Share

49. Hadiah Paling Indah

Author: Tetiimulyati
last update Last Updated: 2023-01-13 16:16:22

"Katakan," ucapku lirih.

"Katakan apa?" tanyanya setengah berbisik.

"Katakan apa hadiahnya?" Aku menyahut sambil terus menunduk menatap pekerjaanku. Bisikannya barusan sukses membuat aku didera rasa canggung yang berlebihan.

"Tidak ada hadiah yang paling indah bagi seorang istri yang melayani suaminya dengan sepenuh hati dalam keridhaan. Dan itu bukan dalam hal memasangkan dasi saja, juga termasuk pekerjaan lainnya. Hadiahnya itu adalah surga."

"Maksud Om?" Aku memberanikan diri menatap wajahnya sekilas. Entah kenapa tiba-tiba aku seperti merasakan gemuruh yang berbeda dalam dadaku.

"Seorang istri itu bukan pembantu, tapi ketika dia melayani suaminya tanpa diminta dengan ikhlas, dia akan mendapatkan surga sebagai balasannya. Selain itu, dia akan makin disayang suaminya, dan sudah pasti si suami akan ridho."

"Tapi sayangnya aku tidak mencintai Om. Bagaimana aku bisa melakukan semua itu?" Aku mengakhiri ucapanku dengan senyum miring sambil menurunkan tanganku. Pekerjaanku sudah selesai
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   50. Kenapa Senyum-senyum?

    "Kamu sudah terbiasa pergi ke pesta 'kan?""Biasanya gaunku tidak seperti ini. Dulu gaunku pendek diatas lutut." Aku mendengus, kulirik pria itu pun mengalihkan pandangan sambil menghembuskan nafas kasar."Oke, sorry. Kalau penampilan ini membuatmu tidak nyaman. Tapi seperti yang aku bilang tadi, kamu harus membiasakan diri dengan pakaian seorang muslimah."Mendengar itu aku tidak menjawab, jujur saja ini sangat memberatkan."Sekarang pakai sepatunya dan turunkan ujung gaunnya!""Tapi ... ""Ayo, aku bantu."Om Do mengambil-alih sepatu yang aku pegang bersamaan dengan tas. Lalu dia berlutut dihadapanku untuk membantuku memakai sepatu. Tangannya begitu terasa lembut ketika menyentuh kakiku lalu dengan perlahan dia melakukannya.Perasaan aneh kembali aku rasakan ketika kami bersentuhan. Tuhan, apakah ini? Kenapa aku jadi seperti ini jika berdekatan dan bersentuhan dengannya. Apakah ada yang salah?Ku pejamkan mata sambil menormalkan irama jantungku yang entah kenapa mendadak menjadi ber

    Last Updated : 2023-01-13
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   51. Siapa yang Tunangan?

    "Apa dulu Rendy pernah bercerita tentang aku padamu?" Suara Om Do memecah kesunyian."Pernah. Rendy bilang kalau dia punya seorang Om yang gaje, enggak asik, sok tahu dan suka ngatur-ngatur." Aku berkata jujur, memang itu yang dikatakan oleh Rendy."Ha-ha-ha. Jadi itu penilaian Rendy terhadapku?" Tak kusangka, Om Do malahan tertawa sebagai reaksinya. Kukira dia akan marah atau setidaknya menyangkal."Ya sepertinya begitu.""Kamu percaya?" Dia menoleh sekilas."Percaya. Aku pikir Om-om memang seperti itu.""Dan setelah kamu bertemu dan kenal denganku? Bagiamana?""Memang seperti itu.""Jadi di matamu, aku ini gaje, enggak asik, sok tahu dan suka ngatur-ngatur?""Memang iya," jawabku datar.Aku mendengar pria di sebelahku membuang nafas berat."Baiklah. Mungkin aku harus merubah pandangan itu di matamu. Pertama, aku jelas suamimu jadi stop menganggapku tidak jelas. Kalau aku enggak asik tolong kamu beri tahu bagaimana caranya supaya bisa membuatmu asik. Usia kita terpaut jauh, jadi waja

    Last Updated : 2023-01-13
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   52. Panggil Aku, Mas!

