Ckkk [Kertas terlempar]
Yuri melempar lembaran kertas-kertas yang sudah Ia tulis tangan ke atas meja. Felice mengambil kertas itu lalu membacanya.
“Mah, apa ini?” Tanya Felice.
“Pengacaraku yang menyuruhku. Aku diminta menulis semuanya.” Balas Yuri.
“Pengacara Mama?” Tanya Felice.
“Ya….”
Flashback On.
Beberapa hari lalu Yuri mendatangi kantor pengacara perceraian. Saat berada di kantor pengacara Yuri merasa gugup dan bimbang dengan semua ini.
“Bisa kita mulai?” Tanya Pengacara.
“Tentu.” Yuri mengangguk.
“Apa suamimu berselingkuh?” Tanya Pengacara.
“Tidak.” Yuri menggeleng.
“Apa dia menjadi kasar secara fisik saat minum? Apa dia tidak pernah berkontribusi secara finansial?” Tanya Pengacara.
“Tidak, bukan begitu. Aku hanya tidak mau tinggal be
“Bagus, yah!” Ucap Ibu Rami.Liam langsung melihat ke arah Ibunya, “Ibu?”Keena yang sedang tertidur dan masih harus istirahat jadi terbangun karena suara itu. Meskipun masih lemas, Keena memaksakan untuk bangkit dari tempat tidurnya.“Apa ibu bersusah payah membesarkan kamu hanya untuk melihat ini? Hah? Pria macam apa yang memasak di dapur? Lepaskan celemeknya sekarang juga!” Ucap Rami.“Bu, tenanglah!” Ucap Liam.“Apa ini? Astaga!” Ucap Rami sambil melemparkan celemek yang tadi dipakai Liam.“Bu!” Ucap Liam.Cklek! [suara pintu]Keena keluar dari kamarnya untuk menemui ibu mertuanya itu.“Sayang!” Ucap Liam.“Kamu sedang tidur?” Tanya Rami.Keena mencoba tersenyum meskipun terpaksa, “Halo, Ibu! Kenapa tidak menelepon kami dahulu?” Ucap Keena.“Aku tidak bisa karena aku
Kehidupan yang pelik membuat Felice merasa tertekan. Pandangan yang kosong di tengah keramaian, kehilangan fokus seharian karena terlalu banyak yang dipikirkan itulah yang Felice alami hari ini.Saat sedang di restoran bersama Xavier, Felice hanya memandangi pemandangan pepohonan di depannya dengan pandangan yang kosong. Sedangkan Xavier sedang mencari-cari tempat tinggal untuk mereka berdua.“Aku sudah mencari beberapa tempat tinggal di Paris dan di negara Eropa lain yang bisa kita tinggali.” Ucap Xavier sambil menunjukkan beberapa gambar di Ipadnya.“Ada tempat yang berdekatan dengan galeri, atau dengan infrastruktur bagus. Tempa ini lebih dekat dengan banyak taman. Ada juga tempat yang berdekatan dengan banyak cafe bagus.” Ucap Xavier.Felice tersenyum saat Xavier menjelaskannya. “Aku tahu tempat ini. Saat aku di sana untuk belajar, aku berniat menghasilkan banyak uang dan tinggal di situ kelak.” Ucap Felice.
“Tim evaluasi tuntas yang membuat kalian cemas. Mereka itu dari investor.” Ucap Presdir Edward.“Apa?” Sahut Direktur Arina.“Wah!” Respon Arka sambil tersenyum bahagia.“Hah?” Respon Emilio.“Heah!” Felice menghela nafas lega setelah mendengarnya.Berita tentang perusahaan yang mendapat investor itu langsung tersebar di di grup chat. Para pegawai yang hendak wawancara kerja, menunda kegiatanya dan langsung menghubungi rekan kerjanya.“Halo?” Ucap Manajer Ellie.“Hallo! Ada berita penting. Perusahaan kita mendapatkan investasi. Apa Nona Ellie sudah melihat grup?” Ucap Sandrina.“Apa? Kita mendapatkan investasi?” Ucap Ellie.“Ya, tim evaluasi kemarin itu untuk investasi besar ini.” Ucap Sandrina.“Baiklah. Aku akan segera kembali.” Balas Ellie yang kemb
Saat Felice keluar dari lift untuk menuju apartemennya, Felice melihat Papa Ezra yang berdiri di depan pintu rumahnya. “Apa Mama mengusir Papa?” Tanya Felice.“Tidak sama sekali. Rumah itu atas nama Papa.” Balas Ezra.“Terus kenapa Papa disini?” Tanya Felice.“Kaki Papa sakit. Buka pintunya.” Pinta Ezra.Drtt drtt [Mama]“Hallo?” Ucap Felice.“Apa Papamu ada disana? Sudah dua hari dia tidak pulang.” Tanya Mama Yuri.“Jangan khawatir. Dia ada disini bersamaku.” Balas Felice.“Berikan dia makan makanan yang sehat dan jangan sampai penyakitnya kumat lagi.” Ucap Mama Yuri.“Jangan khawatir. Aku akan memberinya buah.” Balas Felice.“Baiklah. Selamat malam!” Ucap Yuri.“Ya, selamat malam!” Balas Felice.Setelah menutup teleponnya, Felice menghampiri Papa Ezra
