Ting nong!
“Ya, siapa?” Ucap Keena saat berjalan ke arah pintu sambil menggendong Sera.
“Aku Arina.”
Cklek!
“Kalian? Ada apa? Masuklah!” Ucap Keena.
Felice dan Arina masuk ke rumah Keena. Mulut Arina sudah tidak tahan ingin mengatakannya. Namun, pada akhirnya Ia tetap tidak tega mengatakannya.
Melihat teman-temannya yang tiba-tiba datang di jam kerja membuat Keena bingung. Keena terus melihat ke arah Arina yang berdiri dengan bertolak pinggang dan Felice yang duduk disampingnya.
“Ada apa?” Tanya Arina saat melihat Keena celingak celinguk.
“Katakan saja! Ada apa kalian kemari?” Ucap Keena.
“Hehe, aku kangen kamu jadi aku ajak Felice kemari, itu saja. Hehe!” Balas Arina lalu duduk dan meminum air yang disediakan oleh Keena.
“Yakin hanya itu? Itu hal teraneh yang pernah kudengar darimu.” Ucap Keena.
Drrtt drtt [Ibu Camilla]“Kenapa tidak diangkat?” Tanya Felice.“Aku perlu keluar sebentar.” Ucap Xavier.Xavier keluar dari mobil Felice untuk mengangkat telepon dari ibunya.“Halo, bu?” Ucap Xavier.Felice terus memperhatikan Xavier yang sedang menelepon dari dalam mobil. Pembicaraan mereka sepertinya cukup serius sampai-sampai Xavier terus melihat ke arah Felice beberapa kali. Xavier terlihat gelisah saat menerima telepon dari Ibunya itu.“Ya. Aku sudah makan malam.”“Ya.”“Tidak usah khawatir.”Felice merasa bersalah dengan ini semua. Felice memutuskan untuk keluar dari mobil dan menghampiri Xavier di luar.“Baiklah.” Ucap Xavier lalu menutup teleponnya.“Inilah yang akan terus terjadi jika kita tetap bersama. Kamu bahkan tidak bisa menjawab telepon ibum
Hari-hari menuju pembukaan bazar La Fayare semakin dekat. Namun, revisi masih tidak kunjung menemukan solusi juga. Tim Lauré masih terus berusaha semaksimal yang mereka bisa agar acaranya berjalan sesuai dengan harapan mereka“Sepertinya, warnanya tidak trendi. Mereka ingin warna Navy atau pink fuschia. Itu tidak cocok dengan desain kita.” Ucap Luna.“Kita tidak bisa mengubah pakaian utamanya. Jadi, beri tahu mereka kita akan memilih dua gaun berwarna neon.” Balas Luna.“Baiklah, Nona Felice!” Balas Luna.Bahkan bukan hanya Tim Lauré saja yang kerepotan dengan acara ini. Tim yang mengurus brand Viance seperti Vareena dan Rosé juga turut membantu dalam mengurus acara La Fayare.“Periksa semua sampelnya setelah selesai. beri tahu Nona Felice begitu kamu melihat ada masalah.” Ucap Vareena sambil berjalan membawa berkas-berkas.“Baik, kak!” Balas Rosé.
Di saat semua orang sudah pulang dan kembali ke rumahnya, Felice masih harus berkutat dengan pekerjaannya sedikit lebih lama dari anggota timnya yang lain. Sebelum pulang Felice mematikan lampu di ruangannya tanpa minta bantuan petugas kebersihan.“Xavier!” Ucap Felice saat melihat Xavier berlari ke arah ruangannya.Tanpa menjawab panggilan Felice, Xavier langsung memeluk Felice tanpa melihat keadaan di sekitarnya.“Maafkan aku.” Ucap Xavier.“Maafkan aku.” Ucap Xavier sambil mengeratkan pelukannya.“Biar aku tambahkan satu hal lagi ke daftar hal yang ingin kulakukan.” Ucap Felice.“Aku ingin memelukmu di tempat kerja tanpa memperdulikan pendapat orang lain.” Lanjut Felice.“Dia menjawabku dengan sedih tapi aku membalas dengan bahagia.” Gumam Felice dengan senyuman namun matanya memerah dan perlahan meneteskan air mata.“Seperti hitam yang bisa dibuat
