"Kamu berani menekan aku, Andara? Aku ini adalah mantan kakak ipar kamu. Aku ke sini mengajak kamu untuk bekerja sama menyingkirkan mereka tapi ini balasan kamu?" Entik menghempaskan tangan Andara dengan kasar tentu saja dia sangat marah karena Andara dengan sengaja mengabaikan dirinya."Sejak tadi aku diam bukan berarti aku mengabaikan mu, seharusnya kamu tahu aku sedang menidurkan anakku dan kamu tahu aku baru saja pulang dari rumah sakit bukan mencari tahu Arumi tapi karena anakku sakit. Badannya panas sejak semalam aku tidak tidur karena anakku terus menangis dan hari ini dia tidur lelap itu karena obat yang sudah diminum dan kamu mengganggunya dengan suara tinggimu seharusnya kamu tanyakan dengan suaramu yang rendah. Bukankah kamu pernah memiliki anak tentu kamu tahu bagaimana repotnya saat anak kita sedang sakit apalagi di tengah malam dan aku hanya seorang diri." Tegas Andar.Keinginan untuk mencari tahu tentang Arumi lenyap begitu saja karena perlakuan baiknya. Entah apa yang
Berfikir semalaman dan hari ini saat Andara akan mengambil keputusan untuk masa depan putranya. "Aku akan menolaknya, aku tidak ingin menghabiskan hariku di balik jeruji besi." Keputusan yang tepat bagi Andara lebih baik bekerja keras asalkan hidupnya tenang terlebih anak kecil yang ada dalam dekapannya, tidak mungkin Andara mengurusnya di dalam penjara sana, tak ingin melakukan kesalahan untuk ke-dua kalinya. Andara ingin mengurus putranya dengan tenang. Tidak mungkin Andara menyakiti anak yang tidak berdosa walau hatinya masih menyimpan rasa benci dan iri pada Arumi. Saat tengah bersiap untuk pergi tiba-tiba, Entik sudah berdiri di depan rumahnya."Aku tahu kamu akan pergi dari sini. Andara kamu tidak bisa memutuskan kerja sama ini secara sepihak. Lihat aku bawa uangnya, kamu bisa pergi jauh dari sini tanpa ada bayangan masa depan suram untuk putramu." Entik membuka tas yang ia bawa memperlihatkan uang yang ia miliki di depan Andara."Masih berfikir? Uang ini akan menjadi milikmu ji
Arumi mengguncang tubuh Andara kecewa dan marah, putranya yang baru berapa hari di lahirkan kini telah berpindah tangan setelah di bawa kabur penculik."Arumi, aku bukan penculiknya aku tidak terlibat. Aku bersumpah Arumi!" Suara wanita yang di guncang olehnya, membuat Arumi terdiam memperhatikan wanita di depannya."Andara? Jadi waktu itu kamu yang aku tolong? Lalu apa ini? Kamu yang menculik anakku hah? Apa salahku sama kamu Andara, apa?!"Arumi lepas kontrol tanpa melihat dan mendengarkan cerita Andara, Arumi berteriak, dan menampar wajah Andara. Sakit? Tentu, marah? Tidak. Kali ini Andara menyadari kesalahannya dan tidak marah atas apa yang di lakukan Arumi padanya.Wajar jika Arumi merah padanya, terlebih Arumi tahu jika wanita yang waktu itu di tolongnya adakah dirinya. Sekarang saat anaknya di culik justru dirinya yang berada di sana dan terlibat walau gak itu tidak sepenuhnya benar dan sepenuhnya salah."Dek, apa yang terjadi? Siapa Penculiknya? Katakan dek?!""Arumi, Bayu, di
