Dua bulan setelah kejadian Bu Laras bertengkar dengan Bu Warsih, selama itu pula Bu Laras tinggal di rumah Arumi. Sikapnya tidak lagi ada kepura-puraan, Bu Laras kini tulus mencintai dan menyayangi Arumi terlebih menantu satu-satunya itu tengah hamil besar. Salwa yang mendapat perhatian lebih dari Bu Laras pun semakin bahagia. "Izinkan ibu lebih perhatian pada Salwa, ibu ingin menebus waktu yang lama terbuang karena keegoisan ibu. Katakan pada anak-anak kalian untuk memahaminya. Mereka juga mendapatkan perhatian dari Arumi." Kata Bu Laras waktu itu, tentu saja niat baik Bu Laras di setujui oleh dua anak lelakinya. Maka mereka memberikan nasehat pada Anggi, Angga dan Vani agar tidak cemburu pada Salwa.Beruntung mereka mengerti justru mereka lebih dekat dengan Arumi, yang selalu memanjakan mereka seperti pada Salwa."Oke, kalian pilih baju yang paling kalian suka. Tapi ingat tidak boleh keluar dari butik ini ngerti?" Arumi memperingatkan mereka berempat agar saling menjaga dan tetap d
"Baru pulang? Kamu tahu hidup kita begini, tapi kamu pergi begitu saja. Kamu bisa apa selain membuat masalah Dian!" "Aku sedang bicara denganmu, Dian. Aku tidak butuh di hormati sama kamu, setidaknya kamu hargai aku di sini. Kamu tahu bagaimana kehidupan kita sekarang, semua ini gara-gara kalian semua yang cuma jadi beban hidupku tahu!" Wanita yang terlihat begitu kacau melampiaskan semua kemarahannya pada sang adik, sebab selama ini dua adiknya adalah penyebab dari kehancuran rumah tangganya. "Kenapa? Kamu tidak suka dengan kehidupanku seperti ini dan kamu tidak suka semua prilaku, aku? Kalau begitu protes sama ibu dan juga Ayah, merekalah penyebab aku jadi seperti ini. Jangan pernah menyalahkan orang lain apalagi aku. Aku hanyalah boneka untuk mereka dan aku melakukannya karena mendapatkan dukungan dari mereka pula. Mengenai kehancuran rumah tanggamu itu bukan urusanku karena aku hanya membutuhkan uang dari kalian!"Plakk!!"Lancang kamu, semua yang terjadi kamu menyalahkan aku?
Kenanga itu terus saja menganggu dirinya. Rasa sakit yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Hidupnya hancur setelah Yudi mengetahui dirinya diam, diam mengirim uang untuk keluarganya dan luka yang paling menyedihkan ia harus rela kehilangan anak yang ada dalam kandungannya. Semua itu karena ulah Yudi, ' kenapa aku begitu menyerah? Kenapa tidak aku tuntut saja dia, ah! Hidupku semakin kacau gara-gara di dia. Kenapa akhir-akhir ini perutku semakin sakit,' batin Entik, rasa nyeri bagian perut membuatnya meringis kesakitan.Teriakan Entik menggema di kontrakan sederhana itu. Tidak ada yang mendukungnya tidak ada yang simpati padanya, semua sibuk dengan urusan pribadi. Di saat seperti ini justru Entik merindukan Yoga pria yang begitu baik rela melakukan apapun untuknya, sesal tiada guna semua sudah berakhir. Yoga memiliki kehidupan sendiri, bahagia tanpa dirinya."Dian, kamu benar. Mas Yoga adalah pria yang baik aku yang tidak tahu bersyukur memiliki suami yang menjadikan aku seora
Entik membantu wanita paruh baya yang kesulitan menggendong cucunya sampai ke rumah sakit. Dua jam menunggu di depan ruangan IGD Entik di kejutkan dengan kehadiran seorang wanita yang berlari dengan tergesa menghampiri mereka."Buk gimana Anggita? Apa yang terjadi, apa sakitnya kambuh lagi?" Wanita cantik itu begitu cemas, berapa kali mengusap air matanya yang terus mengalir."Kamu yang tenang ya, Anggita anak yang hebat dan kuat dia pasti tidak apa-apa,""Ibu ke sini sama siapa?" Wanita paruh baya menunjuk ke belakang wanita cantik itu, "mbak ini yang sudah mengantar ibu ke rumah sakit. Kebetulan tempat tinggalnya tidak jauh dari rumah kita," ujar wanita paruh baya itu menunjuk kearah Entik."Dia? Ibu yakin wanita ini yang mengantar Anggita?" tanya wanita itu, tatapan mencemooh begitu ketara."Ya, untuk apa Ibu berbohong wanita inilah yang sudah menolong Ibu membawa Anggita. Kamu tahu bagaimana paniknya ibu tadi, kebetulan Mbak Entik ini keluar dari kost, ibu cegah untuk bantu ibu.