Ckkk [Kertas terlempar]Yuri melempar lembaran kertas-kertas yang sudah Ia tulis tangan ke atas meja. Felice mengambil kertas itu lalu membacanya.“Mah, apa ini?” Tanya Felice.“Pengacaraku yang menyuruhku. Aku diminta menulis semuanya.” Balas Yuri.“Pengacara Mama?” Tanya Felice.“Ya….”Flashback On.Beberapa hari lalu Yuri mendatangi kantor pengacara perceraian. Saat berada di kantor pengacara Yuri merasa gugup dan bimbang dengan semua ini.“Bisa kita mulai?” Tanya Pengacara.“Tentu.” Yuri mengangguk.“Apa suamimu berselingkuh?” Tanya Pengacara.“Tidak.” Yuri menggeleng.“Apa dia menjadi kasar secara fisik saat minum? Apa dia tidak pernah berkontribusi secara finansial?” Tanya Pengacara.“Tidak, bukan begitu. Aku hanya tidak mau tinggal be
“Bagus, yah!” Ucap Ibu Rami.Liam langsung melihat ke arah Ibunya, “Ibu?”Keena yang sedang tertidur dan masih harus istirahat jadi terbangun karena suara itu. Meskipun masih lemas, Keena memaksakan untuk bangkit dari tempat tidurnya.“Apa ibu bersusah payah membesarkan kamu hanya untuk melihat ini? Hah? Pria macam apa yang memasak di dapur? Lepaskan celemeknya sekarang juga!” Ucap Rami.“Bu, tenanglah!” Ucap Liam.“Apa ini? Astaga!” Ucap Rami sambil melemparkan celemek yang tadi dipakai Liam.“Bu!” Ucap Liam.Cklek! [suara pintu]Keena keluar dari kamarnya untuk menemui ibu mertuanya itu.“Sayang!” Ucap Liam.“Kamu sedang tidur?” Tanya Rami.Keena mencoba tersenyum meskipun terpaksa, “Halo, Ibu! Kenapa tidak menelepon kami dahulu?” Ucap Keena.“Aku tidak bisa karena aku
Kehidupan yang pelik membuat Felice merasa tertekan. Pandangan yang kosong di tengah keramaian, kehilangan fokus seharian karena terlalu banyak yang dipikirkan itulah yang Felice alami hari ini.Saat sedang di restoran bersama Xavier, Felice hanya memandangi pemandangan pepohonan di depannya dengan pandangan yang kosong. Sedangkan Xavier sedang mencari-cari tempat tinggal untuk mereka berdua.“Aku sudah mencari beberapa tempat tinggal di Paris dan di negara Eropa lain yang bisa kita tinggali.” Ucap Xavier sambil menunjukkan beberapa gambar di Ipadnya.“Ada tempat yang berdekatan dengan galeri, atau dengan infrastruktur bagus. Tempa ini lebih dekat dengan banyak taman. Ada juga tempat yang berdekatan dengan banyak cafe bagus.” Ucap Xavier.Felice tersenyum saat Xavier menjelaskannya. “Aku tahu tempat ini. Saat aku di sana untuk belajar, aku berniat menghasilkan banyak uang dan tinggal di situ kelak.” Ucap Felice.
“Tim evaluasi tuntas yang membuat kalian cemas. Mereka itu dari investor.” Ucap Presdir Edward.“Apa?” Sahut Direktur Arina.“Wah!” Respon Arka sambil tersenyum bahagia.“Hah?” Respon Emilio.“Heah!” Felice menghela nafas lega setelah mendengarnya.Berita tentang perusahaan yang mendapat investor itu langsung tersebar di di grup chat. Para pegawai yang hendak wawancara kerja, menunda kegiatanya dan langsung menghubungi rekan kerjanya.“Halo?” Ucap Manajer Ellie.“Hallo! Ada berita penting. Perusahaan kita mendapatkan investasi. Apa Nona Ellie sudah melihat grup?” Ucap Sandrina.“Apa? Kita mendapatkan investasi?” Ucap Ellie.“Ya, tim evaluasi kemarin itu untuk investasi besar ini.” Ucap Sandrina.“Baiklah. Aku akan segera kembali.” Balas Ellie yang kemb
Saat Felice keluar dari lift untuk menuju apartemennya, Felice melihat Papa Ezra yang berdiri di depan pintu rumahnya. “Apa Mama mengusir Papa?” Tanya Felice.“Tidak sama sekali. Rumah itu atas nama Papa.” Balas Ezra.“Terus kenapa Papa disini?” Tanya Felice.“Kaki Papa sakit. Buka pintunya.” Pinta Ezra.Drtt drtt [Mama]“Hallo?” Ucap Felice.“Apa Papamu ada disana? Sudah dua hari dia tidak pulang.” Tanya Mama Yuri.“Jangan khawatir. Dia ada disini bersamaku.” Balas Felice.“Berikan dia makan makanan yang sehat dan jangan sampai penyakitnya kumat lagi.” Ucap Mama Yuri.“Jangan khawatir. Aku akan memberinya buah.” Balas Felice.“Baiklah. Selamat malam!” Ucap Yuri.“Ya, selamat malam!” Balas Felice.Setelah menutup teleponnya, Felice menghampiri Papa Ezra