Mereka berkumpul di ruang tamu, Bu Wati yang pergi berbelanja terkejut mendengar kabar cucunya di culik, sehingga mengurungkan niatnya untuk membeli kebutuhan rumah. Bersama dengan Bu Laras mereka pulang dengan wajah pucat dan panik. Berdua menyalahkan dirinya karena membiarkan Arumi di rumah bersama dengan art yang tentu berada di belakang dengan tugas mereka. Entah mereka yang sudah merencanakan atau karena kebetulan. Hari itu hanya ada Arumi dan Bude Narsih yang sibuk dengan pekerjaannya di lantai atas."Katakan di mana Entik membawa anakku?""Arumi, Bayu, alamat itu tujuan mereka membawa anak kalian. Tapi aku rasa beda tempat sebab Entik tahu jika aku menolak kerja sama ini. Sebaiknya bagi dua mintalah pihak berwajib untuk mengikuti kalian tanpa di ketahui oleh Entik. Dan sebagian pergilah ke kost Entik dan yang lainnya bisa pergi ke kontrakan adiknya Entik tiga tempat itu yang menjadi tujuannya. Tidak mudah Entik bergerak," "Aku pegang kata-kata kamu. Dek, biarkan Andara di sin
Suara menggema dari luar mengejutkan mereka semua bahkan suara Arumi pun kalah tertutup oleh suara dingin dari orang yang amat ia cintai siapa lagi kalau bukan Bayu. "Mas, kamu datang di waktu yang tepat jika tidak entah apa yang akan terjadi dengan Putra kita. Entik hampir saja mencelakai anak kita bahkan dia sudah mengakui kalau dia akan menjual anak kita,""Itu tidak akan terjadi. Entik serahkan anakku kalau tidak mereka akan menangkap kalian semua.""Tidak akan. Kalian juga harus merasakan apa yang aku rasakan sekarang, jauh dari anak aku hidup menderita bahkan harta pun tak ada tapi kalian hidup dengan enak dan aku tidak suka itu kalian harus menderita seperti aku!""Pak tangkap saja mereka bila mereka berusaha untuk melarikan diri tembak saja, mati pun aku tidak peduli!" Ucapan Yoga yang tiba-tiba berada di belakang Bayu sontak membuat Entik terkejut."Aku sudah curiga kalau kamu akan mengkhianati aku. Andara kamu sudah berani melakukan ini padaku, aku kecewa sama kamu apa lag
Suara tepuk tangan dan rasa syukur yang terdengar begitu jelas membuat hati mereka tenang, bahagia dan terasa erat kebersamaan tidak ada jarak di antara mereka tidak ada si kaya dan tidak ada si miskin mereka berbaur menjadi satu. Arumi menyatukan mereka di tempat yang sama, kursi yang sama dan menu makanan yang sama. Tidak ada perbedaan tamu bermobil ataupun tamu yang datang dengan berjalan kaki bagi Arumi mereka tetaplah sama. "Ehem! Bolehkah saya menyita waktu sebentar?" Keadaan kembali hening Duta yang sejak tadi sibuk membantu Bayu kini berdiri di samping Arumi, wajahnya terlihat bercahaya berbinar dan penuh kebahagiaan yang tidak di sembunyikan darinya."Tentu saja Mas Duta bisa mengambil waktu kami, bolehkah berikan kabar bahagia itu secepatnya?" Arumi yang paling antusias karena ia sendiri pernah mendengar perkataan Duta dengan salah satu karyawannya. "Kok kamu kayaknya tahu banget ya, apa yang akan Mas katakan di sini?""Tentu saja. Eh, nggak nggak mas! Mas umumkan saja di
Ucapan selamat kini Arumi dan keluarga untuk Duta dan Ani, wanita pilihan terakhir duda anak satu itu. Tentu saja Arumi dan Bayu menyambut niat baik Duta dan Ani terlebih Anggita yang sudah dekat dengan calon ibu sambungnya."Kapan rencananya mas? Kalau sudah di umumkan itu artinya tidak lama lagi kan? Atau mas Duta membutuhkan sesuatu?" "Nggak ada Arumi, mas cuma nyari tempat kejutan untuk Ani. Kamu tahu sendiri pernikahan ini adalah yang pertama untuk Ani, berbeda dengan mas yang sudah pernah menikah. Aku ingin pernikahan ini adalah pernikahan yang terindah yang tidak pernah terlupakan oleh Ani dan aku sudah tahu apa yang diinginkannya meski Ani berusaha menyembunyikannya tapi aku tahu dari ibunya,""Pernikahan seperti apa yang diinginkan oleh Ani? Seperti dongeng satu malam?" tanya Arumi, sebagai adik sekaligus sahabat dari Ani dan juga bosnya. Arumi ingin memberikan yang terbaik untuk mereka berdua tentu dengan gaun pengantin yang sudah ia siapkan jauh saat Arumi sebelum mengetah
