Felice terus menunggu sampai klien Xavier pergi. Xavier sangat memperlakukan kliennya dengan baik dan ramah. Ia mengantar mereka sampai keluar studio.
“Terima kasih sudah datang. Sampai jumpa lagi.” Ucap Xavier.
“Ya. Terima kasih kembali!”
“Datang lagi yah?!” Ucap Xavier.
“Ya!”
Setelah mereka pergi Xavier melihat Felice yang berdiam diri di seberang jalan. Dengan senyuman yang bahagia, Xavier segera memanggilnya.
“Hei, Nona Felice. Kamu datang?” Ucap Xavier.
Felice tersenyum terpaksa lalu berjalan menghampiri Xavier. Kemudian Xavier segera mengajaknya masuk ke dalam studio.
Xavier segera menyiapkan meja dan kursi untuk Felice duduk.
Felice melangkahkan kakinya dengan lesu dan tidak bersemangat.
“Apa kamu sudah menunggu lama?” Tanya Xavier.
“Kurasa pelanggan pertamaku kemarin memberiku keberuntungan. Berkat itu, aku kedatangan bany
Pagi ini The Premiére kedatangan tim evaluasi yang akan memeriksa beberapa brand yang berada dalam naungan The Premiére. Hal ini membuat seisi perusahaan menjadi riuh dengan banyaknya spekulasi yang mereka ciptakan sendiri.“Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba terjadi seperti ini.”“Pak Arya dari departemen operasi bilang evaluasi tuntas datang.”“Hah? Kenapa?”“Apa perusahaan ini akan dibeli?”Brand yang menjadi pusat perhatian tim evaluasi adalah bran Lauré dan Viance.“Di sini?” Ucap Luna.“Begitu rupanya.”“Bagaimana dengan grafiknya?”“Ini akan aku tunjukkan.” Balas Vareena.“Seberapa besar persiapan untuk bazar di La Fayare?”“Kami sedang dalam proses mengkonfirmasi desainnya. Semua akan diselesaikan dalam beberapa hari ke depan.” Balas Felice.“Banyak tok
“Aku berselingkuh?! Hah? Kapan?” Ucap Ezra.“Heah [menghela nafas]. Aku bahkan tidak punya tenaga untuk menjambak selingkuhanmu. Sejujurnya, aku tidak peduli. Aku menceraikanmu dengan mudah. Jadi, hiduplah dengan wanita itu.” Balas Yuri.“Wanita itu? Siapa yang kamu bicarakan?” Sahut Ezra.“Nona Xavina!” Ucap Yuri.“Nona Xavina?” Gumam Ezra.Flashback On“Ini nomorku. Silahkan hubungi aku jika kamu butuh bantuanku.” Ucap Xavier.Malam setelah kejadian itu Ezra mengganti nama “saksi” yang ditulis Xavier di kontak ponselnya menjadi nama Nona Xaviera agar Yuri tidak menyadari kesalahannya karena sudah tertipu oleh travel agent.Flashback Off“Oh rupanya itu..” Sahut Ezra.Yuri pergi tanpa permisi meninggalkan Ezra yang belum menjelaskan kejadian sebenarnya.“Tunggu
Xavier datang ke ruangan Irene untuk menemui Camilla yang syok karena hinaan dari rekan-rekan komunitasnya. Xavier datang dengan wajah yang sangat kesal dan kecewa dengan ibu yang selalu dia hormati itu.Saat melihat Xavier sampai di depan pintu, Irene mencegahnya untuk tidak mengatakan hal-hal yang akan lebih menyakitkan pada Camilla. “Dia sangat syok. Bersikaplah dengan baik.”Xavier mengabaikannya dan memilih untuk menghampiri Camilla yang sedang memegang kepalanya yang terasa sangat pening itu.“Kenapa Ibu harus melakukan hal seperti itu?” Tanya Xavier.“Bukan aku yang memulainya. Dia yang memulainya lebih dahulu.” Balas Camilla.“Dia bersikap semaunya sendiri. Aku hanya berusaha membela harga diri keluarga kita.” Lanjut Camilla.“Mereka bukan orang yang akan bertindak semaunya.” Ucap Xavier.“Maksud kamu ini semua salah ibu?” Ucap Camilla.“Ibu adalah wanita bermartabat, tapi aku tidak seperti itu. Aku tidak elegan. Aku tidak berkelas seperti Ibu dan Calvin.” Ucap Irene.Irene be
