Sesampainya di Jakarta pada pukul 3 dini hari, Hayden dan Kanaya pun segera pulang ke apartemen dengan jemputan mereka. Kanaya yang hanya tidur sebentar di pesawat pun tak tahan untuk tidak kembali tidur selama perjalanan menuju apartemen. Sesampainya di depan apartemen, Hayden segera menggendong tubuh mungil kekasihnya karena ia tidak tega jika harus dibangunkan.Sesampainya di penthouse yang ia miliki, ia segera membawa Kanaya ke kamar yang gadis itu miliki. Sengaja tidak ingin tidur sekamar karena ia takut jika terlalu sering maka benteng pertahanannya agar luruh. Mungkin hanya sesekali ia mengajak Kanaya tidur bersama, itupun tidak lebih dari sekedar pelukan."Tidurlah yang lelap sayangku," lirih Hayden pada Kanaya yang sedang asyik terpejam. Sebelum meninggalkan gadis itu, tak lupa Hayden meninggalkan sebuah kecupan lembut di seluruh permukaan wajah kekasihnya. Mungkin beberapa jam ke depan selagi menunggu matahari bersinar, ia akan fokus menyelesaikan beberapa pekerjaannya terl
Kanaya menyambut sang kekasih dengan suka cita, ia bahkan sudah berbenah diri untuk memberikan penampilan terbaiknnya agar Hayden merasa senang setelah seharian lelah bekerja. Dan ya ... sesuai harapan. Hayden begitu bahagia ketika sepulangnya dari tempat kerja, ada yang menyambutnya penuh ceria. Hilang sudah rasa lelahnya.Gadis mungil itu segera memeluk tubuh kokoh kekasihnya, ia menghirup dalam-dalam harumnya tubuh Hayden meskipun sudah seharian berada di luar dan bekerja. Kualitas parfum pria itu tidak main-main rupanya. Hayden yang gemas dengan Kanaya pun segera mencium pipi gadis itu yang seperti bakpau, ia pun segera membawa gadisnya untuk duduk bersama pada sofa ruang keluarga. Sesuatu yang ia bawa pun ia taruh pada meja di hadapan mereka."Wow, sepertinya kau membawa sesuatu yang lezat," ujar Kanaya dengan kedua tangan yang mulai sibuk membuka sesuatu yang Hayden bawa. Benar saja dugannya, pria itu membawa satu box donat beraneka rasa. Kedua mata indah Kanaya sontak berbinar
Keesokan harinya sepulang bekerja, Hayden mendapat ajakan dari Brian untuk menikmati waktu luangnya selama berada di Indonesia sebelum akhirnya kembali pergi ke negara lain. Awalnya Hayden menolak dengan alasan tidak ingin meninggalkan Kanaya terlalu lama. Namun, Brian memberikan penawaran jika ia bisa mengajak Kanaya sekalian. Hayden pun akhirnya menerima ajakan sang teman dengan membawa kekasihnya. Kanaya yang diajak keluar tentu saja senang."Temanmu mengajak bertemu di mana?" tanya Kanaya setelah memasuki mobil yang akan dikendarai langsung oleh Hayden. "Di Cafe tempat biasa kami bertemu dulu. Di sana kami sering membahas pekerjaan dan masalah hal lainnya. Ya ... bertukar cerita sesama teman juga," jelas Hayden membuat Kanaya spontan mengangguk paham. Ia juga sudah tahu jika Brian adalah teman dekat kekasihnya itu."Jika Brian mengajakmu bertemu, maka temuilah dia, jangan ditolak. Jangan jadikan aku alasan, aku takut dia mengira jika setelah memiliki kekasih kau menjadi lupa tema
