Lyra membeku di depan pintu kamarnya. Berhadapan dengan Rex yang setengah sadar, di mana Marina ada di sana pula. Bagaimana mungkin seorang mantan kekasih bisa dengan penuh percaya diri datang seperti ini? ‘Tidakkah Marina memiliki rasa malu?’ heran Lyra dalam hati. Ia atur napas agar tidak terlihat berembus terlalu kencang memburu. “Jadi, kami yang bernama Lyra? Pembantu jelek yang menjebak Rexanda Sayang hingga terpaksa menikahimu?” sinis Marina memandang rendah.Lyra tersenyum tenang, lalu membalas. “Jadi, ini yang bernama Marina? Perempuan yang mau saja bercinya dengan suami orang?”Wajah Marina merah padam mendengar balasan Lyra. Ia tidak menyangka akan mendapat serangan balik seperti ini. Ganti wanita itu yang napasnya memburu.“Pak Bondan, tolong letakkan Mas Rexanda di atas ranjang, ya?” pinta Lyra dengan sopan kepara satpam rumah yang juga teman baiknya.“I-iya, Neng Lyra,” angguk satpam itu kemudian memapah Rex menuju peraduan.“Marina! Marina!” teriak Rex melayang-layangk
Mbak Yanti menggeleng, "Jadi orang itu jangan mudah menyerah. Yang penting, kamu tahu dulu seperti apa kondisi pernikahan kalian saat ini.""Aku paham, Mbak. Pernikahanku bukan pernikahan seperti orang pada umumnya. Mas Rexanda jijik denganku. Dia hanya ingin menyakitiku terus dan terus.""Nah, itu kamu paham. Cari cara untuk bisa mengubah keadaan." Mbak Yanti mengusap punggung temannya. Dalam hati, ia pun merasa sangat iba. Lyra mengangkat wajah, “Lalu, aku harus apa? Aku ingin menyerah, tapo aku juga tidak bisa minta cerai! Bagaimana kalau aku hamil?”Mbak Yanti menghela panjang, “Begini, coba saja kamu mengubah dulu penampilanmu supaya tidak terlalu sederhana seperti sekarang. Belanja saja di Shopii banyak baju bagus murah-murah. Percantik dirimu!”“Kamu harus membuat Tuan Rex jatuh cinta kepadamu sedikit demi sedikit. Jangan dilawan, tapi tunjukkan perhatian. Bawa makanan ke kamarnya, siapkan pakaian, handuk mandi, dan lain-lain. Dulu, sebelum kerja di sini, Nyonya Rumahku selalu
Masuk ke dalam ruang keluarga, Lyra sudah merasa ada sesuatu yang buruk akan terjadi. Firasatnya tidak salah. Ia langsung dituduh sudah menggunakan ilmu hitam. Tidak tanggung-tanggung, Ajeng menelepon suaminya yang sedang berada di Jepang untuk membicarakan masalah ini. Tiga orang yang terdiri dari ibu dan dua anak sudah sangat yakin mereka akan mampu mendepak sang wanita. “Pa! Dia itu sudah memakai ilmu hitam untuk membuat kamu tunduk kepadanya!” Ajeng mengulang informasi itu kepada sang suami dengan penekanan lebih dari sebelumnya. Harlan yang sedang berada di jalan hendak meninjau pabrik calon rekan kerja barunya memijit kening, lalu menggeleng. “Kamu ini bicara apa, Ajeng? Jaman serba canggih masih bicara ilmu hitam?”Lyra terengah dengan tuduhan tersebut. “Saya tidak tahu kantung itu berasal dari mana, Nyonya. Saya tidak pernah menggunakannya!” Harlan mendengar suara sang menantu menyangkal. Ia mengambil napas lebih berat lagi. “Sudahlah, Ajeng. Aku tahu kamu membencinya, tap
Bangun pagi, Lyra keluar dari kamar mandi dan mempercantik diri. Seperti kata Mbak Yanti kemarin, dia harus tampil lebih segar dan menarik di hadapan sang suami. Jangan bergaya seperti perawat lagi. Ia ambil handuk Rex yang dijemur di balkon kamar, lalu ia gantung di depan pintu kamar mandi. Niatnya adalah melayani sang suami seperti istri pada umumnya. Kemarin sempat mendengar kalau sang suami akan pergi ke kantor Harlan karena ada dokumen penting yang harus dilihat. Berhubung takut uang jajannya makin dikurangi, Rex bersedia untuk datang. Di ujung kamar ada rak sepatu dengan pintu kaca. Lyra memperhatikan ada satu pasang sepatu yang sudah beberapa kali dia lihat dipakai ke kantor. Maka, ia mengeluarkan sepatu itu dari raknya. Tak lupa, satu buah semir berbentuk tabung juga dia keluarkan. Saat menutup pintu rak sepatu, ada gerakan dari atas ranjang. Lyra menoleh, Rex sudah bangun. Tatap lelaki itu langsung sinis, “Mau apa di depan rak sepatuku? Mau mencuri sepatuku untuk kamu ju
