putih cantik ini memang di takdirkan menjadi pilihan Nadia.Tentu saja gaun ini exclusive karena hanya di produksi tunggal."Benarkah, Lea? Astaga, aku sudah mulai gugup." Nadia menutup wajahnya dengan tangan. Lea tertawa seraya merapikan bagian bawah gaun yang memang tidak di desain berekor panjang itu. Dipegangnya lengan Nadia dan menghadapkannya ke kaca besar di dalam ruang pengepasan butiknya."Rehand akan semakin terpesona padamu, Sayang. Lihat dirimu di cermin. Kamu membuatku iri," desah Lea memperhatikan Nadia dari
"Iya iya, aku sudah ada di dalam mobil mau pulang ke apartemen sekarang."Lea meletakkan tasnya di kursi penumpang dan masuk ke dalam mobil mini coopernya seraya menggenggam ponsel yang menempel di telinganya mendengar serbuan ocehan Steph. Terdengar suara ribut-ribut di belakangnya membuat Lea mengeryit heran."Sayang, jangan hancurkan apartemen Tante dengan pasukan yang kamu bawa. Kita hanya akan makan malam biasa saja.""Ini spesial Tante Lea. Makanya buruan pulang ya. Kami tunggu."Lea menghela napasnya, "Oke baiklah. Sampai jumpa."Setelah sambungan terputus Lea hanya diam di balik kemudinya menatap jalanan ramai di depannya. Hari sudah beranjak sore dan jalanan akan macet di jam-jam weekend seperti ini. Lalu dia mengalihkan tatapnya ke layar ponsel di genggamannya seakan sedang menunggu sesuatu. Setelah beberapa menit terlewati tanpa adanya perubahan akhirnya Lea memilih menghidupkan layar televisi mini di dasbordnya yang langsung menanyakan saluran gosip.Lea tertegun. Tidak ja
"Lea, lihat aku!!!"Lea menyisir rambut depannya ke belakang dengan jemari seraya menghela napas pendek lalu menghadap sepenuhnya ke Valen memberanikan diri menatap mata lelaki itu yang sangat menuntut penjelasan."Ya, dia datang tadi siang.""Begitu." Valen menaikkan alisnya. Atmosfir yang Lea rasakan berubah. “Apa yang dia mau? Untuk apa dia menemuimu lagi?" Tuntutnya."Valen, sebaiknya—""Jawab sekarang Lea!!!" Suaranya tegas mengintimidasi. Lea tanpa sadar menggigit bibirnya."Aku juga kaget dia datang begitu saja ke butik," kata Lea cepat. Kenapa dia jadi gugup seperti ini?"Terus?""Dia datang untuk mengucapkan selamat ulang tahun, kita berbincang sebentar dan dia memberiku hadiah—""Hadiah?" Suara Valen jelas naik satu oktaf saat mengatakannya.Lea duduk di kursinya dengan gelisah, "Er ya, sepasang sepatu.""Dan kamu menerimanya?" "Hmm, tidak salah kan menerima hadiah dari teman—""Astaga Lea!!!! Apa kamu sepolos itu atau kamu pura-pura mengabaikan perasaan lelaki itu?""Dia d
Kemarin malam menjadi perayaan ulang tahun paling suram dalam hidupnya meskipun semua orang kelihatannya mencoba untuk mengerti dan bingung kenapa tiba-tiba dia menjadi seperti itu.Padahal keluarganya ada di sana tapi dia hanya tersenyum seadanya, makan malam dengan tenang dan mereka berbincang singkat karena Lea memilih untuk masuk ke dalam kamarnya dan baru keluar saat pagi harinya.Tadi pagi setelah mengatakan maaf untuk Steph yang terus saja menggeleng dan mengatakan tidak apa-apa, dia pulang bersama Rei. Kakaknya Erza jelas penasaran dan ingin mencecarnya dengan pertanyaan tapi Lea meyakinkan kalau semuanya baik-baik saja. Jadi sekarang di apartemennya hanya tersisa dua orang yang sejak tadi hanya diam memperhatikan dan mengunyah segala jenis kue-kuean di sofa ruang tamu. Televisi dibiarkan menyala tanpa suara.Yang bertahan di apartemennya hanya Sky dan Ricko yang menunggunya mengatakan sesuatu."Kami bertengkar kemarin."Sky dan Ricko reflek menoleh kaget. Lalu tanpa aba-aba
"Apa-apaan ini Lea!!"Ricko melipat kedua lengannya di dada memandangi Azalea yang masih meringkuk di dalam selimut enggan untuk keluar padahal satu jam lagi mereka harus pergi ke Bogor. Lea hanya melihat Ricko sekilas, menarik selimutnya sampai menutupi separuh wajahnya dan bergumam dengan suara serak, "Tinggalkan aku sendiri."Ricko berdecak, bergerak mendekati tirai kaca dan menariknya hingga sinar matahari masuk ke dalam kamar Lea. "Kita sudah punya agenda, ingat? Kita harus memenuhi janji makan siang dengan Ibu Alina.""Yeah, aku tahu. Bisa beri aku waktu satu jam lagi karena aku masih mengantuk." Lea semakin menarik selimutnya naik menghilang dari pandangan Ricko.Ricko menaikkan alisnya menatap penuh selidik Lea yang wajahnya tertutup. "Apa ada sesuatu yang terjadi dengan Valen Ackerman? Kalian tidak bisa lagi berbicara baik-baik dan memilih berpisah lalu say goodbye?""SHUT UP!!!" teriak Lea seraya membuka sedikit selimut yang menutupi wajahnya memandang kesal Ricko yang malah
"Hai, Mam." Lea meletakkan ponselnya di telinga saat keluar dari mobil Ricko yang menurunkannya di lobbi aparteman dan berlalu meninggalkannya karena harus menjemput kekasihnya di bandara. Lea langsung berjalan ke arah lift meninggalkan pemandangan indah langit di luar yang sudah mulai menampakkan guratan orange yang cantik. Lea terlalu betah berada di rumah Bu Alina jadi mereka pulang hampir menjelang malam."Kamu besok ada di apartemen?""Besok?" Lea menekan tombol lift yang langsung terbuka dan masuk ke dalam. "Kemungkinan besar ada di butik. Kenapa?""Papa sama Mama mau pergi ke Korea. Sepupu Papamu sedang mengalami musibah. Jadi kami akan ke Jakarta besok dan berniat mampir lebih dulu ke apartemenmu sebentar.""Ah begitu. Tentu saja aku akan menunggu kalian.""Baguslah."Lea berdiri menunggu lift sampai di lantai apartemennya. "Lea?" Panggil Mamanya."Iya.""Bagaimana hubunganmu dengan Valen? Apa kalian sudah berpacaran?"Lea terdiam tidak menyangka kalau Mamanya akan menanyaka