    Rumah tante Renita malam ini nampak ramai. Di halaman depan beberapa mobil terparkir sampai ke pinggir jalan. Aku melirik Om Do begitu mobilnya berhenti. Ada rasa ragu untuk memasuki rumah Tante Renita yang merupakan kakak Om Do. Tentu akan banyak keluarga yang hadir dan sebagian dari mereka memang mengetahui apa yang sudah terjadi antara kami."Tidak apa-apa. Tenang saja, 'kan ada aku." Pria ini sepertinya mengerti apa yang sedang aku pikirkan. Om Do langsung memberikan kekuatan dan dukungan."Tapi .... ""Ayolah ... tenangkan dirimu. Semua akan baik-baik saja. Jika ada orang yang berkata miring tidak usah ditanggapi." Setelah berkata seperti itu, Om Do turun duluan, sementara aku masih diam tak bergerak sampai pria itu membukakan pintu dan mengulurkan tangannya.Dengan bantuannya, aku ke luar dari mobil lalu berdiri membetulkan gaunku. Pria ini pun menunduk, merapikan ujung gaunku. Semenjak dari ruko, Om Do tidak berhenti memperhatikan aku. Mungkin dia merasa bertanggung jawab karen

    Last Updated : 2023-01-14
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   53. Jaga Bicaramu

    Om Do membawa aku berjalan dan menyapa beberapa orang yang sepertinya dia kenal. Aku hanya tersenyum ketika mereka menyapaku dan pria ini memperkenalkan aku sebagai istrinya."Jadi, Nak Faldo sudah menikah? Kenapa tidak mengundang kami?" tanya seorang Ibu sambil mengusap lengan Om Do."Kami memang tidak mengadakan pesta, hanya acara kecil-kecilan. Nanti lah kalau ada rezeki atau kalau kelahiran anak kami. Insya Allah kami akan mengadakan syukuran," jawab Om Do dengan nada rendah."Kamu itu memang dari dulu selalu diam-diam, tapi membuat gebrakan yang luar biasa," puji wanita itu lagi sambil tersenyum bangga."Bude bisa saja." "Iya loh, Nak Lala, Faldo ini orangnya pendiam. Dia tidak suka banyak bicara dan tidak banyak gaya, tapi tahu-tahu duaarr! Seperti ini, dia tidak pernah mengumumkan kalau dia punya pacar atau menjalin hubungan dengan seseorang. Tahu-tahu dia sudah membawa istri yang sangat cantik." Wanita yang dipanggil Bude oleh Om Do itu beralih menatapku sambil tersenyum, aku

    Last Updated : 2023-01-14
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   54. Asing di Keluarga Sendiri

    "Oh, jangan-jangan kamu pun sudah terbuai oleh rayuan wanita murahan ini. Tapi bagus lah, dia memang cocok sama kamu, Faldo. Hidup dan latar belakang kamu tidak jauh berbeda dengan wanita ini. Tuhan memang Maha adil, memberikan pasangan yang serasi jalan hidupnya," imbuhnya Mbak Sari. Kali ini di tersenyum meski tidak ada manis-manisnya. Kecut."Permisi Mbak, Bude. Terima kasih atas sambutannya." Masih merangkul bahuku, Om Do lalu mengajakku pergi dari hadapan dua wanita itu. Entah apa yang kemudian mereka bicarakan, karena samar-samar, aku masih mendengar mereka bersuara lalu tertawa cekikikan."Jangan dimasukkan ke hati, ya. Mbak Sari memang seperti itu, dia sepupuku."Aku tidak mampu berkata-kata, ucapkan wanita yang disebut bernama Mbak Sari itu membuatku syok. Jika memang keadaanku seperti itu, tidak perlu juga Mbak Sari membahasnya di depan umum. Apalagi secara terang-terangan seperti itu."Tolong kuasai dirimu, kendalikan emosimu, La. Kita sedang berada di tempat umum, kalau ka