Langkah wanita bergaun merah berhenti, dengan berat hati menoleh ke arah suara. Di sana Arumi menghampirinya wanita yang kini semakin sehat meski belum lama melahirkan."Kenapa pergi? Kamu tidak ingin menemui mereka? Aku tahu, ini akan membuatmu sakit tapi apa yang di lakukan kamu sama mas Duta jauh lebih sakit saat kamu memilih pergi. Temui mereka walau cuma sebentar, di sana ada anakmu yang ingin kamu hadir," Panjang lebar Arumi mengungkapkan apa yang di inginkan Anggita. Yaitu Ibunya datang di hari bahagia ayahnya dengan Ibu barunya."Aku tidak sanggup Rum, aku nggak bisa melihat mas Duta bersanding dengan wanita lain. Di sini sangatlah sakit," lirihnya air mata mengalir deras. Arumi menempuk pundak wanita yang pernah menjadi kakak iparnya sekaligus teman sekolahnya dulu."Jika kamu merasakan sakit melihat mas Duta menikah lagi. Bagaimana sakitnya mas Duta tahu kamu selingkuh bahkan sampai hamil Andara? Jangan posisikan dirimu yang terdzalami. Ingat apa yang kamu rasakan itu tidak
Waktu terus bergulir hari berganti minggu, lima bulan terlewati kabar dari Bu Laras tidak di ketahui. Mereka sudah berusaha untuk mencari nyatanya hingga hari ini perempuan paruh baya itu bak di telan bumi.Kesuksesan Arumi membawa namanya semakin di kenal oleh penduduk Indonesia tapi juga panca negara, berkat kerja kerasnya kini Arumi berhasil meluncurkan produk terbaru dan launching butik barunya, selain itu bertepatan Arumi mengadakan fashion show di salah satu hotel berbintang. Acara berjalan lancar hingga di pengunjung acara Arumi berdiri bersama beberapa model yang memeragakan pakaiannya. Memberikan berapa sambutan dan ucapan terima kasih pada orang-orang yang berada di belakangnya terutama suami dan keluarganya."Selamat ya sayang, mas bangga banget sama kamu," ujar Bayu, melihat kemampuan istrinya yang tersembunyi kini semakin memancarkan aura binatangnya."Aku yang makasih mas, kamu selalu mendukung apapun yang aku lakukan. Kesuksesan aku karena ridho kamu mas,""Dan kerja ke
Sampai di rumah sakit mereka di sambut tangis Nila di depan ruang UGD. Eni membiarkan suaminya menenangkan tantenya, ada berapa luka yang ia tahu itu adalah luka bakar."Sekarang tante jelaskan kenapa bisa seperti ini," tanya Duta, setelah tantenya tenang."Tadi sepulang dari restoran tiba-tiba ada orang yang menyiramkan cairan ke wajah Sely, Duta tolong tante," ucap Nila, mengiba pada Duta. Tanpa sengaja melihat Eni di belakang Duta."Puas kamu hah, kamu kan yang menginginkan hal ini. Secara kamu kan temannya Arumi." Sinis Nila."Tante sudah ya, dalam keadaan seperti ini tante masih menyalahkan orang lain, kenapa kalian tidak berpikir kalau ini adalah teguran untuk tante dan juga Selly. Mengenai orang yang menyiram air keras itu kenapa tante tidak mencari tahu siapa orangnya atau jangan-jangan dia adalah orang suruhan istri laki-laki yang menjadi simpanan Sely.""Duta tega kamu ya, istrimu itu pasti cerita sama Arumi mereka pasti bahagia kalau kami seperti ini! Dasar kamu orang miski