Setelah mengantarkan sang kekasih sampai pintu utama penthouse, Kanaya kembali masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap mengganti pakaian menjadi pakaian olahraga. Namun sebelum itu, ponsel Kanaya berbunyi menandakan adanya sebuah notifikasi pesan yang masuk. Gadis itu pun segera memeriksanya karena takut jika pesan yang masuk itu pengirimnya adalah Hayden. Setelah membuka ponselnya, Niana mulai bingung ketika pesan berisikan sapaan singkat dari nomor tidak dikenal masuk ke dalam ponselnya. Padahal, ia tidak merasa telah memberikan nomornya pada siapapun. Sejauh ini yang mengetahui nomor ponselnya hanya Hayden dan 1 asisten di penthouse.[Siapa?] ketik Kanaya pada ponselnya lantas mengirimkan pertanyaan itu pada nomor yang tidak dikenal.2 menit tak ada balasan, Kanaya memilih untuk melanjutkan niatnya yang hendak melakukan olahraga seperti biasa. Gadis itu bergegas keluar dari kamar dan memasuki ruang olahraga yang tersedia. Tak sengaja ia melihat kolam renang dengan air yang begitu j
Hayden pulang dengan membawa buah tangan yang sudah ia janjikan dengan sang kekasih. Beberapa waktu yang lalu, ia tak sengaja melihat Kanaya mengotak-atik ponselnya untuk melihat-lihat kamera keluaran terbaru. Gadis itu bahkan sampai men-screenshot beberapa gambar kamera yang mungkin cukup menarik di mata Kanaya. Dan tanpa gadis itu sadari, Hayden tahu betul apa yang sedang gadis itu inginkan. Terlebih lagi, selama ini sebagai pelampiasan rasa bosan Kanaya, gadis itu sering memotret pemandangan dari ketinggian penthouse atau memotret benda-benda yang ada di sekitarnya. Tentu memberikan kamera adalah pilihan terbaik."Apa yang kau bawa itu?" tanya Kanaya seraya menunjuk sebuah paper bag yang Hayden bawa menggunakan dagunya. "Hadiah untukmu. Nah, bukalah!" titah Hayden seraya memberikan sesuatu yang sedari tadi ia bawa. Dengan hati yang penasaran Kanaya segera menerimanya dan membawa paper bag itu menuju sofa ruang keluarga. Hayden pun ikut mengekor di belakang sang kekasih dan mulai
Hayden mendengarkan dengan khusyuk ketika Kanaya mengomentari segala jenis perempuan yang menjadi karyawannya. Wajah gadis itu tampak sangat masam sekali ketika menceritakan sesosok perempuan dengan pakaian ketat sampai menampilkan lekuk tubuhnya yang bahenol. "Bagaimana bisa kau memasukkan manusia seperti itu untuk menjadi pekerjamu? Bagaimana jika nanti para karyawan laki-lakimu yang sudah memiliki pasangan tergoda oleh rekan kerjanya?" tanya Kanaya seolah tak habis pikir dengan keadaan kantor Hayden.Pria itu mengendikkan bahunya acuh, ia sama sekali tidak peduli dengan apa yang Kanaya pikirkan saat ini. Selagi mereka bekerja dengan baik dan tidak menimbulkan kesalahan yang akan merugikan perusahaan, ia masa bodoh."Itu urusan mereka, Sayangku. Selagi mereka tidak melakukan kesalahan dan merugikan perusahaan, aku tidak bisa memecatnya dengan asal," jawab Hayden yang tak bisa mengubah mood Kanaya yang sudah anjlok. "Tinggal katakan saja jika kau juga menyukai pemandangan seperti i
Hayden baru saja memasuki ruangannya setelah melakukan meeting bersama para petinggi perusahaan untuk membahas mengenai pengembangan produk baru. Beruntung meeting berjalan dengan lancar sehingga Hayden bisa menyelesaikannya tepat waktu.Saat ini pria itu tengah asyik mengerjakan beberapa pekerjaan lagi sebelum akhirnya makan siang. Mengingat makanan, ia rindu dengan menikmati makan siang bersama Kanaya. Terlebih lagi dengan hasil makanan yang gadis itu buat. "Sedang apa gadisku sekarang?" tanya Hayden pada dirinya sendiri seraya menatap figura foto yang menampilkan sosok yang tengah ia rindukan. Terlebih lagi akhir-akhir ini ia sengaja membuat sedikit ada jarak antara dirinya dengan sang kekasih, tujuannya agar ketika kejutan itu diberikan nanti sore, Kanaya bisa lebih terkejut lagi.Di tengah asyiknya memikirkan Kanaya, tiba-tiba saja pintu ruangannya terketuk dari luar dan menampilkan seorang wanita cantik yang merupakan manager penting di perusahaannya. Wanita itu juga membawakan