    Last Updated : 2023-01-14
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   55. Bayangan

    "Apa Rendy tidak memberitahu posisinya di mana?""Tidak. Dan setelah itu, nomor yang dia gunakan untuk menghubungi Mbak tidak aktif sampai sekarang.""Berarti Rendy menggunakan nomornya baru?" Tante Renita mengangguk. Aku segera mengeluarkan ponsel dan memperlihatkan nomor yang menghubungiku tempo hari."Apa nomor ini?" Aku menunjukkan pada Tante Renita."Sepertinya iya."Nomor ini juga pernah menghubungi saya tapi langsung tidak aktif begitu saya sampai di tempat yang dia kirimkan." Aku melirik Om Do, karena merasa bersalah sudah berbohong padanya."Kalian janjian?" Tante Renita bertanya lagi."Ya, Rendy meminta bertemu tapi kami tidak sempat bertemu karena ponsel Rendy keburu tidak aktif.""Ya ampun Rend. Kamu di mana, Nak?" Tante Renita kembali terisak."Apa tidak sebaiknya lapor polisi saja, Mbak?" Om Do menimpali."Sudah. Ini sedang diproses.""Kalau begitu mudah-mudahan segera ada titik terang, Mbak.""Aamiin, semoga saja," jawab Tante Renita parau."Lala memang sangat mengkhaw

    Last Updated : 2023-01-14
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   56. Perlu Bantuan?

    Tidak ada jawaban dari pria di sampingku ini. Aku meliriknya, pria itu fokus menjalankan mobil. Sekali lagi aku menoleh ke balkon kamar Rendy, tidak ada apa-apa. Benarkah apa yang kulihat tadi itu hanya halusinasiku saja karena aku terlalu mengkhawatirkan Rendy?Aku ingin mendengar sendiri dari kamu, apa yang kamu lakukan di cafe siang itu bersama Ghea dan Mitha? Apa benar ... yang tadi kamu bilang sama Mbak Renita?"Begitu sampai di ruko pria berkumis tipis itu sudah memberondongku dengan pertanyaan. Bahkan dia tidak memberiku kesempatan untuk sekedar berganti pakaian."Nanti dulu, Om. Aku pun belum berganti pakaian." Aku protes karena memang kegerahan."Kamu bisa mengganti pakaian sambil bercerita."Tanpa menanggapi ucapannya, aku beranjak masuk kamar, membuka paksa kerudung yang menutupi kepalaku. Lalu berusaha membuka resleting yang berada di bagian punggung, sialnya aku malah kesusahan membuka gaun yang lengket oleh keringat.'Kenapa jadi susah dibuka, sih?' aku bergumam sambil b

    Last Updated : 2023-01-14
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   57. Jangan Bicara Perasaan

    "Benar 'kan, aku tidak menatap tubuhmu.""Tapi Om menatap ini." Aku menunjuk mataku."Tadi kamu tidak melarangnya. Siapa tahu pepatah itu benar, dari mata turun ke hati.""Ish!""Segera ganti pakaianmu! Aku menunggumu di luar, karena lama-lama berada disini, aku takut tidak bisa menahan diri. Walau bagaimana aku pria normal." Kalimat terakhir ia ucapkan sambil berbisik hingga nafasnya terasa menyapu kulit leherku dan itu menimbulkan sensasi yang aneh. Hingga pria itu melenggang keluar, aku masih berdiri mematung sambil mengusap bagian belakang leherku.Aku bergidik setelah Om Do hilang dibalik pintu, lalu segera mengganti baju dan menghapus riasan di wajahku, setelah itu menemuinya di luar kamar. Akan tetapi begitu aku duduk Om Do malah berdiri."Loh, mau ke mana?""Kamu pikir aku nyaman di rumah menggunakan baju seperti ini? Aku mau ganti baju dulu, karena kalau tadi aku mengganti baju bersamamu, aku tidak tahu apa yang terjadi diantara kita," jawabnya sambil tersenyum tipis dan mata