Mata Lyra terbelalak saat mendengar apa yang dikatakan oleh Emi. Perawat baru ini luar biasa sekali membencinya, padahal dia tidak ada salah apa-apa!“Aku tidak melakukannya!” seru Lyra menyanggah, tidak terima dituduh begitu.“Itu buktinya dia masih memegang tangan Nenek!” tuduh Emi tetap bersikeras. Ajeng menggeleng sambil tersenyum sinis. “Akan kuadukan kamu kepada Harlan! Dia akan melemparmu ke jalan karena telah berani menyakiti ibunya!”“Waktu itu Nyonya Ajeng bertanya pada saya, apakah Lyra pernah menyakiti Nenek Tariyah? Waktu itu saya tidak menemukan bukti. Tapi, sekarang ternyata bukti itu datang sendiri!”Emi semakin merasa di atas angin. Dia tidak suka Lyra ada di rumah ini karena kerjanya jadi tidak bebas. Tak bisa berbuat sesuka hati dengan pasiennya.“Ya, Tuhan! Demi, Tuhan! Saya tidak pernah menyakiti Nenek Tariyah! Saya merawatnya dengan baik!” Lyra terengah. Kenapa harus terus menerus difitnah begini?Ajeng tidak peduli. Ia merasa ini adalah kesempatan keduanya untu
Visual tokoh bisa dilihat di IG Author @Rein_Angg, Tiktok @rein_angg47. Mau menghalu bareng pembaca lain, silakan join Grup Facebook: Rein Angg And Friends Lyra bingung dengan permintaan Rex. “Aku berselingkuh? Mana mungkin, Mas!” sanggahnya menggeleng.“Ya, sudah, berikan ponselmu biar aku cek sendiri kebenanrannya. Aku curiga kamu sengaja menjebakku malam itu karena sudah tahu hamil. Daripada tidak ada suami, lebih baik jebak aku. Siapa tahu begitu?”Dada Lyra kembang kempis. Ucapan suaminya sangat menyakitkan! Ia menggeleng, “Kamu yang selingkuh terang-terangan, tapi aku yang dituduh! Ini, periksa sendiri ponselku!” geramnya memberikan benda pipih kepada sang suami. Rex teresenyum, melirik pada gawai di tangannya, “Terkunci. Apa passwordnya?”“030620, tanggal lahirku,” dengkus Lyra masih dipenuhi emosi. Ia terus menatap Rex yang sedang menekan-nekan layar ponselnya. ‘Kamu cari sampai kiamat juga tidak akan menemukan apa pun, Mas!’ dengkusnya dalam hati.Sekitar 10 menit berlalu,
Lyra berlari ke kamar mandi khusus para pekerja di rumah yang terletak di sisi dapur. Rasa mual dalam kandungannya tidak bisa ditahan lagi. “Hoeek! Hoeek!” beberapa kali ia memuntahkan isi perut yang nyaris tidak ada. Sejak bangun dini hari hanya meminum teh dan belum makan sama sekali. Ini adalah pesanan pertamanya sebanyak 50 kotak. Ia bisa mendapatkan untung sekitar 500 ribu dari sini. Bisa langsung disimpan untuk nanti dikirim ke desa kalau sudah terkumpul tiga juta. “Hoeeekkkk!” Muntahannya kian kencang hingga Dita dan Mbak Yanti berlari mendekat.“Kamu tidak apa-apa, Lyra?” Mbak Yanti masuk ke kamar mandi, menyibak rambut temannya ke belakang dan ia pijat-pijat tengkuknya.Dua pekerja itu saling tatap dengan sedikit terengah. Sesuatu telah muncul di benak mereka dan mulai meyakini kebenarannya. Lagipula, ini sudah hampir dua bulan sejak peristiwa memilukan di mana Rex menodai sang gadis. “Mual sekali rasanya, Mbak!” engah Lyra tersengal dan sedikit terisak. Saking tak berhen
