Beranda / Thriller / SINNER / Newspaper

Share

Newspaper

Penulis: ac
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-10 00:12:11

“Baik, ibu tutup teleponnya. Selamat malam sayang.”

Aleen berjalan dan melemparkan diri pada kasurnya, melemaskan badannya setelah seharian ia menjadi kaku karena berkerja.

Jeremy mendekati Aleen. “Dia tidak pulang?” tanyanya. Aleen mengangguk.

“Dia sudah remaja ternyata.”

Aleen tertawa, “Tapi dia bahkan tidak pernah berkencan.”

“Bukankah anak kita semua begitu?”

“Hahaha ya. Roger juga seperti itu.”

“Dan Paula.” ucap Jeremy ragu.

Aleen menoleh. “Ya.”

Seketika mereka hening, seakan-akan menyebut nama perempuan itu adalah hal tabu dan tidak diinginkan.

“Aku merasa tidak enak badan.” Aleen memiringkan badannya dan menarik selimut hingga pundaknya. “Dan mungkin, merasa tidak enak perasaan.”

_

“Sudah siap kan?”

Dua anak laki-laki berpakaian corak kotak-kotak mengangguk. Ibunya menekan bel.

Seseorang membuka pintu. “Oh, ayo cepat masuk.”

Dua wanita dengan dua anak laki-laki berjalan di koridor dengan suara ketukan sepatu bergema.

Maria membawa kedua anaknya untuk bergabung mempersiapkan pesta musim panas. Keduanya menggunakan setelan yang bercorak sama.

Alder Carson, putra pertama Maria dan Hardin Carson yang kira-kira hanya berselang cukup jauh dengannya, juga beberapa inci dari Alder.

“Baiklah. Kalian bisa bantu James dan Keena disana.” langkah Aleen terhenti di depan dapur yang terhubung dengan halaman belakang. Ia menunjuk ke arah James dan Keena yang sedang merakit dekorasi untuk dipasang.

Maria mengangguk, “Kami ada urusan lain sebentar.”

Keduanya pergi meninggalkan Alder dan Hardin yang mulai membantu persiapan pesta musim panas.

“Kemana El?”

“Menginap sehabis pesta.”

-

Alder dan Hardin menghampiri Keena dan James yang merapihkan serbet dan beberapa alat makan lainnya.

James menoleh, “Jangan buat kekacauan.” ucapnya datar.

Beberapa atau mungkin hampir semua dari keluarga mereka merasa tidak suka pada keluarga Carson, pengecualiaan untuk Tuan dan Nyonya Carson; Jonathan dan Maria.

“Akan ku ikat kalian di pohon jika berisik!” timpal Keena.

“Hehehe oke oke. Baiklah.” Respon Alder yang cecengesan membuat mereka geram.

Keena kembali menata serbet di atas meja dengan taplak bermotif kotak-kotak biru.

James mendekat, “Bagaimana jika turun hujan?”

“Kau kan dewa langit, tunda dulu sejenak.”

James membulatkan mata, “Kau masih ingat itu?”

“Aku bukan tipekal orang yang pelupa.”

“Baiklah tapi aku bukan Tuhan, bagaimana jika diperintahkan?”

Keena menoleh, “Memangnya kau selalu mematuhi Tuhan?” ejeknya.

“Terkadang.”

Tak kala mereka berbincang, ada beberapa noda di meja yang Keena siapkan.

Satu, dua, tiga, ada lebih dari tiga noda disana. Itu noda tanah. Keena memutar badan, James mengikuti arah pandang gadis itu.

Keena melebarkan matanya melihat Hardin menggali beberapa lubang tanah disana. Gadis itu menghampiri Hardin; menarik tangan anak enam tahun itu yang kotor karena tanah.

“Sudah ku bilang! Kenapa selalu menyusahkan?!”

“Hey, jangan kasar pada adikku.” teriak Alder dengan jar selai cokelat ditangannya.

James memperhatikan Keena yang semakin geram. Ia menarik gadis itu agar dapat meredakan amarahnya.

“Aku heran bagaimana bisa orang tua kami dan banyak orang lainnya menyukai keluarga ini, yang bahkan tidak memiliki sikap sopan pada tamunya.”

Darah Keena serasa menguap. “Tutup mulutmu! Orang seperti dirimu, tidak pantas ada disini!”

Alder mendegus, “Oh ya? memangnya tempat apa ini? Gereja? Surga Tuhan? mana mungkin tempat suci berisikan orang seperti-mu?”

“Jangan membawa arah pembicaraan kita pada omong kosong!”

“Sudah. Kita bersihkan lagi, tidak perlu diperumit.” James menengahi.