Kanaya hanya bisa patuh ketika dirinya mulai dirias dengan riasan sederhana dan memakai dress yang cukup menawan walau tak terlalu glamor. Hayden sendiri tengah bersiap di ruangan lain menggunakan pakaian formal yang ia sukai. Selesai bersiap, pasangan itu segera menuju tempat yang telah ditentukan. Selama perjalanan, Kanaya hanya bisa menahan rasa penasaran karena Hayden tidak akan menjawab jika dirinya bertanya mengenai tujuan mereka kali ini. "Sebentar lagi akan tiba, dan aku ingin menutup matamu," ujar Hayden seraya mengeluarkan sebuah dasi miliknya yang telah ia siapkan di saku celana. Pandangan Kanaya mulai tertutup ketika kain panjang itu menutup matanya, dan ia akan menyerahkan dirinya sendiri pada sang kekasih untuk dilindungi."Kau membuat jantungku semakin berdebar," ucap Kanaya dibalas kekehan kecil oleh kekasihnya. Sebelah tangan pria itu dengan lihai membawa sang sang kekasih ke dalam dekapannya seperti biasa.Mobil yang sebelumnya melaju kini terhenti pada area yang
Kini, kehidupan Kanaya dan Hayden berjalan dengan begitu indah. Mereka menikmati waktu demi waktu sambil membesarkan Reynald yang terus tumbuh. Mereka rasa, kemarin agaknya Reynald masih bayi dan membutuhkan ASI. Saat ini, anak itu sudah memasuki sekolah dasar seraya terus berdoa pada Tuhan agar memberinya adik.Pulang sekolah, Reynald di jemput oleh Kanaya beserta sopir pribadi ibunya. Hayden belum pulang, pria itu semakin sibuk karena perusahaannya semakin berkembang pesat."Rey, Ibu punya sesuatu untuk Rey. Apakah Rey tahu apa itu?" tanya Kanaya pada sang anak yang duduk di sampingnya. Rey menoleh di sela-sela kesibukannya yang sedang membuka sepatu."Apa itu, Ibu? Apa ada mainan baru?" tebak Reynald dengan wajah yang begitu sumringah. Biasanya, seminggu atau dua minggu sekali Kanaya ataupun Hayden selalu membelikan mainan baru untuk Reynald.Kanaya menggeleng, wanita itu semakin membuat Reynald bertanya-tanya."Ibu ... Reynald tidak tahu. Bisakah beritahu Rey sekarang saja?" pinta
Pergulatan panas mereka selesai bertepatan dengan Reynald yang terbangun. Memang anak itu sesekali bangun untuk memberitahukan pada ayah dan ibunya jika ia lapar. Belum lagi popok yang digunakan sudah penuh meminta diganti.Untuk saat ini Kanaya memasrahkan Reynald pada Hayden sepenuhnya, wanita itu sudah tak sanggup membuka mata apalagi bangun dari tempat tidurnya. Alhasil, Hayden-lah yang menenangkan Reynald serta mengganti popok anaknya. Beruntung Kanaya selalu menyediakan ASI di dalam botol dan hanya perlu dipanaskan sebentar. "Cup cup cup, cepat tidur kembali ya anak Ayah. Ayah lelah sekali, Sayang. Lihat ibumu, ada gempa pun sepertinya dia tidak akan bangun," ujar Hayden pada sang anak. Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, Hayden terus menimang dan menyenandungkan nada lagu kecil agar mempercepat kantuk sang anak datang. Reynald yang sangat nyaman dipeluk ayahnya pun perlahan-lahan kembali tertidur. Bayi itu juga tampaknya tahu jika sang ayah sangat mengantuk.Hayden terse