Lyra menguatkan diri untuk mengatakan yang sejujurnya kepada sang suami, bahwa ia kini telah berbadan dua. Adapun semua ini adalah hasil perbuatan Rexanda dan di kala malam pedih itu.“Mau bilang apa? Cepat jangan bertele-tele. Aku banyak urusan!” dengkus sang lelaki turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.Bibir dirasa kelu begitu pula lidah yang menjadi kaku. Lyra akhirnya menyerahkan secarik kertas hasil pemeriksaan laboratorium tanpa mengatakan apapun.Rex mengambilnya dengan kasar. Mata tajam sontak meneliti apa saja yang tertulis di sana. Ketika melihat satu kata yaitu POSITIF, aliran darah di sekujur tubuhnya terasa berhenti begitu saja.“Bagaimana kamu bisa memalsu hasil laboratorium seperti ini?” engah Rex melotot dan menatap istrinya dengan wajah merah padam.Lelaki itu benar-benar dikuasai emosi. Hal yang paling ia takutkan adalah Lyra hamil dan sekarang ketakutan itu menjadi nyata. Saat ini ia merasa tidak siap menjadi seorang ayah dari bayi yang dikandung oleh
BAB 62 Perlengkapan HoneymoonVisual tokoh bisa dilihat di IG Author @Rein_Angg, Tiktok @rein_angg47. Mau menghalu bareng pembaca lain, silakan join Grup Facebook: Rein Angg And Friends “Kita pindah rumah? Kamu serius, Mas? Tapi ... apa Papa dan Mama akan setuju? Ini sebuah hal yang besar, lho. Aku khawatir mereka tersinggung?” Lyra tertegun dengan usul tersebut. Bukannya dia tidak mau, tetapi justru khawatir menimbulkan perselisihan di antara keluarga Adiwangsa. “Aku akan rundingkan dengan Papa. Selama Papa mendukung, kita tenang saja,” senyum sang pemuda memandangi istrinya dengan teduh. “Pokoknya, aku tidak mau kita diganggu terus menerus. Aku tidak mau kamu disakiti lagi.”Lyra menghela, “Ya, sudah. Aku bagaimana baiknya menurutmu saja, Mas. Apa pun itu, aku percayakan kepadamu.”Rex mengangguk, memeluk lebih erat sembari mulai mengistirahatkan tubuh di atas pembaringan bersama sang istri. Keduanya saling bertatapan, bertukar senyum. “Lyra,” panggilnya sendu.“Ya?”“Kamu sejak
Betapa terkejutnya Lyra saat melihat suaminya sedang dipeluk oleh ... mantan.Rexanda terbelalak, spontan mendorong Marina hingga terlepaslah pelukan dari tangan lembut itu. Saking kerasnya ia mendorong, foto model seksi itu sampai terjerembab di atas lantai. “Aduh!” pekik Marina ketika bokong sintalnya menghentak lantai. Ajeng langsung berlari dan membantu Marina berdiri. “Aduh, maafkan Rex, ya. Dia cuma kaget saja.”“I-iya, tidak apa, Tante,” angguk Marina sembari merapikan rok mininya. Lyra berjalan dengan kedua tangan memegang kantung belanjaan berisi banyak juice buah yang dibeli di bawah. Ia meletakkan minuman itu di atas kursi, kemudian mendekati suaminya dengan sorot bertanya. Rex menggeleng, memberi jawaban bahwa dia pun bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Mereka hanya saling pandang dan dada pemuda tersebut kembang kempis. Melirik pada Marina, tatap Lyra memperlihatkan keberatan dengan apa yang baru saja wanita itu lakukan. Namun, ia enggan memaki atau berkata ka
Tuan Muda Adiwangsa menatap layar dengan gundah. Pertanyaan Marina membuat dada bergemuruh dengan berbagai emosi campur aduk. Berkali-kali mengetik, tetapi ia hapus lagi. Terus begitu hingga akhirnya memberi jawaban yang dirasa paling pas.Rex [Aku sibuk, tidak ada waktu untuk bertemu.]Marina [Apa iya sibuk tiap hari? Aku cuma minta bertemu sebentar saja. Sekadar mengobrol santai. Tidak masalah, bukan?]Rex [Sudah, ya. Aku mau istirahat.]Lalu, ia menutup layar ponsel, dan meletakkan di meja sebelah ranjang. Bersamaan dengan istrinya keluar dari kamar mandi. “Nah, sini, cepat ke sampingku. Aku kangen,” senyumnya merentangkan tangan, ingin agar Lyra segera hadir di pelukan. Saat mereka sudah bersama, lengan Rex memeluk erat, sembari mengecup kening sang istri. “Tidur saja denganku. Besok baru beres-beres. Terapiku masih dimulai dua hari lagi di rumah sakit. Kita santai dulu melepas lelah.”“Oke, Mas,” angguk Lyra membalas dengan satu kecupan di pipi sang suami. “Kok cuma cium pipi?