“Kenapa kamu sendirian? Bagaimana dengan Pak Arka?” Ujar Felice.“Kita putus.” Ujar Arina sambil tersenyum lebar penuh keterpaksaan.“Apa?” Ucap Felice yang sangat terkejut dengan keputusan Arina kali ini.“Hehe.. Limited edition… Hehe.. hehe..” Ujar Arina.“Hei, mudah sekali menyerah pada edisi terbatas.” Ujar Arina sambil menuangkan gula ke dalam tehnya.Felice menatapnya dengan tajam. Arina tahu maksud dari tatapan itu.“Astaga, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Dia tidak melamarku atau memesan gedung pernikahan.” Ujar Arina sambil menuangkan gula ke dalam tehnya.“Jangan khawatir. Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja.” Ujar Arina sambil mengaduk tehnya. Lalu Arina kembali mengambil gula.“Kamu sadar itu yang kelima?” Ujar Felice.Arina tidak jadi memasukan gula itu ke dalam tehnya. Lalu meletakkan gula itu di te
Brtrtt [Suara kertas-kertas]“Heah! [menghela napas]” Ellie menghentakkan laporan penjualan La Cart dengan wajah kesal dan cemburu.“Perusahaan memberi Nona Felice dukungan untuk mengembangkan Lauré. Tapi begitu dia menyuruhnya mengambil alih dan mengelola Lauré…” Keluh Ellie.“Angka penjualan kita akan anjlok. Lauré adalah brand terlaris kita meskipun tidak baru dan tidak menarik lagi.” Ujar Michael.Bughhh [Suara pukulan meja]Manajer Alano kesal sampai memukul meja dengan sangat keras karena perdebatan mereka yang sungguh membosankan. Kehilangan Lauré dan Felice menjadi hal yang cukup menyedihkan bagi Manajer Al.“Kenapa kalian tidak membawa laporan penjualan bulanan Lauré? Apa kalian tentara yang menunggu dibebastugaskan? Di mana kedisiplinan kalian?” Ujar Manajer Alano.“Aku…”&ldqu
“Bisa kita mulai?” Ujar Adriana.“Tentu.” Balas Felice.“Saya akan mulai dari pertanyaan dasar. Saya dengar kamu membuat nama “Lauré” sendiri. Apa arti di balik nama itu?” Ujar Adriana.Felice melirik ke arah Xavier yang sedang memotretnya. “Bukan saya yang membuat nama itu. Sebenarnya saya mendapat ide itu dari fotografer tidak dikenal di Paris.” Ujar Felice.Xavier teringat akan sesuatu sampai berhenti mengambil gambar Felice. Xavier menyimak cerita Felice beberapa saat untuk mendengar sebuah fakta yang ingin Xavier dengar lebih lanjut.“Lauré berarti kemenangan. Dia menyemangati saya dan berharap desain yang saya buat akan membawa saya pada kemenangan dalam setiap usaha saya di hadapan publik. Lauré lahir berkat fotografer tidak dikenal itu.” Ujar Felice.Ckrek Ckrek ckrek [Suara kamera]“Saya sungguh ingin tahu
Felice melihat ke sekeliling ruang sampel yang dipenuhi kenangan di setiap sudutnya. Dinding yang penuh dengan tempelan inspirasi desain, tempelan kain-kain dengan berbagai warna, sampel sepatu dan masih banyak lagi barang penuh kenangan yang ada dalam ruangan itu.Drrtt drtt [Adriana Novelle Vogue]“Halo, ini Felice Chiara Farfalla.” Ujar Felice.“Anda masih ingat saya? Saya Adriana, kepala editor di Novelle Vogue.” Ujar Adriana.“Ya.” Balas Felice.“Saya menelpon Anda begitu mendengar beritanya. Saya dengar kamu menolak tawaran pekerjaan dari Anthony. Kali ini, saya sangat ingin mengenal Anda, Nona Felice.” Ujar Adriana. “Saya ingin mewawancarai Anda lagi. Tentu saja, kami akan mengirimkan daftar pertanyaan baru.” Lanjut Adriana.“Silahkan
Saat Yuri masuk ke rumah, semua lampu di rumahnya masih belum menyala meskipun sudah waktu sudah menunjukkan waktu malam.“Kenapa lampunya masih mati semua?” Ujar Yuri sambil menekan tombol saklar.Setelah itu Yuri melihat ke sekeliling meja makan dan dapur yang masih bersih.“Apa dia belum makan?” Ujar Yuri.Yuri membuka pintu kamar yang ditempati Ezra, lalu mengintipnya. Tidak ada orang di dalamnya. Yuri semakin membuka pintu itu dengan lebar. Melihat ke sekeliling kamar yang masih gelap gulita tanpa ada orang di dalamnya. Entah kemana Ezra pergi sampai malam begini.“Astaga kemana dia.” Gumam Yuri. Lalu Yuri keluar dari kamar itu.Bugh [Suara pintu]“Aishh, setelah kita berpisah, dia benar-benar melakukan apapun yang dia inginkan. Tidur di luar juga bisa jadi alasan untuk bercerai. Seharusnya dia tahu itu.” Keluh Yuri.Yuri masuk ke kamarnya, menekan saklar lam