Siang ini Arka sangat bahagia karena kencannya bersama Direktur Arina kemarin malam dan pagi ini berjalan dengan lancar. Arka juga sangat bahagia karena hubungannya dengan Direktur Arina semakin berjalan dengan baik seiring berjalannya waktu.Arka berjalan ke ruangannya dengan sedikit berjingkrak sambil menyeruput Americano di tangannya. Saat Arka membuka pintu hendak memasuki ruangannya, Arka terkejut dengan keberadaan Presdir Edward yang sudah berdiri di dalam ruangan kerjanya.“Ha.. Halo, Pak!” Sapa Arka.“Ada tamu. Jangan diam saja.” Ucap Presdir Edward.“Apa? Oh ya! Benar juga. Bodohnya aku. Silahkan duduk, Pak.” Ucap Arka. Lalu menutup pintu dan menghampiri Presdir Edward.“Mau kopi atau teh?” Tanya Arka.“Tidak perlu. Duduklah.” Ucap Presdir Edward.“Baiklah.” Balas Arka. Lalu Arka duduk dan menyimpan kopinya di atas meja.“Bagaimana kead
Ting nong!“Ya, siapa?” Ucap Keena saat berjalan ke arah pintu sambil menggendong Sera.“Aku Arina.”Cklek!“Kalian? Ada apa? Masuklah!” Ucap Keena.Felice dan Arina masuk ke rumah Keena. Mulut Arina sudah tidak tahan ingin mengatakannya. Namun, pada akhirnya Ia tetap tidak tega mengatakannya.Melihat teman-temannya yang tiba-tiba datang di jam kerja membuat Keena bingung. Keena terus melihat ke arah Arina yang berdiri dengan bertolak pinggang dan Felice yang duduk disampingnya.“Ada apa?” Tanya Arina saat melihat Keena celingak celinguk.“Katakan saja! Ada apa kalian kemari?” Ucap Keena.“Hehe, aku kangen kamu jadi aku ajak Felice kemari, itu saja. Hehe!” Balas Arina lalu duduk dan meminum air yang disediakan oleh Keena.“Yakin hanya itu? Itu hal teraneh yang pernah kudengar darimu.” Ucap Keena.
Drrtt drtt [Ibu Camilla]“Kenapa tidak diangkat?” Tanya Felice.“Aku perlu keluar sebentar.” Ucap Xavier.Xavier keluar dari mobil Felice untuk mengangkat telepon dari ibunya.“Halo, bu?” Ucap Xavier.Felice terus memperhatikan Xavier yang sedang menelepon dari dalam mobil. Pembicaraan mereka sepertinya cukup serius sampai-sampai Xavier terus melihat ke arah Felice beberapa kali. Xavier terlihat gelisah saat menerima telepon dari Ibunya itu.“Ya. Aku sudah makan malam.”“Ya.”“Tidak usah khawatir.”Felice merasa bersalah dengan ini semua. Felice memutuskan untuk keluar dari mobil dan menghampiri Xavier di luar.“Baiklah.” Ucap Xavier lalu menutup teleponnya.“Inilah yang akan terus terjadi jika kita tetap bersama. Kamu bahkan tidak bisa menjawab telepon ibum
Hari-hari menuju pembukaan bazar La Fayare semakin dekat. Namun, revisi masih tidak kunjung menemukan solusi juga. Tim Lauré masih terus berusaha semaksimal yang mereka bisa agar acaranya berjalan sesuai dengan harapan mereka“Sepertinya, warnanya tidak trendi. Mereka ingin warna Navy atau pink fuschia. Itu tidak cocok dengan desain kita.” Ucap Luna.“Kita tidak bisa mengubah pakaian utamanya. Jadi, beri tahu mereka kita akan memilih dua gaun berwarna neon.” Balas Luna.“Baiklah, Nona Felice!” Balas Luna.Bahkan bukan hanya Tim Lauré saja yang kerepotan dengan acara ini. Tim yang mengurus brand Viance seperti Vareena dan Rosé juga turut membantu dalam mengurus acara La Fayare.“Periksa semua sampelnya setelah selesai. beri tahu Nona Felice begitu kamu melihat ada masalah.” Ucap Vareena sambil berjalan membawa berkas-berkas.“Baik, kak!” Balas Rosé.