Bunga bermekaran. Musim baru akan datang. Bunga mekar. Musim berlanjut. Bunga mulai turun dari langit. Itu indah, tapi menyedihkan. Tapi bunga tidak layu. Habis bunga datanglah buah. Ini awal yang baru yang memberimu kenangan hangat yang akan bersemayam dalam dirimu selamanya.- Felice Chiara FarfallaDi samping batu nisan yang bertuliskan nama Calvin dan Calvin di dekat batu nisan itu, Xavier hanya bisa merenungkan semua hal yang terjadi padanya.“Kak!”“Apa kamu sangat membenci itu?”“Apa kamu begitu menentang… hubunganku dengan Felice?”Air mata perlahan mulai menetes meskipun Xavier sudah mencoba untuk menahannya. Namun, kesedihannya terlalu dalam dan tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya.***H
Segelas air tidak setara dengan yang lainSeseorang mungkin hanya memuaskan dahagaNamun, manfaat lainnya bisa kamu nikmati sepenuhnya.Menonton pertunjukan acara Fashion show yang disertai rasa khawatir akan keberlangsungan acara membuat Manajer Alano tidak nafsu makan atau minum. Namun, setelah acaranya berlangsung dengan baik rasa haus perlahan mulai dirasakan.Saat Presdir Edward akan menyentuh gelas minumnya, Manajer Alano juga hendak mengambil gelas itu. “Aku agak haus. Maaf, Pak!” Ucap Manajer Alano saat bertatapan dengan Presdir Edward.Emilio masuk ke ruangan Presdir Edward dengan sedikit terburu-buru karena semangatnya yang sedang menggebu-gebu.“Para tamu pembeli mulai melakukan pemesanan.” Ucap Emilio sambil tersenyum penuh semangat.“Good Job!” Ucap Manajer Alano sambil loncat kegirangan. Lalu mengambil gelas Presdir Edward dan meminumnya tanpa rasa bersalah.Presdi
Hidup itu penuh dengan godaan,Tapi kita harus selalu kuat.Haii’fer“Ya, ini Felice Chiara Farfalla.”“Ya.”“Oh begitu rupanya.”“Ya, terima kasih.”“Ya.”Semua anggota tim yang sudah hadir di kantor hanya bisa melihat Nona Felice yang sibuk dengan teleponnya sejak memasuki ruangan. Luna menghampiri untuk memberikan secarik kertas pada Nona Felice.“Mereka memintamu menelepon mereka kembali. Kami mendapat banyak telepon untukmu pagi ini.” Bisik Luna.Lalu Luna pergi ke mejanya setelah meninggalkan Felice yang masih menerima telepon dari seseorang.“Oh ya. Terima kasih atas tawarannya. Baiklah sampai jumpa.” Ucap Felice lalu menutup teleponnya.Anggota tim yang lain hanya bisa tersenyum bahagia melihat Nona Felice yang
Bughhh! [Suara pukulan meja]“Tentu saja Nona Felice harus melakukannya.” Ucap Elijah.“Menurutmu mereka juga akan memasukan foto pakaian kita? Uhhh Luar biasa!!!” Ucap Vareena.“Wahh luar biasa!”“Luar biasa! Biasanya, harganya ribuan dolar untuk menambahkan foto di majalah mereka.” Ucap Luna.“Menurutmu pakaian kita akan tampil di sampul majalah?” Tanya Sabrina.“Itu tidak akan terjadi. Butuh berapa ratus juga untuk membuatnya di sampul. Lagi pula, itu mungkin sudah dipesan selama setahun penuh.” Balas Luna.“Bagaimana kalau kita minta Nona Felice memakai salah satu pakaian kita saat menghadiri wawancara itu.” Ucap Rosé.“Itu ide bagus.” Ucap Luna.“Benar, bukan?” Ucap Rosé.“Kurasa tanpa diminta Nona Felice pasti akan memakainya.” Balas Elijah.“Bena