    Last Updated : 2023-01-14

Latest chapter

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   207. Bahagia Akhirnya

    Lala"Sah!!" ucap dua orang saksi secara bersamaan. Kami yang berada di ruangan tengah rumah orang tua Bu Zaskia pun serempak mengucap alhamdulillah. Setelah sempat gagal satu kali, Mas Danang akhirnya lancar mengucap ijab kabul. Detik ini juga Mas Dadang dan Bu Zaskia resmi menjadi suami istri. Kudengar Mas Faldo pun mengucap syukur dengan suara yang begitu lirih. Sesaat setelah itu aku pun menoleh ke arahnya. Ternyata suamiku itu pun sedang melakukan hal yang sama. "Terima kasih sudah membantu," ucapnya lirih. "Aku tidak melakukan apa pun, Mas.""Sekecil apa pun, sangat berarti. Sekarang aku sangat lega. Akhirnya Zaskia berada di tangan yang tepat."Aku bisa mengerti kenapa Mas Faldo merasa lega seperti itu. Dalam hatinya mungkin masih ada rasa bersalah telah membiarkan Bu Zaskia salah paham selama bertahun-tahun. Lima hari yang lalu, pagi-pagi sekali Bu Zaskia datang ke rumah kami. Beruntung saat itu kami belum berangkat ke rumah Mama karena malamnya Mas Faldo sudah merencanak

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   206. Kesaksian

    "Di mana kamu, Zaskia?! Cepat pulang! Jangan bikin malu Ayah!!"Suara Ayah bagai petir menyambar telingaku. Sampai-sampai aku menjauhkan benda pipih tersebut dari kepalaku. Tidak seperti biasanya, Ayah berkata dengan nada tinggi seperti itu. Apa telah terjadi sesuatu? Jangan-jangan Anjar mengadu pada Ayah melalui telepon, karena tidak mungkin kalau pria itu sudah sampai di rumah Ayah. "Iya, Yah. Sebentar lagi aku sampai di rumah .... ""Ayah tunggu kamu dan jelaskan semuanya!"Tak salah lagi, Anjar bergerak cepat mengadu pada Ayah. Bisa jadi ia memutar balik fakta atau mengarang cerita supaya aku salah di mata Ayah. Jika benar seperti itu, maka makin ketahuan sifat aslinya. Beruntung, aku belum menyetujui perjodohan ini. "Tunggu! Apa bapak-bapak bisa menolong saya sekali lagi?" Aku menghentikan langkah, dua orang yang ada di depanku pun spontan berhenti."Maksudnya gimana, Neng?" tanya salah satunya.Akhirnya aku menceritakan detail permasalahan ini pada dua orang di hadapanku secar

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   205. Cepat Pulang!

    "Beneran tidak ada jalan lain, Pak?" "Beneran, Neng." Untuk beberapa saat aku hanya mematung. Bingung harus bagaimana. Mana malam semakin larut. Aku juga tidak terbiasa pergi sendirian apalagi malam-malam seperti ini. Apa baiknya aku menelepon Mas Faldo atau Danang. Ah, malu rasanya jika meminta tolong padanya.Pada saat bersamaan, tiba-tiba telingaku menangkap suara derap langkah beberapa orang. Sepertinya ada yang berlari lebih dari satu orang. Selain gelap, di sini juga banyak tanaman seperti pohon pisang dan pohon lainnya. Jadi tidak begitu terlihat orangnya, hanya suaranya. Curiga kalau itu Anjar yang mencariku, maka tanpa pikir panjang lagi aku langsung berlari ke arah pintu pagar warga yang rumahnya terletak di belakang pos ronda ini."Tolong jika ada yang mencari saya, jangan kasih tahu. Mereka orang jahat." Kuucapkan itu sebelum tubuhku hilang di balik pagar. Aku pun segera berjongkok dan memasang telinga karena pagarnya hanya sebatas dada orang dewasa. Beruntung tadi pintu