Di saat semua orang sudah pulang dan kembali ke rumahnya, Felice masih harus berkutat dengan pekerjaannya sedikit lebih lama dari anggota timnya yang lain. Sebelum pulang Felice mematikan lampu di ruangannya tanpa minta bantuan petugas kebersihan.“Xavier!” Ucap Felice saat melihat Xavier berlari ke arah ruangannya.Tanpa menjawab panggilan Felice, Xavier langsung memeluk Felice tanpa melihat keadaan di sekitarnya.“Maafkan aku.” Ucap Xavier.“Maafkan aku.” Ucap Xavier sambil mengeratkan pelukannya.“Biar aku tambahkan satu hal lagi ke daftar hal yang ingin kulakukan.” Ucap Felice.“Aku ingin memelukmu di tempat kerja tanpa memperdulikan pendapat orang lain.” Lanjut Felice.“Dia menjawabku dengan sedih tapi aku membalas dengan bahagia.” Gumam Felice dengan senyuman namun matanya memerah dan perlahan meneteskan air mata.“Seperti hitam yang bisa dibuat
“Kenapa kamu sendirian? Bagaimana dengan Pak Arka?” Ujar Felice.“Kita putus.” Ujar Arina sambil tersenyum lebar penuh keterpaksaan.“Apa?” Ucap Felice yang sangat terkejut dengan keputusan Arina kali ini.“Hehe.. Limited edition… Hehe.. hehe..” Ujar Arina.“Hei, mudah sekali menyerah pada edisi terbatas.” Ujar Arina sambil menuangkan gula ke dalam tehnya.Felice menatapnya dengan tajam. Arina tahu maksud dari tatapan itu.“Astaga, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Dia tidak melamarku atau memesan gedung pernikahan.” Ujar Arina sambil menuangkan gula ke dalam tehnya.“Jangan khawatir. Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja.” Ujar Arina sambil mengaduk tehnya. Lalu Arina kembali mengambil gula.“Kamu sadar itu yang kelima?” Ujar Felice.Arina tidak jadi memasukan gula itu ke dalam tehnya. Lalu meletakkan gula itu di te
Brtrtt [Suara kertas-kertas]“Heah! [menghela napas]” Ellie menghentakkan laporan penjualan La Cart dengan wajah kesal dan cemburu.“Perusahaan memberi Nona Felice dukungan untuk mengembangkan Lauré. Tapi begitu dia menyuruhnya mengambil alih dan mengelola Lauré…” Keluh Ellie.“Angka penjualan kita akan anjlok. Lauré adalah brand terlaris kita meskipun tidak baru dan tidak menarik lagi.” Ujar Michael.Bughhh [Suara pukulan meja]Manajer Alano kesal sampai memukul meja dengan sangat keras karena perdebatan mereka yang sungguh membosankan. Kehilangan Lauré dan Felice menjadi hal yang cukup menyedihkan bagi Manajer Al.“Kenapa kalian tidak membawa laporan penjualan bulanan Lauré? Apa kalian tentara yang menunggu dibebastugaskan? Di mana kedisiplinan kalian?” Ujar Manajer Alano.“Aku…”&ldqu