Alder menjatuhkan jar selai yang ia pegang. Ia mendekap kedua tangannya dan tertawa remeh. “Tidak perlu berpura-pura baik padaku. Aku tidak perlu kebaikan dari orang seperti kalian.”

“Lebih baik kau tutup mulutmu Alder!” Keena memperingati.

Lagi-lagi Alder meremehkan ucapan Keena. “Tidak sebelum kau kembali.”

“CUKUP!” suara itu menjadi perhatian di tengah pertengkaran Keena dan Alder.

Maria dan Aleen menghampiri mereka. Terlihat Hardin dengan tangan yang sudah bersih, sepertinya dia mengadu.

“Maafkan Alder.” ucap Maria pada Keena. “Minta maaflah!” ia sedikit mendorong Alder.

“Maaf sudah kasar.” terdengar tidak tulus, namun tidak kasar seperti ucapannya sebelum ini. Keena mengangguk.

Baru saja mereka menghela napas lega, terdengar suara seperti benda pecah dan teriakan. Mereka bergegas mendatangi sumber suara itu.

Itu suara Nane. Terlihat wanita tua itu sedang memegang sebuah surat kabar dengan pecahan gelas sampanye yang bertebaran.

Ia terduduk di lantai dan bergetar – menyerahkan beberapa lembar kertas yang ia pegang.

James membulatkan matanya ketika melihat halaman depan dari surat kabar yang ia dapat dari Nane. Ia menunjukannya pada yang lain.

“Perempuan itu kembali?”

Bab terkait

  • SINNER    Someone New

    Suara musik terdengar samar-samar sampai gerbang, perempuan itu menutup telinga dengan kedua tangannya. Berjalan memasuki rumahnya yang hari ini sangat ramai.Ada lebih dari dua puluh mobil terparkir. Mulai dari depan rumah hingga kini ia berada di ruang tengah, tamu-tamu itu bergerombol.“Ah aku lupa hari ini ibu mengadakan acara.” gumamnya.“Hai?” seseorang menepuk pundak gadis itu, ia berbalik.“Oh, hai. Ada yang bisa ku bantu?”Orang di depannya menggaruk kepalanya. “Ya. Aku um.. sedikit tersesat disini. Kau tahu dimana toiletnya?”Gadis itu mengangguk. “Di ujung sana” ia menunjuk ke arah belakang tangga besar. “Mau ku antar?” tawarnya.Laki-laki itu sedikit terkejut dan menggeleng. “Aku bisa sendiri.”“Hahaha baiklah, jangan tersesat ya.” ia berjalan menjauh.Belum ia menginjakan kakinya pada satu anak tangga, seseorang m

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • SINNER    Prologue

    1959Tuan Adolph, Ramsey Adolph sedikit terburu-buru setelah turun dan sedikit membanting pintu mobilnya. Ramsey tersontak mendapati cucu-cucunya yang berlarian ke arah pekarangan depan rumah; Micaela , Hannah, dan Joe. Ia mengambil kembali sebuah amplop surat yang sempat terjatuh.Ia berteriak, "Nane..dimana kau?", memanggil istrinya beberapa kali. Nihil, tak ada jawaban.Tidak seperti biasanya, Ramsey yang selalu kesal saat hal seperti itu terjadi malah memasuki ruangan minum teh dengan senyuman. Pria tua itu terlalu fokus menatap suratnya, hingga tak memperhatikan dua wanita sedang berada di ruangan yang sama."Ada surat untukku?", tanya wanita itu.Ramsey melihat dua wanita yang sedang duduk di kursi dekat perapian yang padam, ia tersenyum kikuk. "Loh, loh salah masuk rupanya. Ini suratku, jangan khawatir. Maaf mengganggu waktu kalian"Pria itu segera keluar dan menutup pintu ruangan itu. Sedikit mendengar Aleen mengata

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • SINNER    Company Visit

    1966"Ibu surat izinku belum disetujui," gadis itu menaruh sebuah kertas dan pena pada meja dapur dekat ibunya memasak.Keena, saudara perempuan gadis itu tertawa, "Sangat semangat bukan, El?""Pastinya, itu hal membanggakan, kau tahu," balas Diana."Nah, kalian para anak muda harus terinspirasi seperti wanita itu.""Dia gadis, bukan wanita. Ku dengar dia belum menikah," gadis bernama Lana menjelaskan."Wah benarkah? itu keren sekali." puji Nane pada seorang gadis di Kota Roseburg, yang dikabarkan merupakan pemilik sebuah perusahaan anggur yang bernama Grapvine tengah naik daun.Gadis sukses itu belum diketahui identitasnya, hingga dua tahun setidaknya sampai lusa ia memperkenalkan dirinya pada publik. Ia mengundang satu orang dari setiap Sekolah Menengah di wilayah Oregon. El, salah satunya."El, kenapa kau simpan di sini. Bagaimana jika terkena air?" teriak Aleen – ibu El.El sedikit berlari mengambil surat

