Tak terasa, kini rumah yang Hayden bangun telah berdiri kokoh dengan sempurna. Segala perlengkapan telah mengisi rumah itu dengan penataan sedemikian rupa sampai Kanaya tidak merasa bosan sedikit pun.Satu hari setelah acara pindah, Kanaya disibukkan oleh bagaimana cara memberi kejutan pada Hayden karena pria itu akan berulang tahun Minggu depan. Kanaya mencari hadiah paling cocok untuk seorang pria dan ingin memastikan jika pria itu akan memakai setiap hari benda yang dihadiahkan olehnya. Dan pilihan Kanaya terjatuh pada kalung. Membayangkan betapa tampannya Hayden memakai kalung yang menggantung sempurna di leher indahnya.Selagi Hayden bekerja, Kanaya meminta pada supir pribadinya agar pergi bersama. Gadis itu mulai mendatangi gedung tempat pemesanan aksesoris berada. Ia memesan dua buah kalung sekaligus karena ia pun mau. Pesanan pertama adalah berupa kalung dengan bandul berbentuk tabung memanjang yang terukir nama HM.Lucano, dan pesanan kedua hanya berbeda pada ukiran namanya saj
Sesuai dengan yang Hayden janjikan beberapa hari yang lalu, pria itu sudah mempersiapkan diri untuk mengajak Kanaya menikmati matahari sore di atas roof top gedung perusahaannya. Gadis itu tampak bersemangat, Hayden yang sedikit lelah sehabis pulang bekerja pun kembali bersemangat karena melihat Kanaya yang bersemangat pula."Kau tidak akan mendorongku dari ketinggian bukan?" tanya Kanaya yang kini tengah berada di dalam mobil yang sama dengan Hayden. "Kau gila?" tanya Hayden membuat tawa Kanaya pecah. Gadis itu sangat suka melihat raut wajah Hayden yang panik, khawatir ataupun takut. Pria itu memiliki sisi menggemaskan juga menurutnya. Entah menurut orang lain."Mendorongmu saja aku tidak pernah," ujar Hayden dengan raut wajah kesalnya. Kanaya terkikik geli dan meminta maaf pada pria itu karena telah mengatakan hal yang tidak-tidak.Sesampainya di kantor, suasana di sana lumayan sepi dengan beberapa karyawan kantor yang memilih lembur. Hayden segera membawa Kanaya ke atas sana, tak lu
Genap satu minggu Hayden dibuat kesal oleh Kanaya karena gadis itu seperti benar-benar melupakan hari ulang tahunnya. Padahal, ia berharap di hari ulang tahunnya yang ke 28 nanti Kanaya memberikan kejutan untuknya. Dan saat ini, gadis itu tengah bersiap bersama Hayden untuk pergi menuju bandara sebelum melakukan penerbangan menggunakan pesawat jet pribadi milik Hayden, sesuai dengan janji pria itu satu minggu yang lalu."Ayolah, tolong jalan sedikit lebih cepat, nanti kita terlambat dan gagal terbang," ujar Kanaya sedikit menggerutu pada Hayden yang berjalan lesu.Melihat keantusiasan gadis itu ternyata berhasil membuat rasa kesal dan sedih di hati Hayden sedikit berkurang. Pria itu pun kini berjalan lebih cepat dari sebelumnya untuk menyusul Kanaya yang sudah duduk tak sabar di dalam mobil."Tidak bisa terbang hari ini pun tidak masalah, masih bisa hari esok dan seterusnya," balas Hayden enteng. Gadis itu sontak mendelik tajam pada pria yang ada di sampingnya.Sopir segera melanjuka
"Kenapa? Kau sepertinya sangat terkejut setelah mendengar siapa nama orang tuaku," ujar Hayden dengan tatapan penasaran. Pasalnya, Kanaya terlihat sangat terkejut dengan nama kedua orang tuanya."2 bulan sebelum orang tuaku meninggal, mereka bercerita padaku jika mereka memiliki teman baik semasa berada di panti. Mereka berencana akan mengajakku mengunjungi makan kedua teman dekatnya yang bernama ... Melly dan John," jelas Kanaya membuat tubuh Hayden menegang."Apa nama panti kedua orang tuamu?" tanya Hayden memastikan jika tebakannya tidaklah salah."Yayasan Permata Indah."DegKali ini jantung Hayden yang terasa lebih cepat berdetak, ia bahkan sampai memegangi dadanya yang bergemuruh membuat Kanaya reflek mengangkat tangan dan ikut merasakan betapa riuhnya detak jantung Hayden."Jadi ... selama ini kau yang kucari," ujar Hayden dengan suara lirih."Maksudmu?""Dulu sebelum meninggal, mereka mengatakan padaku jika mereka memiliki teman dekat yang sudah menjadi pasangan suami istri. Me