“Bisa kita mulai?” Ujar Adriana.“Tentu.” Balas Felice.“Saya akan mulai dari pertanyaan dasar. Saya dengar kamu membuat nama “Lauré” sendiri. Apa arti di balik nama itu?” Ujar Adriana.Felice melirik ke arah Xavier yang sedang memotretnya. “Bukan saya yang membuat nama itu. Sebenarnya saya mendapat ide itu dari fotografer tidak dikenal di Paris.” Ujar Felice.Xavier teringat akan sesuatu sampai berhenti mengambil gambar Felice. Xavier menyimak cerita Felice beberapa saat untuk mendengar sebuah fakta yang ingin Xavier dengar lebih lanjut.“Lauré berarti kemenangan. Dia menyemangati saya dan berharap desain yang saya buat akan membawa saya pada kemenangan dalam setiap usaha saya di hadapan publik. Lauré lahir berkat fotografer tidak dikenal itu.” Ujar Felice.Ckrek Ckrek ckrek [Suara kamera]“Saya sungguh ingin tahu
Felice melihat ke sekeliling ruang sampel yang dipenuhi kenangan di setiap sudutnya. Dinding yang penuh dengan tempelan inspirasi desain, tempelan kain-kain dengan berbagai warna, sampel sepatu dan masih banyak lagi barang penuh kenangan yang ada dalam ruangan itu.Drrtt drtt [Adriana Novelle Vogue]“Halo, ini Felice Chiara Farfalla.” Ujar Felice.“Anda masih ingat saya? Saya Adriana, kepala editor di Novelle Vogue.” Ujar Adriana.“Ya.” Balas Felice.“Saya menelpon Anda begitu mendengar beritanya. Saya dengar kamu menolak tawaran pekerjaan dari Anthony. Kali ini, saya sangat ingin mengenal Anda, Nona Felice.” Ujar Adriana. “Saya ingin mewawancarai Anda lagi. Tentu saja, kami akan mengirimkan daftar pertanyaan baru.” Lanjut Adriana.“Silahkan
Saat Yuri masuk ke rumah, semua lampu di rumahnya masih belum menyala meskipun sudah waktu sudah menunjukkan waktu malam.“Kenapa lampunya masih mati semua?” Ujar Yuri sambil menekan tombol saklar.Setelah itu Yuri melihat ke sekeliling meja makan dan dapur yang masih bersih.“Apa dia belum makan?” Ujar Yuri.Yuri membuka pintu kamar yang ditempati Ezra, lalu mengintipnya. Tidak ada orang di dalamnya. Yuri semakin membuka pintu itu dengan lebar. Melihat ke sekeliling kamar yang masih gelap gulita tanpa ada orang di dalamnya. Entah kemana Ezra pergi sampai malam begini.“Astaga kemana dia.” Gumam Yuri. Lalu Yuri keluar dari kamar itu.Bugh [Suara pintu]“Aishh, setelah kita berpisah, dia benar-benar melakukan apapun yang dia inginkan. Tidur di luar juga bisa jadi alasan untuk bercerai. Seharusnya dia tahu itu.” Keluh Yuri.Yuri masuk ke kamarnya, menekan saklar lam
Liam terkejut saat melihat Sunny yang datang membawa Serphina.“Sedang apa kamu di sini, Nona Sunny?” Tanya Liam.“Istrimu yang memintaku datang.” Balas Sunny.Liam semakin bingung dan segera menghubungi Keena.Tuut tuut tuuut [Keena]“Hallo, kenapa bukan kamu yang datang dengan Sera?” Ujar Liam.“Rasa sakit di tubuhku kambuh lagi hari ini. Nona Sunny bilang dia akan pergi ke Mall hari ini. Jadi, kebetulan sekali.” Ujar Keena saat mengeringkan rambutnya dengan handuk.“Sera bisa pergi berdua denganku.” Ujar Liam. “Kamu tidak tahu cara berbelanja pakaian wanita. Butuh wanita untuk tahu apa yang cocok untuk seorang gadis.” Ujar Keena.“Sera, ayo kita coba ini.” Ujar Sunny yang sudah memilihkan baju untuk Ser