Liam terkejut saat melihat Sunny yang datang membawa Serphina.“Sedang apa kamu di sini, Nona Sunny?” Tanya Liam.“Istrimu yang memintaku datang.” Balas Sunny.Liam semakin bingung dan segera menghubungi Keena.Tuut tuut tuuut [Keena]“Hallo, kenapa bukan kamu yang datang dengan Sera?” Ujar Liam.“Rasa sakit di tubuhku kambuh lagi hari ini. Nona Sunny bilang dia akan pergi ke Mall hari ini. Jadi, kebetulan sekali.” Ujar Keena saat mengeringkan rambutnya dengan handuk.“Sera bisa pergi berdua denganku.” Ujar Liam. “Kamu tidak tahu cara berbelanja pakaian wanita. Butuh wanita untuk tahu apa yang cocok untuk seorang gadis.” Ujar Keena.“Sera, ayo kita coba ini.” Ujar Sunny yang sudah memilihkan baju untuk Ser
“Wah!! Amazing!” Teriak Sabrina.“Ada apa?” Tanya Vareena sambil berlari dari ruangan kerjanya yang tidak jauh dari ruangan Lauré.Sabrina, Rosé, Luna, Elijah, dan Vareena segera berkerumun untuk membicarakan apa yang Sabrina lihat.“Berita yang bisa dipercaya dari Galaxy PR tentang Nona Felice. Ini tentang Lux Champ, brand mewah yang sudah berusia 130 tahun.” Ucap Sabrina.“Di mana? Lux Champ. Tempat yang menjual lebih dari 2.000 dolar untuk sepasang celana? Wah apa Paris akhirnya mengakui kemampuan Kak Felice?” Ujar Elijah.“Kita memanggilnya Nona Felice, buka kak Felice!” Protes Rosé.“Apa kita semua bisa pergi dengannya?” Ujar El.Tanpa mereka sadari, Manajer Alano sedang menguping pembicaraan mereka sejak awal Sabrina berteriak.“Tapi jika dia tetap diam sampai sekarang..” Ucap Sabrina.“Berarti
“Jika aku tidak bisa menelan nasinya, aku bisa menambahkan air dan menelannya. Jadi, itu bukan masalah besar. Tapi selama hampir 30 tahun, aku membiarkan kebencianku tumbuh dan mengeras seperti nasi kerak. Itu sesuatu yang tidak bisa kutelan sebanyak apa pun air yang kutuang. Perasaan terluka dan aku tidak bisa melupakannya seperti makanan yang diam saja di perut. Bagaimana jika ini berubah menjadi kesedihan dan kepahitan mendalam? Bagaimana jika yang tersisa dariku hanya kebencian? Aku takut.”Ezra sangat tersentuh membacanya. Ternyata inilah yang dirasakan oleh istrinya selama ini. Setelah membaca catatan itu, Ezra menghampiri Yuri yang sedang mencuci rambutnya di kamar mandi.Yuri memang hanya ingin mencuci rambutnya saja dan tidak ingin mandi karena cuaca di luar sedang hujan deras. Jadi, Yuri hanya keramas di depan wastafel dengan shower di tangan kanannya untuk membasuh rambutnya.Saat busa-busa di rambut Yuri sudah mulai memudar, Ezra
“Pria yang mengaku pacarmu itu bersama Presdir Edward alias ayahmu sekarang, berduaan.” Ucap Luca.Arina menggelengkan kepala untuk melupakan bayangan itu, “Tidak! Tidak mungkin! Mereka pasti hanya membicarakan pekerjaan sebagai sesama petinggi perusahaan.”Gumam Arina.Arina menghampiri Arka untuk menyapanya, “Hai, Pak Arka!” Ucap Arina.“Oh Halo! Direktur Arina!” Balas Arka.“Kenapa kamu keluar dari ruangan Presdir?” Tanya Arina.“Aku habis bicara empat mata dengan Presdir Edward soal urusan mendesak.” Balas Arka.“Mendesak? Soal apa?” Tanya Arina.“Sudah kukatakan aku habis bicara empat mata dengannya, yang artinya itu bukan sesuatu yang bisa ku beritahu kepada mu.” Balas Arka.***“Tentu saja, dia tidak bisa memberitahumu.” Ucap Luca ketika bertemu dengan Direktur Arina di restoran tempat