Saat ini, Hayden maupun Kanaya masih dalam masa pemulihan. Mungkin sekitar dua hari lagi mereka berdua bisa dipulangkan.Saat ini, Hayden tengah diperiksa untuk kesekian kalinya. Pria itu sebenarnya sudah muak berhadapan dengan dokter, namun apa boleh buat? Ia hanya bisa pasrah dan menerima semuanya.Kanaya sendiri saat ini tengah menimang Reynald setelah bayi itu diberi susu. Mata Reynald yang sesekali terbuka membuat Kanaya sangat gemas dan ingin menggigit anaknya sendiri. Beruntung Kanaya masih waras dan tidak melakukan hal itu pada buah hatinya."Dokter, apakah ayah sudah sembuh?" tanya Kanaya menirukan suara anak-anak seolah Reynald-lah yang bertanya. Dokter maupun Hayden yang sedang diperiksa sontak terkekeh geli mendengar suara Kanaya. "Ayahmu sudah sehat, anak tampan. Hanya saja, masih butuh perawatan selama beberapa hari sebelum diizinkan pulang. Reynald pasti bosan ya di rumah sakit?" tanya dokter pada bayi itu. Yang menjawab tentu bukan Reynald, melainkan ibunya."Sangat
Beberapa hari kemudian, tanpa diduga dan disangka Kanaya mengalami kontraksi hebat ketika sedang menjenguk Hayden yang belum sadarkan diri. Dokter memperkirakan beberapa jam lagi Hayden akan membuka matanya setelah melihat kondisi pria itu yang semakin membaik. Namun, Kanaya tak sempat melihat sang suami membuka mata karena rasa sakit yang dialaminya. Padahal, hari perkiraan lahir masih tersisa satu minggu, namun Tuhan berkehendak lain.Alhasil, Kanaya segera dimasukkan ke dalam ruang bersalin dan langsung ditangani oleh dokter yang biasa memantaunya. Proses melahirkan secara normal Kanaya tempuh sendirian tanpa dukungan sang suami. Wanita itu sempat merasa sedih, namun setelah mendengar kata-kata penyemangat dari dokter, Kanaya menjadi lebih semangat lagi untuk melahirkan anaknya.'Semoga setelah anak kita lahir, kau secepatnya membuka mata, Suamiku.' Kanaya terus berdoa di dalam hati untuk suaminya, rasa sakit yang begitu dahsyat tak bisa dielakkan selain dihadapi."Nyonya, tolong m
Hayden ditangani sebaik mungkin oleh dokter yang ada di rumah sakit. Pria itu mengalami kecelakaan cukup parah sewaktu mencari kedai bakso yang istrinya inginkan. Sungguh, kejadian itu terasa begitu cepat seolah hanya kilatan cahaya. Kanaya sendiri masih tak sadarkan diri setelah ditangani oleh dokter, wanita itu benar-benar tidak terima dengan kabar yang didengarnya. Para orang kepercayaan Hayden yang selalu menjaga keluarga itu pun segera berdatangan dan mengambil alih kendali semuanya. Beberapa saat kemudian, Kanaya telah sadar dari pingsan dan langsung mencari suaminya. Tepat saat itu pula Hayden sudah dipindahkan ke ruangan yang lebih intensif lagi agar cepat pulih. Kanaya segera dibantu oleh suster serta orang kepercayaannya untuk melihat Hayden. Air mata wanita itu tak henti bercucuran melihat kondisi sang suami yang begitu memprihatinkan. Kanaya menyesal meminta pria itu keluar untuk mengabulkan keinginannya."Aku mohon ... bangun, Sayang. Maafkan aku, maafkan aku," racau K
Perut Kanaya tampak semakin membesar seiring berjalannya waktu. Saat ini usia kandungan wanita sudah menginjak bulan ke sembilan, mereka semakin dibuat tak sabar menanti kelahiran sang buah hati. Segala persiapan untuk kelahiran sang anak sudah Hayden dan Kanaya siapkan sebaik mungkin. Meskipun saat anak mereka lahir tidak langsung di tempatkan pada kamar terpisah, namun kamar bayi itu sendiri sudah siap pakai dengan segala fasilitas yang lengkap di dalamnya. Kanaya sebenarnya tidak meminta Hayden untuk menyiapkan kamar anak secepat itu. Namun, Hayden sendiri yang sudah tidak sabar ingin mendekor kamar sang anak. "Kau sangat yakin mendekor kamar dengan warna biru seolah anak kita laki-laki," celetuk Kanaya pada sang suami yang baru selesai menata ulang letak kamar tidur sang anak bersama orang-orang suruhannya."Tentu saja warna biru karena aku yakin anak kita akan laki-laki. Meskipun perempuan, warna biru juga tidak terlalu buruk. Kita bisa mengganti dekorasi kapan saja," balas Ha