“Kenapa kamu sendirian? Bagaimana dengan Pak Arka?” Ujar Felice.“Kita putus.” Ujar Arina sambil tersenyum lebar penuh keterpaksaan.“Apa?” Ucap Felice yang sangat terkejut dengan keputusan Arina kali ini.“Hehe.. Limited edition… Hehe.. hehe..” Ujar Arina.“Hei, mudah sekali menyerah pada edisi terbatas.” Ujar Arina sambil menuangkan gula ke dalam tehnya.Felice menatapnya dengan tajam. Arina tahu maksud dari tatapan itu.“Astaga, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Dia tidak melamarku atau memesan gedung pernikahan.” Ujar Arina sambil menuangkan gula ke dalam tehnya.“Jangan khawatir. Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja.” Ujar Arina sambil mengaduk tehnya. Lalu Arina kembali mengambil gula.“Kamu sadar itu yang kelima?” Ujar Felice.Arina tidak jadi memasukan gula itu ke dalam tehnya. Lalu meletakkan gula itu di te
Brtrtt [Suara kertas-kertas]“Heah! [menghela napas]” Ellie menghentakkan laporan penjualan La Cart dengan wajah kesal dan cemburu.“Perusahaan memberi Nona Felice dukungan untuk mengembangkan Lauré. Tapi begitu dia menyuruhnya mengambil alih dan mengelola Lauré…” Keluh Ellie.“Angka penjualan kita akan anjlok. Lauré adalah brand terlaris kita meskipun tidak baru dan tidak menarik lagi.” Ujar Michael.Bughhh [Suara pukulan meja]Manajer Alano kesal sampai memukul meja dengan sangat keras karena perdebatan mereka yang sungguh membosankan. Kehilangan Lauré dan Felice menjadi hal yang cukup menyedihkan bagi Manajer Al.“Kenapa kalian tidak membawa laporan penjualan bulanan Lauré? Apa kalian tentara yang menunggu dibebastugaskan? Di mana kedisiplinan kalian?” Ujar Manajer Alano.“Aku…”&ldqu
“Bisa kita mulai?” Ujar Adriana.“Tentu.” Balas Felice.“Saya akan mulai dari pertanyaan dasar. Saya dengar kamu membuat nama “Lauré” sendiri. Apa arti di balik nama itu?” Ujar Adriana.Felice melirik ke arah Xavier yang sedang memotretnya. “Bukan saya yang membuat nama itu. Sebenarnya saya mendapat ide itu dari fotografer tidak dikenal di Paris.” Ujar Felice.Xavier teringat akan sesuatu sampai berhenti mengambil gambar Felice. Xavier menyimak cerita Felice beberapa saat untuk mendengar sebuah fakta yang ingin Xavier dengar lebih lanjut.“Lauré berarti kemenangan. Dia menyemangati saya dan berharap desain yang saya buat akan membawa saya pada kemenangan dalam setiap usaha saya di hadapan publik. Lauré lahir berkat fotografer tidak dikenal itu.” Ujar Felice.Ckrek Ckrek ckrek [Suara kamera]“Saya sungguh ingin tahu
Felice melihat ke sekeliling ruang sampel yang dipenuhi kenangan di setiap sudutnya. Dinding yang penuh dengan tempelan inspirasi desain, tempelan kain-kain dengan berbagai warna, sampel sepatu dan masih banyak lagi barang penuh kenangan yang ada dalam ruangan itu.Drrtt drtt [Adriana Novelle Vogue]“Halo, ini Felice Chiara Farfalla.” Ujar Felice.“Anda masih ingat saya? Saya Adriana, kepala editor di Novelle Vogue.” Ujar Adriana.“Ya.” Balas Felice.“Saya menelpon Anda begitu mendengar beritanya. Saya dengar kamu menolak tawaran pekerjaan dari Anthony. Kali ini, saya sangat ingin mengenal Anda, Nona Felice.” Ujar Adriana. “Saya ingin mewawancarai Anda lagi. Tentu saja, kami akan mengirimkan daftar pertanyaan baru.” Lanjut Adriana.“Silahkan
Saat Yuri masuk ke rumah, semua lampu di rumahnya masih belum menyala meskipun sudah waktu sudah menunjukkan waktu malam.“Kenapa lampunya masih mati semua?” Ujar Yuri sambil menekan tombol saklar.Setelah itu Yuri melihat ke sekeliling meja makan dan dapur yang masih bersih.“Apa dia belum makan?” Ujar Yuri.Yuri membuka pintu kamar yang ditempati Ezra, lalu mengintipnya. Tidak ada orang di dalamnya. Yuri semakin membuka pintu itu dengan lebar. Melihat ke sekeliling kamar yang masih gelap gulita tanpa ada orang di dalamnya. Entah kemana Ezra pergi sampai malam begini.“Astaga kemana dia.” Gumam Yuri. Lalu Yuri keluar dari kamar itu.Bugh [Suara pintu]“Aishh, setelah kita berpisah, dia benar-benar melakukan apapun yang dia inginkan. Tidur di luar juga bisa jadi alasan untuk bercerai. Seharusnya dia tahu itu.” Keluh Yuri.Yuri masuk ke kamarnya, menekan saklar lam