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • SINNER    Dark Through

    Suasana dingin menyelimuti sekitar. Ruangan itu berisikan tiga belas orang; Ramsey Adolph, Paula Rinehart, Jeremy Rinehart, Aleen Rinehart, Nane Adolph, Roger Rinehart, Ronald Adolph, Diana Adolph, James Taylor, Darla Taylor, Lapa Brown, Elane Barnez, dan Simon Barnez.Meja yang melingkar tak berujung membuat mereka saling berhadapan. Sinar matahari yang tertutup tirai dan hanya menyisakan sedikit cahaya masuk, membuat pencahayaan ruangan itu remang.Ramsey berdeham, “Aku harap kau bisa bijak dalam persidangan besok.”“Aku tidak bersalah.” gumam Paula.Aleen angkat bicara, “Aku mohon, permudah urusan besok, Paula. Jangan terus mengelak.”Dada Paula terasa sesak, “Aku mohon, percaya padaku.”“Seharusnya kami memusnahkanmu, itu lebih baik daripada membesarkan monster sepertimu.”“Dan seharusnya kalian membela-ku tadi!”

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • SINNER    Show Me, Paula

    Aroma daging asap yang menyebar membuat nafsu makan El bertambah. “Kapan aku bisa mencicipinya?”Nyonya Chris tekekeh, “Tunggu sebentar, El.”Wanita itu datang dengan hidangan makan malam yang sedari tadi ia olah.“Apa kata mereka?”El mengangguk, “Tentu mengizinkan. Aku bilang kau akan mengadakan pesta dengan tim redaksi lainnya.”Gadis itu berbohong mengenai pesta, Nyonya Chris mengerti. “Ah gadis nakal. Kalau begitu kita harus buat pesta sungguhan.”Sudah tidak terhitung dalam pikirannya, berapa botol minuman yang mereka teguk. Stephanie Chris, kini merasa jiwanya kembali lebih muda.Enam jam El terlelap karena lelah bersenang-senang semalaman. Ia membuka perlahan matanya – kemudian duduk dan terdiam.El tertidur dekat jendela, ia menatap ke arah luar. Lebih dari setengah nyawanya sudah terkumpul, ia berdiri dan berjalan mencari kamar kecil

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20

Bab terbaru

  • SINNER    Someone New

    Suara musik terdengar samar-samar sampai gerbang, perempuan itu menutup telinga dengan kedua tangannya. Berjalan memasuki rumahnya yang hari ini sangat ramai.Ada lebih dari dua puluh mobil terparkir. Mulai dari depan rumah hingga kini ia berada di ruang tengah, tamu-tamu itu bergerombol.“Ah aku lupa hari ini ibu mengadakan acara.” gumamnya.“Hai?” seseorang menepuk pundak gadis itu, ia berbalik.“Oh, hai. Ada yang bisa ku bantu?”Orang di depannya menggaruk kepalanya. “Ya. Aku um.. sedikit tersesat disini. Kau tahu dimana toiletnya?”Gadis itu mengangguk. “Di ujung sana” ia menunjuk ke arah belakang tangga besar. “Mau ku antar?” tawarnya.Laki-laki itu sedikit terkejut dan menggeleng. “Aku bisa sendiri.”“Hahaha baiklah, jangan tersesat ya.” ia berjalan menjauh.Belum ia menginjakan kakinya pada satu anak tangga, seseorang m

  • SINNER    Newspaper

    “Baik, ibu tutup teleponnya. Selamat malam sayang.” Aleen berjalan dan melemparkan diri pada kasurnya, melemaskan badannya setelah seharian ia menjadi kaku karena berkerja. Jeremy mendekati Aleen. “Dia tidak pulang?” tanyanya. Aleen mengangguk. “Dia sudah remaja ternyata.” Aleen tertawa, “Tapi dia bahkan tidak pernah berkencan.” “Bukankah anak kita semua begitu?” “Hahaha ya. Roger juga seperti itu.” “Dan Paula.” ucap Jeremy ragu. Aleen menoleh. “Ya.” Seketika mereka hening, seakan-akan menyebut nama perempuan itu adalah hal tabu dan tidak diinginkan. “Aku merasa tidak enak badan.” Aleen memiringkan badannya dan menarik selimut hingga pundaknya. “Dan mungkin, merasa tidak enak perasaan.” _ “Sudah siap kan?” Dua anak laki-laki berpakaian corak kotak-kotak mengangguk. Ibunya menekan bel. Seseorang membuka pintu. “Oh, ayo cepat masuk.” Dua wanita dengan dua anak laki-l