Pesawat pribadi milik Hayden dan Kanaya kembali mengudara untuk mengantarkan pemiliknya ke tanah air. Tak banyak yang mereka lakukan selama berada di pesawat selain makan dan tidur. Kadang juga pergi ke kamar mandi sesekali. "Huh, nyawaku seperti masih tertinggal di Bora Bora," gumam Kanaya lesu. Wanita itu tengah bermalas-malasan di dalam kamar bersama suaminya. Mereka sempat menonton film, namun tidak sampai selesai karena Kanaya mendadak tidak suka dengan aktornya. Alhasil, Hayden segera mematikan televisi. "Setelah anak kita bisa diajak bepergian, kita akan kembali berlibur ke tempat yang kau inginkan itu," ujar Hayden agar Kanaya tidak terlalu sedih memikirkan Bora Bora. Wanita hamil satu ini sangat sensitif dan cengeng."Itu masih lama," cicit Kanaya sambil menenggelamkan wajahnya di tumpukan selimut yang tampak kusut.Hayden menghela napas cukup panjang untuk mencari stok kesabaran. Setelah mendapatkannya, Hayden kembali mendekati wanita itu dan menghiburnya. "Apakah ingin
Setelah aktivitas meninggalkan jejak telah terlaksana dengan baik, keduanya kini tengah menikmati waktu romantis di emperan resort yang langsung menghadap ke arah matahari tenggelam.Kanaya duduk di antara dua kaki Hayden dan tubuh bersandar nyaman pada dada kokoh suaminya. Kedua tangan Hayden pun tak bisa diam dan terus mengusap permukaan perut sang istri. Perut buncit ini selalu menjadi favorit tempat kedua tangannya."Ah iya, aku ingin meminta bantuan pada pengawalmu untuk memotret kita di sini," ujar Kanaya seraya menengadah untuk bisa menatap suaminya.Pria itu tersenyum kecil, tak tahan untuk tidak mengecup dahi Kanaya ketika melihat tatapan penuh binar di kedua mata istrinya itu."Mereka sudah melakukannya, Sayang." Hayden menunjuk salah satu anak buahnya yang sedang memegang kamera beresolusi tinggi untuk bisa menghasilkan gambar terbaik. Kanaya cukup terkejut sebenarnya karena menyadari ada seseorang yang memotretnya sedari tadi."Sejak kapan dia ada di sini?""Sejak kita men
Demi istri tercinta, apapun akan Hayden lakukan bahkan menggali batu sekalipun. Kurang lebih satu jam Hayden meminta pada salah satu warga lokal dan seorang nelayan untuk membantunya menangkap cumi-cumi. Kanaya menunggu dengan hati berbunga di tepi pantai sambil sesekali melihat ke arah tengah laut di mana Hayden sedang menangkap cumi-cumi.Pria itu berhasil membawa 5 buah cumi-cumi berukuran sedang, Hayden segera menunjukkan pada sang istri penuh percaya diri.Kanaya sontak berjingkrak-jingkrak bahagia mendapatkan apa yang dirinya mau. Wanita itu bahkan sampai memfoto cumi-cumi lucu hasil kerja keras Hayden."Terima kasih, Suamiku! Terima kasih, Paman!" ujar Kanaya pada seorang nelayan yang telah membantu Hayden.Kanaya juga memberikan beberapa lembar uang untuk nelayan tadi, meskipun pada akhirnya ditolak karena paman nelayan membantu dengan tulus tanpa mengharap imbalan apapun. Terlebih lagi ketika mengetahui Kanaya tengah hamil besar, nelayan itu dengan senang hati membantu mengab