Keesokan harinya sepulang bekerja, Hayden mendapat ajakan dari Brian untuk menikmati waktu luangnya selama berada di Indonesia sebelum akhirnya kembali pergi ke negara lain. Awalnya Hayden menolak dengan alasan tidak ingin meninggalkan Kanaya terlalu lama. Namun, Brian memberikan penawaran jika ia bisa mengajak Kanaya sekalian. Hayden pun akhirnya menerima ajakan sang teman dengan membawa kekasihnya. Kanaya yang diajak keluar tentu saja senang."Temanmu mengajak bertemu di mana?" tanya Kanaya setelah memasuki mobil yang akan dikendarai langsung oleh Hayden. "Di Cafe tempat biasa kami bertemu dulu. Di sana kami sering membahas pekerjaan dan masalah hal lainnya. Ya ... bertukar cerita sesama teman juga," jelas Hayden membuat Kanaya spontan mengangguk paham. Ia juga sudah tahu jika Brian adalah teman dekat kekasihnya itu."Jika Brian mengajakmu bertemu, maka temuilah dia, jangan ditolak. Jangan jadikan aku alasan, aku takut dia mengira jika setelah memiliki kekasih kau menjadi lupa tema
Setelah mengantarkan sang kekasih sampai pintu utama penthouse, Kanaya kembali masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap mengganti pakaian menjadi pakaian olahraga. Namun sebelum itu, ponsel Kanaya berbunyi menandakan adanya sebuah notifikasi pesan yang masuk. Gadis itu pun segera memeriksanya karena takut jika pesan yang masuk itu pengirimnya adalah Hayden. Setelah membuka ponselnya, Niana mulai bingung ketika pesan berisikan sapaan singkat dari nomor tidak dikenal masuk ke dalam ponselnya. Padahal, ia tidak merasa telah memberikan nomornya pada siapapun. Sejauh ini yang mengetahui nomor ponselnya hanya Hayden dan 1 asisten di penthouse.[Siapa?] ketik Kanaya pada ponselnya lantas mengirimkan pertanyaan itu pada nomor yang tidak dikenal.2 menit tak ada balasan, Kanaya memilih untuk melanjutkan niatnya yang hendak melakukan olahraga seperti biasa. Gadis itu bergegas keluar dari kamar dan memasuki ruang olahraga yang tersedia. Tak sengaja ia melihat kolam renang dengan air yang begitu j
Hayden pulang dengan membawa buah tangan yang sudah ia janjikan dengan sang kekasih. Beberapa waktu yang lalu, ia tak sengaja melihat Kanaya mengotak-atik ponselnya untuk melihat-lihat kamera keluaran terbaru. Gadis itu bahkan sampai men-screenshot beberapa gambar kamera yang mungkin cukup menarik di mata Kanaya. Dan tanpa gadis itu sadari, Hayden tahu betul apa yang sedang gadis itu inginkan. Terlebih lagi, selama ini sebagai pelampiasan rasa bosan Kanaya, gadis itu sering memotret pemandangan dari ketinggian penthouse atau memotret benda-benda yang ada di sekitarnya. Tentu memberikan kamera adalah pilihan terbaik."Apa yang kau bawa itu?" tanya Kanaya seraya menunjuk sebuah paper bag yang Hayden bawa menggunakan dagunya. "Hadiah untukmu. Nah, bukalah!" titah Hayden seraya memberikan sesuatu yang sedari tadi ia bawa. Dengan hati yang penasaran Kanaya segera menerimanya dan membawa paper bag itu menuju sofa ruang keluarga. Hayden pun ikut mengekor di belakang sang kekasih dan mulai
Hayden mendengarkan dengan khusyuk ketika Kanaya mengomentari segala jenis perempuan yang menjadi karyawannya. Wajah gadis itu tampak sangat masam sekali ketika menceritakan sesosok perempuan dengan pakaian ketat sampai menampilkan lekuk tubuhnya yang bahenol. "Bagaimana bisa kau memasukkan manusia seperti itu untuk menjadi pekerjamu? Bagaimana jika nanti para karyawan laki-lakimu yang sudah memiliki pasangan tergoda oleh rekan kerjanya?" tanya Kanaya seolah tak habis pikir dengan keadaan kantor Hayden.Pria itu mengendikkan bahunya acuh, ia sama sekali tidak peduli dengan apa yang Kanaya pikirkan saat ini. Selagi mereka bekerja dengan baik dan tidak menimbulkan kesalahan yang akan merugikan perusahaan, ia masa bodoh."Itu urusan mereka, Sayangku. Selagi mereka tidak melakukan kesalahan dan merugikan perusahaan, aku tidak bisa memecatnya dengan asal," jawab Hayden yang tak bisa mengubah mood Kanaya yang sudah anjlok. "Tinggal katakan saja jika kau juga menyukai pemandangan seperti i