Entik terus saja mendekati Bu Laras, berharap jika mantan mertuanya itu bersedia membantunya mendapatkan Yoga."Apa ibu lupa bagaimana sifat Arumi, ibu mau nanti di usir dari rumah mewahnya? Arumi sedang memerankan tokoh baik pada ibu. Nyatanya dia jahat buk, Arumi hanya –"Entik terdiam seketika Bu Laras menatapnya tidak suka. "Apa maksud kamu bicara seperti itu? Apa kamu tahu bagaimana Arumi yang sebenarnya? Kamu mau mengadu domba kami hah? Sayangnya kamu salah Entik. Ibu sudah sadar Arumi adalah menantu ibu yang terbaik. Sekarang pergilah jangan rusak pikiran ibu." Ucap Bu Laras tegas, "Buk, aku nggak ada niatan untuk merusak pikiran ibu. Apa yang aku katakan itu benar adanya, apa ibu lupa apa yang kita lakukan dulu pada Arumi, ibu yakin kalau Arumi tidak dendam? Bohong kalau sudah lupa. Tapi dendam itu semakin kuat, maka dari itu aku mau melindungi ibu dari Arumi. Kita ambil apa yang sudah menjadi hak ibu dan aku,"Bu Laras terlihat berfikir mencerna ucapan Entik mengenai sifat
"Apa yang kamu rencanakan? Jangan katakan kalau kamu akan menculik anaknya Bayu?" Andara meletakkan kembali nasi bungkus itu, mantan kakak iparnya yang tersenyum sinis."Tepat sekali. Aku mau dia merasakan apa yang kita rasakan saat ini, jika kita menderita Arumi juga harus merasakannya. Dia harus kehilangan salah satu anaknya, apa kamu tahu hari ini dia sedang melahirkan dan aku ingin mengambilnya. Aku ingin tahu bagaimana hidupnya setelah kehilangan anak yang ditunggu-tunggu, bukankah Salwa sudah besar itu akan sulit untuk kita membawanya. Tapi kalau anak yang baru dilahirkan itu akan memudahkan kita."Uhuk!!Uhuk!!"Kamu tidak perlu terkejut seperti itu. Kita harus membalas pada Arumi, dia penyebab dari segalanya.""Kamu yakin bisa melakukan itu? Kamu lupa mereka sekarang sudah menjadi orang kaya itu tidak akan mudah untuk kita melakukan, apa lagi menyentuhnya. Mendekatinya pun kita tidak akan mampu,""Kamu jangan khawatir, aku yang akan bergerak kamu cukup membantuku saja.""Anda
"Dek ada apa?" Bayu yang khawatir melihat sikap istrinya, terpaksa turun dari mobil. Bukan hanya Bayu, Bu Laras dan Bu Wati tidak kalah khawatirnya."Kalian di dalam aja mas, aku cuma kasihan sama ibu dan anak itu," tunjuk Arumi. Bayu mengikuti arah pandang sang istri benar saja disana satpam tengah mengintrogasi seorang wanita yang menggendong seorang anak kecil."Ada apa pak? Apa yang terjadi sama wanita itu?" tanya Arumi, setelah sampai di depan mereka."Buk Arumi, bukankah ibu baru saja melahirkan? Selamat buk Arumi," ucap satpam membungkukkan sedikit badannya."Terima kasih pak. Alhamdulillah benar pak, saya baik-baik, saja. Ini ada apa ya pak?" Arumi kembali memperhatikan wanita di depannya seperti tidak asing baginya tapi, Arumi sulit mengenalinya."Begini buk Arumi, wanita ini minta ijin masuk ke dalam katanya mau minta-minta ke warga buat berobat anaknya yang sakit." Jelas Pak satpam."Sakit? Mbak anaknya sakit apa? Sudah ke dokter?"Hanya gelengan kepala sebagai jawaban wani