Liam terkejut saat melihat Sunny yang datang membawa Serphina.“Sedang apa kamu di sini, Nona Sunny?” Tanya Liam.“Istrimu yang memintaku datang.” Balas Sunny.Liam semakin bingung dan segera menghubungi Keena.Tuut tuut tuuut [Keena]“Hallo, kenapa bukan kamu yang datang dengan Sera?” Ujar Liam.“Rasa sakit di tubuhku kambuh lagi hari ini. Nona Sunny bilang dia akan pergi ke Mall hari ini. Jadi, kebetulan sekali.” Ujar Keena saat mengeringkan rambutnya dengan handuk.“Sera bisa pergi berdua denganku.” Ujar Liam. “Kamu tidak tahu cara berbelanja pakaian wanita. Butuh wanita untuk tahu apa yang cocok untuk seorang gadis.” Ujar Keena.“Sera, ayo kita coba ini.” Ujar Sunny yang sudah memilihkan baju untuk Ser
“Wah!! Amazing!” Teriak Sabrina.“Ada apa?” Tanya Vareena sambil berlari dari ruangan kerjanya yang tidak jauh dari ruangan Lauré.Sabrina, Rosé, Luna, Elijah, dan Vareena segera berkerumun untuk membicarakan apa yang Sabrina lihat.“Berita yang bisa dipercaya dari Galaxy PR tentang Nona Felice. Ini tentang Lux Champ, brand mewah yang sudah berusia 130 tahun.” Ucap Sabrina.“Di mana? Lux Champ. Tempat yang menjual lebih dari 2.000 dolar untuk sepasang celana? Wah apa Paris akhirnya mengakui kemampuan Kak Felice?” Ujar Elijah.“Kita memanggilnya Nona Felice, buka kak Felice!” Protes Rosé.“Apa kita semua bisa pergi dengannya?” Ujar El.Tanpa mereka sadari, Manajer Alano sedang menguping pembicaraan mereka sejak awal Sabrina berteriak.“Tapi jika dia tetap diam sampai sekarang..” Ucap Sabrina.“Berarti
“Jika aku tidak bisa menelan nasinya, aku bisa menambahkan air dan menelannya. Jadi, itu bukan masalah besar. Tapi selama hampir 30 tahun, aku membiarkan kebencianku tumbuh dan mengeras seperti nasi kerak. Itu sesuatu yang tidak bisa kutelan sebanyak apa pun air yang kutuang. Perasaan terluka dan aku tidak bisa melupakannya seperti makanan yang diam saja di perut. Bagaimana jika ini berubah menjadi kesedihan dan kepahitan mendalam? Bagaimana jika yang tersisa dariku hanya kebencian? Aku takut.”Ezra sangat tersentuh membacanya. Ternyata inilah yang dirasakan oleh istrinya selama ini. Setelah membaca catatan itu, Ezra menghampiri Yuri yang sedang mencuci rambutnya di kamar mandi.Yuri memang hanya ingin mencuci rambutnya saja dan tidak ingin mandi karena cuaca di luar sedang hujan deras. Jadi, Yuri hanya keramas di depan wastafel dengan shower di tangan kanannya untuk membasuh rambutnya.Saat busa-busa di rambut Yuri sudah mulai memudar, Ezra
“Pria yang mengaku pacarmu itu bersama Presdir Edward alias ayahmu sekarang, berduaan.” Ucap Luca.Arina menggelengkan kepala untuk melupakan bayangan itu, “Tidak! Tidak mungkin! Mereka pasti hanya membicarakan pekerjaan sebagai sesama petinggi perusahaan.”Gumam Arina.Arina menghampiri Arka untuk menyapanya, “Hai, Pak Arka!” Ucap Arina.“Oh Halo! Direktur Arina!” Balas Arka.“Kenapa kamu keluar dari ruangan Presdir?” Tanya Arina.“Aku habis bicara empat mata dengan Presdir Edward soal urusan mendesak.” Balas Arka.“Mendesak? Soal apa?” Tanya Arina.“Sudah kukatakan aku habis bicara empat mata dengannya, yang artinya itu bukan sesuatu yang bisa ku beritahu kepada mu.” Balas Arka.***“Tentu saja, dia tidak bisa memberitahumu.” Ucap Luca ketika bertemu dengan Direktur Arina di restoran tempat