  • SINNER    Show Me, Paula

    Aroma daging asap yang menyebar membuat nafsu makan El bertambah. “Kapan aku bisa mencicipinya?”Nyonya Chris tekekeh, “Tunggu sebentar, El.”Wanita itu datang dengan hidangan makan malam yang sedari tadi ia olah.“Apa kata mereka?”El mengangguk, “Tentu mengizinkan. Aku bilang kau akan mengadakan pesta dengan tim redaksi lainnya.”Gadis itu berbohong mengenai pesta, Nyonya Chris mengerti. “Ah gadis nakal. Kalau begitu kita harus buat pesta sungguhan.”Sudah tidak terhitung dalam pikirannya, berapa botol minuman yang mereka teguk. Stephanie Chris, kini merasa jiwanya kembali lebih muda.Enam jam El terlelap karena lelah bersenang-senang semalaman. Ia membuka perlahan matanya – kemudian duduk dan terdiam.El tertidur dekat jendela, ia menatap ke arah luar. Lebih dari setengah nyawanya sudah terkumpul, ia berdiri dan berjalan mencari kamar kecil

  • SINNER    Dark Through

    Suasana dingin menyelimuti sekitar. Ruangan itu berisikan tiga belas orang; Ramsey Adolph, Paula Rinehart, Jeremy Rinehart, Aleen Rinehart, Nane Adolph, Roger Rinehart, Ronald Adolph, Diana Adolph, James Taylor, Darla Taylor, Lapa Brown, Elane Barnez, dan Simon Barnez.Meja yang melingkar tak berujung membuat mereka saling berhadapan. Sinar matahari yang tertutup tirai dan hanya menyisakan sedikit cahaya masuk, membuat pencahayaan ruangan itu remang.Ramsey berdeham, “Aku harap kau bisa bijak dalam persidangan besok.”“Aku tidak bersalah.” gumam Paula.Aleen angkat bicara, “Aku mohon, permudah urusan besok, Paula. Jangan terus mengelak.”Dada Paula terasa sesak, “Aku mohon, percaya padaku.”“Seharusnya kami memusnahkanmu, itu lebih baik daripada membesarkan monster sepertimu.”“Dan seharusnya kalian membela-ku tadi!”

  • SINNER    Company Visit

    1966"Ibu surat izinku belum disetujui," gadis itu menaruh sebuah kertas dan pena pada meja dapur dekat ibunya memasak.Keena, saudara perempuan gadis itu tertawa, "Sangat semangat bukan, El?""Pastinya, itu hal membanggakan, kau tahu," balas Diana."Nah, kalian para anak muda harus terinspirasi seperti wanita itu.""Dia gadis, bukan wanita. Ku dengar dia belum menikah," gadis bernama Lana menjelaskan."Wah benarkah? itu keren sekali." puji Nane pada seorang gadis di Kota Roseburg, yang dikabarkan merupakan pemilik sebuah perusahaan anggur yang bernama Grapvine tengah naik daun.Gadis sukses itu belum diketahui identitasnya, hingga dua tahun setidaknya sampai lusa ia memperkenalkan dirinya pada publik. Ia mengundang satu orang dari setiap Sekolah Menengah di wilayah Oregon. El, salah satunya."El, kenapa kau simpan di sini. Bagaimana jika terkena air?" teriak Aleen – ibu El.El sedikit berlari mengambil surat

  • SINNER    Prologue

    1959Tuan Adolph, Ramsey Adolph sedikit terburu-buru setelah turun dan sedikit membanting pintu mobilnya. Ramsey tersontak mendapati cucu-cucunya yang berlarian ke arah pekarangan depan rumah; Micaela , Hannah, dan Joe. Ia mengambil kembali sebuah amplop surat yang sempat terjatuh.Ia berteriak, "Nane..dimana kau?", memanggil istrinya beberapa kali. Nihil, tak ada jawaban.Tidak seperti biasanya, Ramsey yang selalu kesal saat hal seperti itu terjadi malah memasuki ruangan minum teh dengan senyuman. Pria tua itu terlalu fokus menatap suratnya, hingga tak memperhatikan dua wanita sedang berada di ruangan yang sama."Ada surat untukku?", tanya wanita itu.Ramsey melihat dua wanita yang sedang duduk di kursi dekat perapian yang padam, ia tersenyum kikuk. "Loh, loh salah masuk rupanya. Ini suratku, jangan khawatir. Maaf mengganggu waktu kalian"Pria itu segera keluar dan menutup pintu ruangan itu. Sedikit mendengar Aleen mengata

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status