"Kamu berani menekan aku, Andara? Aku ini adalah mantan kakak ipar kamu. Aku ke sini mengajak kamu untuk bekerja sama menyingkirkan mereka tapi ini balasan kamu?" Entik menghempaskan tangan Andara dengan kasar tentu saja dia sangat marah karena Andara dengan sengaja mengabaikan dirinya."Sejak tadi aku diam bukan berarti aku mengabaikan mu, seharusnya kamu tahu aku sedang menidurkan anakku dan kamu tahu aku baru saja pulang dari rumah sakit bukan mencari tahu Arumi tapi karena anakku sakit. Badannya panas sejak semalam aku tidak tidur karena anakku terus menangis dan hari ini dia tidur lelap itu karena obat yang sudah diminum dan kamu mengganggunya dengan suara tinggimu seharusnya kamu tanyakan dengan suaramu yang rendah. Bukankah kamu pernah memiliki anak tentu kamu tahu bagaimana repotnya saat anak kita sedang sakit apalagi di tengah malam dan aku hanya seorang diri." Tegas Andar.Keinginan untuk mencari tahu tentang Arumi lenyap begitu saja karena perlakuan baiknya. Entah apa yang
Waktu terus bergulir hari berganti minggu, lima bulan terlewati kabar dari Bu Laras tidak di ketahui. Mereka sudah berusaha untuk mencari nyatanya hingga hari ini perempuan paruh baya itu bak di telan bumi.Kesuksesan Arumi membawa namanya semakin di kenal oleh penduduk Indonesia tapi juga panca negara, berkat kerja kerasnya kini Arumi berhasil meluncurkan produk terbaru dan launching butik barunya, selain itu bertepatan Arumi mengadakan fashion show di salah satu hotel berbintang. Acara berjalan lancar hingga di pengunjung acara Arumi berdiri bersama beberapa model yang memeragakan pakaiannya. Memberikan berapa sambutan dan ucapan terima kasih pada orang-orang yang berada di belakangnya terutama suami dan keluarganya."Selamat ya sayang, mas bangga banget sama kamu," ujar Bayu, melihat kemampuan istrinya yang tersembunyi kini semakin memancarkan aura binatangnya."Aku yang makasih mas, kamu selalu mendukung apapun yang aku lakukan. Kesuksesan aku karena ridho kamu mas,""Dan kerja ke
Sampai di rumah sakit mereka di sambut tangis Nila di depan ruang UGD. Eni membiarkan suaminya menenangkan tantenya, ada berapa luka yang ia tahu itu adalah luka bakar."Sekarang tante jelaskan kenapa bisa seperti ini," tanya Duta, setelah tantenya tenang."Tadi sepulang dari restoran tiba-tiba ada orang yang menyiramkan cairan ke wajah Sely, Duta tolong tante," ucap Nila, mengiba pada Duta. Tanpa sengaja melihat Eni di belakang Duta."Puas kamu hah, kamu kan yang menginginkan hal ini. Secara kamu kan temannya Arumi." Sinis Nila."Tante sudah ya, dalam keadaan seperti ini tante masih menyalahkan orang lain, kenapa kalian tidak berpikir kalau ini adalah teguran untuk tante dan juga Selly. Mengenai orang yang menyiram air keras itu kenapa tante tidak mencari tahu siapa orangnya atau jangan-jangan dia adalah orang suruhan istri laki-laki yang menjadi simpanan Sely.""Duta tega kamu ya, istrimu itu pasti cerita sama Arumi mereka pasti bahagia kalau kami seperti ini! Dasar kamu orang miski
Mendengar penuturan Bu Laras, mereka menggelengkan kepala. Bu Wati tersenyum mengejek, begitu miris bagaimana keluarga besan nya berulang kali melakukan kesalahan dan di maafkan oleh anak dan menantunya. Tetapi kembali melakukan kesalahan yang sama, dan kali ini Bu Wati menolak keras jika Arumi memaafkan lagi besannya.Geram dengan tingkah dan perkataan Bu Laras, Bu Wati memilih untuk pergi. Dengan begitu kewarasannya tetap terjaga. Namun langkahnya terhenti dan berbalik kearah Bu Laras."Sekali lagi