Mendengar penuturan Bu Laras, mereka menggelengkan kepala. Bu Wati tersenyum mengejek, begitu miris bagaimana keluarga besan nya berulang kali melakukan kesalahan dan di maafkan oleh anak dan menantunya. Tetapi kembali melakukan kesalahan yang sama, dan kali ini Bu Wati menolak keras jika Arumi memaafkan lagi besannya.Geram dengan tingkah dan perkataan Bu Laras, Bu Wati memilih untuk pergi. Dengan begitu kewarasannya tetap terjaga. Namun langkahnya terhenti dan berbalik kearah Bu Laras."Sekali lagi kamu menyentuh anak dan menantuku terlebih kedua cucuku, aku pastikan tangan ini yang akan membuatmu diam selamanya! Ingat hari ini, detik ini kamu menolak mereka maka tidak ada jalan untuk mendekati mereka apa lagi mengiba. Hidup lah sediri di panti jompo, hanya tempat itu yang cocok untukmu wahai Bu Laras yang terhormat, orang yang paling kaya dan orang kota." Ucap Bu Wati sebelum meninggalkan ruangan itu.Ruangan itu seketika hening ada rasa takut yang singgah di hatinya, hanya berapa
Bayu mengajak Arumi pulang lebih dulu, mereka tidak tahu harus seperti apa lagi. Kasih sayang dan sabarnya mereka karena tingkah dan kebencian ibu pada keluarga kecilnya justru hampir saja membuat istrinya celaka. Seandainya waktu bisa di rubah mungkin tak ingin terlahir dari rahim wanita yang tidak memiliki rasa sayang. Bayu melajukan mobilnya menjauh dari restoran meninggalkan sesak yang menghimpit dadanya, Ibu adalah cinta pertama untuk anak laki-lakinya justru menorehkan luka begitu dalam, seakan ia terkahir dari rahim orang lain.Wanita yang sampai saat ini masih bertahan di samping pria yang menjadi imamnya itu turut serta rasa yang menyesakkan, ketika melihat suaminya tidak baik-baik saja. Arumi meminta untuk berhenti di salah satu taman kota yang hari ini terlihat sepi. Mungkin karena siang hari sehingga banyak kursi yang kosong, meski ada berapa pengunjung."Mas menangis lah jika itu membuat kamu tenang," lirih Arumi, mengusap lengan kokoh itu. "Salahku apa dek, ibu begitu m
Bayu tersentak mendengar penuturan Arumi, selama ini Arumi hanya bilang kalau ada maling, tapi tidak tahu jika pelakunya adalah Ibu serta mantan menantunya terlebih Tante dan keponakannya terlibat."Nggak usah liatin aku gitu banget mas! Aku nggak ikutan mereka, aku sibuk urusan aku!" Ujar Sely, sebelum tertuduh ikutan mereka."Yakin kamu?""Sangat yakin! Aku bisa buktikan kok, hei Arumi aku nggak ada hubungannya sama kejadian di gudang kamu ya!" Seru Sely, menatap tajam wanita berhijab itu."Tapi kamu terlibat di dalamnya, Sely." Arumi tidak akan membiarkan orang-orang yang sudah menzaliminya bebas begitu saja, kesempatan yang sudah ia berikan tidak akan ada lagi. "Kamu jangan mengarang cerita, aku tidak pernah terlibat apapun untuk menyakiti kalian paham!" Sely tidak terima."Baiklah kalau kalian tetap tidak mengakui perbuatan kalian maka lihatlah ini," Arumi membuka layar proyektor di sana dengan jelas video di mana wajah-wajah mereka yang begitu antusias bahkan tanpa ada sesal at
"Apa kalian juga menuduh aku terlibat? Lagi pula ini urusan kalian aku tidak ada hubungannya sama kalian, aku hanya orang luar jadi aku memutuskan untuk pergi selesaikan masalah kalian. Buk, aku pulang dulu kita akan ketemu lain waktu saja," ucap Entik yang diikuti acara."Yakin kalau kamu tidak terlibat?" Tegas Bayu, tanpa embel-embel mbak."Menurut kamu aku terlibat? Kamu jangan sembarangan menuduhku. Aku memang bertemu dengan ibu, tapi kami membicarakan masalah anak, sama seperti yang kalian dengar tadi kami menghabiskan waktu bersama. Aku ingin bersilaturahmi dengan kalian meskipun istri kalian cemburu jadi berhenti untuk mendukung atau jangan-jangan ini ulah istri kamu agar kami terlihat buruk di depan kalian terutama ibu?" Ujar Entik tidak terima."Kamu pikir aku tidak punya bukti? Kamu salah, aku tahu tentang keterlibatan kamu apalagi kamu adalah dalang dari semua kejadian yang menimpa istriku." "Kamu jangan main tuduh dulu, jangan berpikir kejadian di masa lalu akan terus te