Keesokan harinya, Kanaya dan Hayden benar-benar memuaskan diri menikmati liburan singkat mereka kali ini. Bagaimana tidak singkat jika mereka hanya memiliki waktu berlibur 3 hari? Itu pun Hayden masih sering mencuri waktu untuk bekerja dari jarak jauh."Aku lapar," adu Kanaya seraya mengusap perutnya yang berbunyi. Wajah gadis itu juga terlihat sangat memelas membuat Hayden tak tahan untuk tidak mencubit kedua pipi gadisnya."Ingin makan apa, sayangku?" tanya Hayden seraya merangkul mesra bahu kekasihnya. Keduanya saat ini masih berjalan di sekitar Bukchon Hanok Village yang menampilkan rumah-rumah tradisional. Tadi pagi setelah menjelajah Internet Kanaya kukuh ingin ke tempat ini."Apa saja asal makanan khas di sini, usahakan makanan yang tidak aku ketahui tetapi tidak beracun," jawab Kanaya membuat Hayden spontan mencubit hidung mungil gadis di sampingnya."Pria gila mana yang memberikan makanan beracun untuk kekasihnya?" tanya Hayden tanpa melepaskan rangkulannya. Nada bicara pria
Sesampainya di Jakarta pada pukul 3 dini hari, Hayden dan Kanaya pun segera pulang ke apartemen dengan jemputan mereka. Kanaya yang hanya tidur sebentar di pesawat pun tak tahan untuk tidak kembali tidur selama perjalanan menuju apartemen. Sesampainya di depan apartemen, Hayden segera menggendong tubuh mungil kekasihnya karena ia tidak tega jika harus dibangunkan.Sesampainya di penthouse yang ia miliki, ia segera membawa Kanaya ke kamar yang gadis itu miliki. Sengaja tidak ingin tidur sekamar karena ia takut jika terlalu sering maka benteng pertahanannya agar luruh. Mungkin hanya sesekali ia mengajak Kanaya tidur bersama, itupun tidak lebih dari sekedar pelukan."Tidurlah yang lelap sayangku," lirih Hayden pada Kanaya yang sedang asyik terpejam. Sebelum meninggalkan gadis itu, tak lupa Hayden meninggalkan sebuah kecupan lembut di seluruh permukaan wajah kekasihnya. Mungkin beberapa jam ke depan selagi menunggu matahari bersinar, ia akan fokus menyelesaikan beberapa pekerjaannya terl
Kanaya menyambut sang kekasih dengan suka cita, ia bahkan sudah berbenah diri untuk memberikan penampilan terbaiknnya agar Hayden merasa senang setelah seharian lelah bekerja. Dan ya ... sesuai harapan. Hayden begitu bahagia ketika sepulangnya dari tempat kerja, ada yang menyambutnya penuh ceria. Hilang sudah rasa lelahnya.Gadis mungil itu segera memeluk tubuh kokoh kekasihnya, ia menghirup dalam-dalam harumnya tubuh Hayden meskipun sudah seharian berada di luar dan bekerja. Kualitas parfum pria itu tidak main-main rupanya. Hayden yang gemas dengan Kanaya pun segera mencium pipi gadis itu yang seperti bakpau, ia pun segera membawa gadisnya untuk duduk bersama pada sofa ruang keluarga. Sesuatu yang ia bawa pun ia taruh pada meja di hadapan mereka."Wow, sepertinya kau membawa sesuatu yang lezat," ujar Kanaya dengan kedua tangan yang mulai sibuk membuka sesuatu yang Hayden bawa. Benar saja dugannya, pria itu membawa satu box donat beraneka rasa. Kedua mata indah Kanaya sontak berbinar
Keesokan harinya sepulang bekerja, Hayden mendapat ajakan dari Brian untuk menikmati waktu luangnya selama berada di Indonesia sebelum akhirnya kembali pergi ke negara lain. Awalnya Hayden menolak dengan alasan tidak ingin meninggalkan Kanaya terlalu lama. Namun, Brian memberikan penawaran jika ia bisa mengajak Kanaya sekalian. Hayden pun akhirnya menerima ajakan sang teman dengan membawa kekasihnya. Kanaya yang diajak keluar tentu saja senang."Temanmu mengajak bertemu di mana?" tanya Kanaya setelah memasuki mobil yang akan dikendarai langsung oleh Hayden. "Di Cafe tempat biasa kami bertemu dulu. Di sana kami sering membahas pekerjaan dan masalah hal lainnya. Ya ... bertukar cerita sesama teman juga," jelas Hayden membuat Kanaya spontan mengangguk paham. Ia juga sudah tahu jika Brian adalah teman dekat kekasihnya itu."Jika Brian mengajakmu bertemu, maka temuilah dia, jangan ditolak. Jangan jadikan aku alasan, aku takut dia mengira jika setelah memiliki kekasih kau menjadi lupa tema