Ajeng bukannya bahagia seperti Harlan, tetapi ia justru memekik seakan sebuah bencana baru saja terjadi. “Kenapa Rex bisa menikah lagi dengan Lyra!”Harlan menghela lirih, istrinya ini hingga sekarang tidak berubah sikapnya. Masih saja menganggap Lyra sebagai seseorang yang tidak ada harganya.“Mereka sudah rujuk. Rex dan Lyra saling mencintai sekarang. Aku senang sekali mendengarnya!” tukas Harlan tetap tersenyum dan menyenderkan punggung dengan lega.Ia ambil segelas teh dari atas meja, menenggak beberapa kali, lalu menatap serius pada Ajeng. “Sekitar dua minggu lagi mereka kembali ke Jakarta. Lyra akan tinggal bersama kita.”Ajeng melengos, yang tadinya hendak mengambil makan diurungkan. Mendadak nafsu makannya hilang begitu saja.“Aku mau kamu dan Eva tidak lagi memperlakukan dia dengan buruk. Dia istrinya Rex yang sah, dan anak kita mencintainya.”“Lyra orang yang baik. Lihatlah, saat anak kita lumpuh, dia tidak meninggalkannya. Meski Rex sudah menyakiti dia secara luar biasa, t
“B-ber ... bercin-cin ... apa, Mas?” Lyra sontak pucat pasi mendengar ucapan lelaki yang baru saja menjadi suaminya kembali. Napas memburu meski terasa sesak di tenggorokan.Rex semakin bersemangat menggoda wanita polos itu. “Bercinta, Sayang ... itu, tuh ... malam pertama suami dan istri di atas ranjang, seperti kita sekarang.”“Hah ...? A-aku ... aku ....” Lyra menggeleng, mengulum bibir, telapak tangan makin menjadi dingin.Terkekeh, memang pemuda itu suka menyiksa istrinya dengan godaan sensual, “Kamu kenapa? Mau malam pertama denganku? Ya, aku juga mau, kok. Yuk, kita ... ehm ...,” senyum lelaki tampan beralis tebal dan bertulang pipi tinggi makin lancar menjadikan hati istrinya bagai dihantam meriam.“Tapi ..., aku kan masih belum bisa push up sempurna, jadi ... sepertinya akan lebih baik kamu di atas.”“D-di ... di ... di mana?” Lyra ingin kabur dari kamar saja rasanya.“Di atas,” jelas Rex menahan tawa. “Tidak tahu, ya?”Menggeleng lemas, “Tidak tahu ....”Akhirnya, Tuan Muda
Lyra merasa kepala penuh dengan teriakannya sendiri. Belum siap untuk kemesraan yang menjelang, tetapi Rex seakan sudah tidak sabar untuk melakukan lebih dari yang namanya sekedar mantan suami dan istri.Berteriak bingung di dalam hati, matanya terbelalak lebar ketika ....Akhirnya bibir Rexanda menyentuh. Terasa lembut, hangat, dan mendebarkan. Embusan napas suaminya tersebut menerpa mulai dari kening hingga ke hidung.Mata Lyra pertamanya masih terbuka lebar pada detik-detik pertama bibir mereka bertemu. Ia bisa melihat bagaimana mata Rex terpejam ketika mencium.Namun, perlahan, dalam tiap pagutan yang dilakukan oleh lelaki tampan itu, menutup pula mata sang wanita. Membiarkan dirinya luruh dalam sentuhan, dalam cumbuan, dan dalam keintiman yang dilakukan sang suami. Ada dua hati yang sedang berdebar luar biasa. Gelitik manja di dalam perut, yang di sebut oleh orang luar sebagai “butterfly in my stomach.” Seakan ada kupu-kupu beterbangan di dalam perut, membuat sensasi aneh yang k