kamu menyentuh anak dan menantuku terlebih kedua cucuku, aku pastikan tangan ini yang akan membuatmu diam selamanya! Ingat hari ini, detik ini kamu menolak mereka maka tidak ada jalan untuk mendekati mereka apa lagi mengiba. Hidup lah sediri di panti jompo, hanya tempat itu yang cocok untukmu wahai Bu Laras yang terhormat, orang yang paling kaya dan orang kota." Ucap Bu Wati sebelum meninggalkan ruangan itu.Ruangan itu seketika hening ada rasa takut yang singgah di hatinya, hanya berapa
Bayu mengajak Arumi pulang lebih dulu, mereka tidak tahu harus seperti apa lagi. Kasih sayang dan sabarnya mereka karena tingkah dan kebencian ibu pada keluarga kecilnya justru hampir saja membuat istrinya celaka. Seandainya waktu bisa di rubah mungkin tak ingin terlahir dari rahim wanita yang tidak memiliki rasa sayang. Bayu melajukan mobilnya menjauh dari restoran meninggalkan sesak yang menghimpit dadanya, Ibu adalah cinta pertama untuk anak laki-lakinya justru menorehkan luka begitu dalam, seakan ia terkahir dari rahim orang lain.Wanita yang sampai saat ini masih bertahan di samping pria yang menjadi imamnya itu turut serta rasa yang menyesakkan, ketika melihat suaminya tidak baik-baik saja. Arumi meminta untuk berhenti di salah satu taman kota yang hari ini terlihat sepi. Mungkin karena siang hari sehingga banyak kursi yang kosong, meski ada berapa pengunjung."Mas menangis lah jika itu membuat kamu tenang," lirih Arumi, mengusap lengan kokoh itu. "Salahku apa dek, ibu begitu m
Bayu tersentak mendengar penuturan Arumi, selama ini Arumi hanya bilang kalau ada maling, tapi tidak tahu jika pelakunya adalah Ibu serta mantan menantunya terlebih Tante dan keponakannya terlibat."Nggak usah liatin aku gitu banget mas! Aku nggak ikutan mereka, aku sibuk urusan aku!" Ujar Sely, sebelum tertuduh ikutan mereka."Yakin kamu?""Sangat yakin! Aku bisa buktikan kok, hei Arumi aku nggak ada hubungannya sama kejadian di gudang kamu ya!" Seru Sely, menatap tajam wanita berhijab itu."Tapi kamu terlibat di dalamnya, Sely." Arumi tidak akan membiarkan orang-orang yang sudah menzaliminya bebas begitu saja, kesempatan yang sudah ia berikan tidak akan ada lagi. "Kamu jangan mengarang cerita, aku tidak pernah terlibat apapun untuk menyakiti kalian paham!" Sely tidak terima."Baiklah kalau kalian tetap tidak mengakui perbuatan kalian maka lihatlah ini," Arumi membuka layar proyektor di sana dengan jelas video di mana wajah-wajah mereka yang begitu antusias bahkan tanpa ada sesal at
"Apa kalian juga menuduh aku terlibat? Lagi pula ini urusan kalian aku tidak ada hubungannya sama kalian, aku hanya orang luar jadi aku memutuskan untuk pergi selesaikan masalah kalian. Buk, aku pulang dulu kita akan ketemu lain waktu saja," ucap Entik yang diikuti acara."Yakin kalau kamu tidak terlibat?" Tegas Bayu, tanpa embel-embel mbak."Menurut kamu aku terlibat? Kamu jangan sembarangan menuduhku. Aku memang bertemu dengan ibu, tapi kami membicarakan masalah anak, sama seperti yang kalian dengar tadi kami menghabiskan waktu bersama. Aku ingin bersilaturahmi dengan kalian meskipun istri kalian cemburu jadi berhenti untuk mendukung atau jangan-jangan ini ulah istri kamu agar kami terlihat buruk di depan kalian terutama ibu?" Ujar Entik tidak terima."Kamu pikir aku tidak punya bukti? Kamu salah, aku tahu tentang keterlibatan kamu apalagi kamu adalah dalang dari semua kejadian yang menimpa istriku." "Kamu jangan main tuduh dulu, jangan berpikir kejadian di masa lalu akan terus te