Hayden baru saja memasuki ruangannya setelah melakukan meeting bersama para petinggi perusahaan untuk membahas mengenai pengembangan produk baru. Beruntung meeting berjalan dengan lancar sehingga Hayden bisa menyelesaikannya tepat waktu.Saat ini pria itu tengah asyik mengerjakan beberapa pekerjaan lagi sebelum akhirnya makan siang. Mengingat makanan, ia rindu dengan menikmati makan siang bersama Kanaya. Terlebih lagi dengan hasil makanan yang gadis itu buat. "Sedang apa gadisku sekarang?" tanya Hayden pada dirinya sendiri seraya menatap figura foto yang menampilkan sosok yang tengah ia rindukan. Terlebih lagi akhir-akhir ini ia sengaja membuat sedikit ada jarak antara dirinya dengan sang kekasih, tujuannya agar ketika kejutan itu diberikan nanti sore, Kanaya bisa lebih terkejut lagi.Di tengah asyiknya memikirkan Kanaya, tiba-tiba saja pintu ruangannya terketuk dari luar dan menampilkan seorang wanita cantik yang merupakan manager penting di perusahaannya. Wanita itu juga membawakan
Kanaya hanya bisa patuh ketika dirinya mulai dirias dengan riasan sederhana dan memakai dress yang cukup menawan walau tak terlalu glamor. Hayden sendiri tengah bersiap di ruangan lain menggunakan pakaian formal yang ia sukai. Selesai bersiap, pasangan itu segera menuju tempat yang telah ditentukan. Selama perjalanan, Kanaya hanya bisa menahan rasa penasaran karena Hayden tidak akan menjawab jika dirinya bertanya mengenai tujuan mereka kali ini. "Sebentar lagi akan tiba, dan aku ingin menutup matamu," ujar Hayden seraya mengeluarkan sebuah dasi miliknya yang telah ia siapkan di saku celana. Pandangan Kanaya mulai tertutup ketika kain panjang itu menutup matanya, dan ia akan menyerahkan dirinya sendiri pada sang kekasih untuk dilindungi."Kau membuat jantungku semakin berdebar," ucap Kanaya dibalas kekehan kecil oleh kekasihnya. Sebelah tangan pria itu dengan lihai membawa sang sang kekasih ke dalam dekapannya seperti biasa.Mobil yang sebelumnya melaju kini terhenti pada area yang
Bertepatan dengan Hayden dan Kanaya yang baru saja sampai di basement apartemen mereka, Brian juga tampaknya berada di sana. Hayden sedikit bingung ketika melihat temannya ada di sana, ia rasa tidak ada orang lain yang Brian kenal selain dirinya. Apakah tujuannya memang pada dirinya?Bryan melambaikan tangannya pada sepasang calon suami istri yang baru keluar dari dalam mobil. Dua manusia itu pun membalas lambaian tangannya dan menunggu Brian untuk menghampirinya. "Maafkan aku yang tidak bisa menghadiri acara ulang tahun sekaligus lamaran kalian, pekerjaanku benar-benar padat dan baru bisa menyempatkan diri sekarang untuk memberi Kanaya hadiah," ujar Brian seraya memberikan sebuah paper bag berwarna maroon pada Kanaya. Gadis itu pun menerimanya dengan senang hati dan tak lupa mengucapkan terima kasih."Terima kasih, Tuan Brian. Karena kau tidak sempat menikmati makanan di pesta kami, bagaimana jika makan di penthouse saja?" tawar Kanaya yang tidak enak hati jika langsung mengusir Bri
Di lain tempat, Brian dibuat kecewa oleh segala macam penolakan yang Kanaya lakukan. Bahkan saat ini gadis itu sudah memblokir nomornya sehingga tidak bisa bertukar pesan seperti biasa.Brian tampak berpikir begitu serius mencari cara yang tepat dan akurat untuk mendapatkan sosok yang dimau, ia tidak akan mudah menyerah demi gadis itu."Aku tidak peduli setelah ini pertemanan kita akan hancur, Hayden. Yang aku inginkan saat ini hanya gadismu, calon istri yang kau jaga dengan begitu baik sampai masih tersegel meskipun tidur satu ranjang yang sama. Terima kasih telah menjaganya, kini giliranku untuk mendapatkan dia," ujar Brian tanpa didengar oleh siapapun. Pria itu saat ini tengah sendiri meratapi nasibnya yang ditolak oleh gadis yang ia sukai. Brian tersenyum miring memikirkan cara yang sebentar lagi akan ia lakukan. Sedikit ekstrem, namun ia benar-benar tak peduli. Sosok cantik Kanaya selalu menari dalam ingatannya.Setelah merasa cukup memikirkan cara, Brian kembali pergi ke lain t