“Wah!! Amazing!” Teriak Sabrina.“Ada apa?” Tanya Vareena sambil berlari dari ruangan kerjanya yang tidak jauh dari ruangan Lauré.Sabrina, Rosé, Luna, Elijah, dan Vareena segera berkerumun untuk membicarakan apa yang Sabrina lihat.“Berita yang bisa dipercaya dari Galaxy PR tentang Nona Felice. Ini tentang Lux Champ, brand mewah yang sudah berusia 130 tahun.” Ucap Sabrina.“Di mana? Lux Champ. Tempat yang menjual lebih dari 2.000 dolar untuk sepasang celana? Wah apa Paris akhirnya mengakui kemampuan Kak Felice?” Ujar Elijah.“Kita memanggilnya Nona Felice, buka kak Felice!” Protes Rosé.“Apa kita semua bisa pergi dengannya?” Ujar El.Tanpa mereka sadari, Manajer Alano sedang menguping pembicaraan mereka sejak awal Sabrina berteriak.“Tapi jika dia tetap diam sampai sekarang..” Ucap Sabrina.“Berarti
“Jika aku tidak bisa menelan nasinya, aku bisa menambahkan air dan menelannya. Jadi, itu bukan masalah besar. Tapi selama hampir 30 tahun, aku membiarkan kebencianku tumbuh dan mengeras seperti nasi kerak. Itu sesuatu yang tidak bisa kutelan sebanyak apa pun air yang kutuang. Perasaan terluka dan aku tidak bisa melupakannya seperti makanan yang diam saja di perut. Bagaimana jika ini berubah menjadi kesedihan dan kepahitan mendalam? Bagaimana jika yang tersisa dariku hanya kebencian? Aku takut.”Ezra sangat tersentuh membacanya. Ternyata inilah yang dirasakan oleh istrinya selama ini. Setelah membaca catatan itu, Ezra menghampiri Yuri yang sedang mencuci rambutnya di kamar mandi.Yuri memang hanya ingin mencuci rambutnya saja dan tidak ingin mandi karena cuaca di luar sedang hujan deras. Jadi, Yuri hanya keramas di depan wastafel dengan shower di tangan kanannya untuk membasuh rambutnya.Saat busa-busa di rambut Yuri sudah mulai memudar, Ezra
“Pria yang mengaku pacarmu itu bersama Presdir Edward alias ayahmu sekarang, berduaan.” Ucap Luca.Arina menggelengkan kepala untuk melupakan bayangan itu, “Tidak! Tidak mungkin! Mereka pasti hanya membicarakan pekerjaan sebagai sesama petinggi perusahaan.”Gumam Arina.Arina menghampiri Arka untuk menyapanya, “Hai, Pak Arka!” Ucap Arina.“Oh Halo! Direktur Arina!” Balas Arka.“Kenapa kamu keluar dari ruangan Presdir?” Tanya Arina.“Aku habis bicara empat mata dengan Presdir Edward soal urusan mendesak.” Balas Arka.“Mendesak? Soal apa?” Tanya Arina.“Sudah kukatakan aku habis bicara empat mata dengannya, yang artinya itu bukan sesuatu yang bisa ku beritahu kepada mu.” Balas Arka.***“Tentu saja, dia tidak bisa memberitahumu.” Ucap Luca ketika bertemu dengan Direktur Arina di restoran tempat