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   204. Kabur

    Aku terus berlari melewati koridor hotel yang sepi. Suara sepatuku yang beradu dengan lantai terdengar jelas. Tak peduli orang-orang akan heran melihat dan mendengarnya, aku terus berlari hingga mencapai pintu lift. Dengan tangan gemetar, aku menekan angka satu. Kedua tanganku saling bertaut dengan keringat dingin mengucur di sana. Sekarang sudah jelas, Anjar berniat melecehkan aku, dari sini aku bisa mengambil kesimpulan kalau dia bukan pria baik-baik. Pantas saja begitu mudahnya saling bersentuhan dengan Nabila. Semua terjawab sudah dalam beberapa menit saja. Setelah pintu lift terbuka, tergesa-gesa aku menuju satu-satunya pintu keluar yang terdapat di lobby hotel ini. Namun, langkahku tertahan lantaran di sana terlihat Nabila tengah berdiri bersama teman prianya. Apa mungkin gadis itu sengaja menungguku. Di sini aku yakin kalau Nabila dan Anjar bekerja sama. Bisa jadi, ketika aku berada di lift tadi, Anjar menghubungi Nabila supaya mencegatku di tempat itu.Tanpa pikir panjang la

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   203. Janggal

    "Kita naik lift saja." Anjar berbelok ke arah lift. Padahal kami hanya berada di lantai dua, tadi saja sewaktu naik kami menggunakan tangga biasa. Kenapa sekarang turun harus menggunakan lift?"Pake tangga saja." Aku menolak secara halus sebab risih jika harus berduaan di dalam lift. "Perutku sudah kenyang, rasanya enggan untuk melangkah meskipun itu menuruni anak tangga." Anjar beralasan sambil mengusap perutnya. Sementara satu tangannya sibuk mengetik di layar ponsel."Kalau begitu, Mas saja yang naik lift. Saya turun pakai tangga saja." Setelah berkata seperti itu aku pun hendak melangkah."Tunggu! Bagaimana kata orang nanti kalau kita jalan masih pisah-pisah. Please," kata Anjar seraya menahan langkahku dengan cara meraih tangan kananku meskipun detik berikutnya aku menariknya hingga terlepas.Tidak mau berdebat yang akhirnya hanya akan menjadi pusat perhatian. Akhirnya aku mengalah. Dalam hati berdoa mudah-mudahan ada orang lain yang akan menggunakan lift bersama kami.Ternyata k

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   202. Aku Normal

    Selama kami makan, satu hal yang membuat aku tidak nyaman-selain cara Anjar dan Nabila berkomunikasi-yaitu cara Anjar menatapku. Ketika pria itu melihatku, tatapannya begitu dalam seolah ingin menerkamku. Bukan itu saja, dia juga kerap tersenyum miring sehingga aku merasa seperti seorang mangsa yang sedang diincar."Kamu tidak mau bertanya tentang Nabila?" tanyanya beberapa saat setelah gadis itu pergi."Tidak. Saya bukan tipe orang yang kepo pada kehidupan orang lain," jawabku jujur. Tak disangka, mendengar jawabanku Anjar mencebik."Kamu tidak cemburu melihat Nabila memeluk dan menciumku?""Cemburu itu harus berdasar. Dan hanya bisa dirasakan oleh orang yang sudah menaruh perasaan. Sementara kita belum ada komitmen apapun, jadi saya tidak berhak untuk cemburu." Ia pun melirik sekilas ke samping kirinya, seperti reaksi kecewa tapi Anjar mencoba untuk tetap tenang. Apa ada yang salah dengan jawabanku."Mas Anjar jangan salah paham. Sekali lagi saya tekankan, kalau saya belum menyetuj