Hari yang di tunggu tiba, Arumi dan Bayu pergi ke restoran yang sudah di tentukan oleh mereka. Tentu tanpa di sadari oleh Entik, Andara dan keluarga Ibu mertuanya. Arumi hanya bisa memantapkan hati agar tidak iba lagi terlebih ibu mertuanya yang tidak hentinya mengiba jika kebenaran itu itu terbukti. Selama ini buk Laras mengusiknya, terlebih satu hal yang belum ia katakan pada suaminya dan itu akan ia katakan di sana bersama dengan mereka yang terlibat.Sementara itu Andara tersenyum puas melihat ruangan khusus untuknya, meski banyak kursi disana tapi sepertinya hal itu tidak membuat Andara curiga."Wah, mas kamu siapkan ini semua?" Andara mengelilingi ruangan yang cukup besar dan mewah."Ya dong sayang eh,""Nggak apa-apa mas, aku suka kamu panggil begitu. Aku kangen saat kita –" ucapan Andara terhenti saat pintu ruangan terbuka. Bukan hanya Andara yang terkejut tapi juga Entik yang wajahnya seketika berubah."K–kamu di sini?" Tunjuk Entik, hal yang sama di lakukan oleh Andara."Mas
Arumi masih memikirkan cara untuk mempertemukan mereka di satu meja, walau bagaimanapun yang akan ia kumpulkan nanti adalah keluarga dari suaminya. Tentu akan menjadi masalah yang panjang kedepannya."Aku cuma ingin mereka sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan tidak lagi mengusik keluarga kita. Kamu adalah keluarga mereka sedangkan aku hanyalah menantu dan ipar untuk mereka, tapi apa yang mereka lakukan sama kamu ini sudah melebihi batas kesabaran yang kita miliki Mas aku cuma ingin mereka kembali seperti sebelum kejadian tiga tahun ini,""Mas tahu, mas paham apa yang menjadi tujuan kamu sayang. Kamu tetap hati-hati mas akan mendukung setiap langkah kamu, jika itu demi kebaikan keluarga kita. Maafkan semua kesalahan yang di lakukan keluarga Mas termasuk ibu,""Aku sudah memaafkan semua kesalahan mereka sekalipun mereka tidak minta maaf padaku secara langsung, tapi aku hanya ingin mereka sadar mas. Aku minta supaya kamu tetap mendukung apapun yang terjadi nanti, aku minta
Dua hari setelah pertemuan Arumi, Lusi dan Eni, selama itu pula mereka tidak lagi bertemu bahkan sekedar komunikasi antara Bayu dan ibunya seakan putus begitu saja. Mobil hitam yang membuntuti Arumi kini semakin gencar, seakan enggan untuk berjauhan dengannya. "Kamu begitu lucu manatan kakak iparku, entah apa tujuan kamu mengikutiku seperti ini. Tapi yang pasti aku bahagia karena kamu begitu peduli padaku meski tujuanmu ingin aku hancur." Gumam Arumi, memastikan dirinya untuk bersikap tenang walau entah kapan waktunya akan menjadi hal yang menakutkan.Sampai di supermarket Arumi mendorong troli, ia tahu jika wanita itu terus mengikutinya. Bibirnya tertarik keatas melihatnya hanya seorang diri, maka tidak ada yang perlu di takutkan lagi. "Apa lagi ya? Tunggu, tadi bude Narsih ngasih list belanjaan mana ya," Arumi membuka tasnya mencari secarik kertas yang di berikan oleh Bude Narsih."Nah ini dia!" Serunya tertahan, wajahnya berbinar mengingat jarang sekali Bude Narsih bersedia memin