Hari yang di tunggu tiba, Arumi dan Bayu pergi ke restoran yang sudah di tentukan oleh mereka. Tentu tanpa di sadari oleh Entik, Andara dan keluarga Ibu mertuanya. Arumi hanya bisa memantapkan hati agar tidak iba lagi terlebih ibu mertuanya yang tidak hentinya mengiba jika kebenaran itu itu terbukti. Selama ini buk Laras mengusiknya, terlebih satu hal yang belum ia katakan pada suaminya dan itu akan ia katakan di sana bersama dengan mereka yang terlibat.Sementara itu Andara tersenyum puas melihat ruangan khusus untuknya, meski banyak kursi disana tapi sepertinya hal itu tidak membuat Andara curiga."Wah, mas kamu siapkan ini semua?" Andara mengelilingi ruangan yang cukup besar dan mewah."Ya dong sayang eh,""Nggak apa-apa mas, aku suka kamu panggil begitu. Aku kangen saat kita –" ucapan Andara terhenti saat pintu ruangan terbuka. Bukan hanya Andara yang terkejut tapi juga Entik yang wajahnya seketika berubah."K–kamu di sini?" Tunjuk Entik, hal yang sama di lakukan oleh Andara."Mas
Arumi masih memikirkan cara untuk mempertemukan mereka di satu meja, walau bagaimanapun yang akan ia kumpulkan nanti adalah keluarga dari suaminya. Tentu akan menjadi masalah yang panjang kedepannya."Aku cuma ingin mereka sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan tidak lagi mengusik keluarga kita. Kamu adalah keluarga mereka sedangkan aku hanyalah menantu dan ipar untuk mereka, tapi apa yang mereka lakukan sama kamu ini sudah melebihi batas kesabaran yang kita miliki Mas aku cuma ingin mereka kembali seperti sebelum kejadian tiga tahun ini,""Mas tahu, mas paham apa yang menjadi tujuan kamu sayang. Kamu tetap hati-hati mas akan mendukung setiap langkah kamu, jika itu demi kebaikan keluarga kita. Maafkan semua kesalahan yang di lakukan keluarga Mas termasuk ibu,""Aku sudah memaafkan semua kesalahan mereka sekalipun mereka tidak minta maaf padaku secara langsung, tapi aku hanya ingin mereka sadar mas. Aku minta supaya kamu tetap mendukung apapun yang terjadi nanti, aku minta
Dua hari setelah pertemuan Arumi, Lusi dan Eni, selama itu pula mereka tidak lagi bertemu bahkan sekedar komunikasi antara Bayu dan ibunya seakan putus begitu saja. Mobil hitam yang membuntuti Arumi kini semakin gencar, seakan enggan untuk berjauhan dengannya. "Kamu begitu lucu manatan kakak iparku, entah apa tujuan kamu mengikutiku seperti ini. Tapi yang pasti aku bahagia karena kamu begitu peduli padaku meski tujuanmu ingin aku hancur." Gumam Arumi, memastikan dirinya untuk bersikap tenang walau entah kapan waktunya akan menjadi hal yang menakutkan.Sampai di supermarket Arumi mendorong troli, ia tahu jika wanita itu terus mengikutinya. Bibirnya tertarik keatas melihatnya hanya seorang diri, maka tidak ada yang perlu di takutkan lagi. "Apa lagi ya? Tunggu, tadi bude Narsih ngasih list belanjaan mana ya," Arumi membuka tasnya mencari secarik kertas yang di berikan oleh Bude Narsih."Nah ini dia!" Serunya tertahan, wajahnya berbinar mengingat jarang sekali Bude Narsih bersedia memin