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   201. Tanpa Batasan

    Obrolan kami berlanjut. Ternyata selain tampan, Anjar sangat pandai bergaul. Terbukti dari awal kami berjumpa, pria itu sama sekali tidak terlihat canggung. Ia bahkan bisa menghidupkan suasana, meskipun aku tidak begitu suka pada caranya berkomunikasi dengan tangannya yang tidak bisa dikondisikan. Begitu mudah menyentuh tanpa rasa bersalah. Padahal kami bertemu baru dalam hitungan jam. Aku pun jadi ragu padanya.Meskipun tidak suka, tapi aku masih berpikiran positif. Mungkin hal itu disebabkan oleh pergaulannya. Kami menikmati hidangan yang tersedia di atas meja. Anjar begitu lahap, lain denganku yang canggung karena ini pertama kalinya makan dengan pria asing. Perhatian Anjar beralih ke samping kirinya ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Setelah melihat layar ponselnya, ia pun lalu mengambilnya."Ya, hallo .... "" .... ""Ah ya, memangnya kamu di mana?"" .... ""Aku di resto, sedang makan bersama calon istriku." Anjar melirikku ketika dia menyebutku calon istri. Pria itu pun ters

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   200. Lancang

    Sore ini aku pulang cepat karena harus bertemu dengan pria yang menurut ayah adalah calon suami pilihannya. Meskipun ibu memintaku berdandan dengan sempurna, tapi aku menolak. Aku mau, jika seorang pria menyukaiku, itu karena dia melihat fisikku apa adanya. Tanpa polesan yang berlebihan.Pukul lima sore tepat, pria yang kuketahui bernama Ginanjar itu datang dengan membawa kendaraan mewahnya. Pantas jika ayah menyebut pria dengan postur tinggi tegap ini sudah mapan. Sebenarnya Ginanjar pria yang tampan, penampilannya pun stylish. Tapi kenapa di usianya yang sudah matang belum juga berumah tangga, sehingga ia perlu dicarikan jodoh. Mungkin benar kata ayah kalau Ginanjar terlalu banyak pilih-pilih. Kukira dia akan mengobrol di rumah, tapi ternyata Ginanjar mengajakku keluar. Aku sudah menolak karena selama ini tidak pernah keluar dengan pria asing apalagi berduaan. Tapi entah kenapa, ayah malah mengijinkan. Padahal sebelumnya Ayah tidak pernah bersikap seperti itu. Aku curiga, jangan-ja

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   199. Meski Berat

    Pertemuanku dengan Danang tidak membuahkan hasil yang sesuai dengan keinginanku. Pria itu terang-terangan menolak untuk menikahiku di atas sebuah perjanjian. "Silakan Mbak Zaskia mencari orang lain, jika maksud dan tujuannya seperti itu. Tapi jika orang tersebut tidak Mbak temukan, maka saya siap menikahi Mbak Zaskia dengan catatan tidak ada perjanjian apapun. Kecuali janji kita kepada Allah untuk sama-sama membangun rumah tangga dan niatkan beribadah padaNya."Kalimat itu diucapkan Danang di akhir pertemuan kami. Sekarang sudah dua hari kejadian itu berlalu. Aku belum mendapatkan solusi. Selama ini aku tidak punya banyak kenalan laki-laki karena memang cukup membatasi diri. Pagi tadi ketika sarapan, Ayah sudah membahas perihal jodohku lagi. Sementara Fitria dari beberapa hari yang lalu tetap memasang wajah yang kurang bersahabat. Di dalam lingkup pertemananku, hanya ada tiga laki-laki yang kukenal cukup dekat. Mas Faldo, mas Danang dan Ilham. Tidak mungkin kalau aku meminta tolong

DMCA.com Protection Status