Akhirnya pertanyaan yang ditahan selama ini meluncur juga dari bibir pemuda tampan tersebut. Wajah yang biasa dingin, datar, dan ketus berubah menjadi lembut dengan mata berbinar penuh harap.“Ru-rujuk?” gugup Ghea merasa sulit untuk bernapas normal. Semua ini diluar dugaan. Mulai dari pengakuan cinta mereka berdua hingga terucapnya kata-kata sakral tersebut. Rex mengangguk, “Masih sisa empat hari sebelum waktunya habis,” seringainya memamerkan deretan gigi putih nan rapi. “Jadi suami istri lagi, yuk?”Ajakan terakhir diucap dengan nada merajuk yang manja, ditambah dengan rengkuhan lebih erat di jemari lentik. Diakhiri dengan kecupan mesra di punggung tangan. “Aku ingin kamu jadi istriku lagi. Mau, ya?”Lyra mengembus napas dengan terengah. Saking gugupnya hingga pundak naik turun secara cepat. Mata menatap kian lekat pada lelaki di depan. “Kamu serius, Mas?” engahnya masih ragu.“Tentu saja serius. Kenapa kamu tidak percaya?” angguk Rex.“Iya ... uhm ... karena kamu ... aku hanya he
Jantung Lyra menghentak seperti irama disco. Pernyataan cinta dari mantan suaminya membuat berdebar hingga ingin pingsan. “Ka-kamu ... kamu apa?”Rex menggenggam jemari Lyra lebih erat. “Aku dulu tidak memiliki rasa apa pun denganmu, hanya kebencian. Tapi, sepertinya aku dulu memang orang bodoh yang buta.”“Aku sekarang jatuh cinta kepadamu, Lyra ....”Pengakuan yang nampak sangat tulus dari mata seorang lelaki bernama Rexanda Adiwangsa. Di mana beberapa bulan lalu, sorot itu hanya terus memandang dengan kebencian.Wanita berambut panjang menatap dengan tak percaya. “Kamu jatuh cinta kepadaku? Kenapa bisa jatuh cinta kepadaku?”Tawa Rex pelan terdengar. “Ya, aku juga tidak tahu. Mungkin karena kamu begitu baik kepadaku? Di saat semua meninggalkan aku, tidak peduli karena aku cacat, kamu justru tetap bertahan.”Jemari pemuda itu membelai pipi Lyra dengan perlahan, lembut. “Kamu tetap baik meski aku telah berbuat sangat jahat kepadamu. Karena itu ... aku ....”“Berawal dari rasa keterga
Rex bagai disambar geledek mendengar jawaban Lyra. Matanya melotot dan dada kembang kempis. “Jadi, kamu benar-benar sudah pacaran dengan dia?”“Kan aku sudah jawab, kalau iya, memangnya kenapa? Kita sebentar lagi bercerai. Ada masalah denganmu kalau aku pacaran dengan Ian? Toh, kamu sebentar lagi bisa berjalan dan tidak butuh aku untuk menjadi perawatmu?” angguk Lyra sengaja menutupi apa yang terjadi di cafe tadi, bahwa dia tidak bisa membalas perasaan Ian. “Aku ... aku ...,” gagap Rex kelimpungan. Pemuda itu merasa gila mendadak. “Bagaimana mungkin kamu bisa pacaran dengan dia? Kamu masih istriku secara hukum negara!”“Pernikahan kita hanya karena kamu menodai aku! Tidak usah seakan aku ini istrimu sungguhan! Kamu tidak pernah mencintai aku!”“Itu dulu!” bentak Rex ingin melempar remote televisi ke lantai saking emosinya, tetapi ditahan.Lyra megernyitkan kening. “Itu dulu? Maksudnya?”Napas Rex memburu sangat cepat, panas, tersengal. “Itu dulu ... aku dulu memang tidak pernah menci