Share

BAB 18

Penulis: Ede Thaurus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-19 22:39:31
"Kau mau kemana?" tanya Dante saat kami berpapasan pagi ini.

Aku baru saja selesai sarapan dan pria itu sepertinya baru selesai berolahraga. Aku tidak tahu kalau dia suka berolahraga.

"Aku ada kelas pagi ini."

"Kau ada kelas di hari Sabtu?" tanyanya heran.

"Ya, hanya satu kelas, jadi aku akan pulang cepat," jawabku tenang.

"Aku akan mengantarmu, karena aku baru saja meminta supirmu untuk mengambil pesananku untuk nanti malam," ucapnya sambil menyeka keringat yang ada di leher jenjangnya.

"Baiklah, aku akan menunggu di teras," jawabku sambil berjalan keluar.

Tidak berapa lama Dante keluar. Dia sudah berganti pakaian, dengan kaus yang pas di badan dan celana jeans. Ternyata tubuhnya juga benar-benar bagus. Tapi itu wajar, pria-pria sepertinya memang selalu mengurus tubuh mereka dan memakai pakaian yang trendi.

"Berapa lama kuliahmu berlangsung?" tanya Dante dalam perjalanan ke kampus.

"Satu setengah jam."

"Kalau begitu aku akan menunggumu sambil minum kopi. Aku akan mencari kafe yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 19

    "Aku ... Kata Myrna kakek memanggilku," bisikku sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Dante. Dia melepaskan lenganku tapi menarik pergelangan tanganku dan memegangnya terus, agar aku tidak bisa pergi.Aku menyadari kalau orang-orang menatapku semakin intens. Ada apa dengan orang-orang ini?"Ini adalah istri Dante. Memang mereka belum mengadakan perayaan untuk pernikahannya, tapi mereka sudah resmi menikah secara hukum," ucap Kakek yang tiba-tiba muncul entah darimana.Aku berusaha tersenyum meski canggung. "Oh senangnya. Selamat ya Dante, semoga kali ini kau tidak mempermainkan kakek," ucap seorang wanita paruh baya dengan senyum palsu.Semua orang mulai mengucapkan selamat seakan-akan aku tidak menyadari kalau mereka mengucapkan dengan terpaksa. Aku juga berpura-pura senang dan tersenyum sambil mengangguk dengan sopan.Aku melihat Dante yang sama sekali tidak ingin mengambil bagian dalam drama ini. Wajahnya tetap kaku dan sama sekali tidak menutupi ketidaksukaannya kepada orang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 20

    Aku membuka mataku perlahan. Hari apa ini? Apakah aku ada kuliah hari ini? Ah, ini hari libur. Aku bisa tidur lebih lama lagi. Tapi ... kenapa aku tidur di atas tempat tidur? Aku segera bangun dan melihat pakaianku. Aku masih mengenakan gaunku.Seingatku semalam, aku duduk di sofa yang berada di samping tempat tidur. Lalu sepertinya aku tertidur. Apa Dante memindahkanku ke tempat tidur? Atau aku berjalan sendiri tanpa menyadarinya? Ini aneh, seingatku aku bukan orang yang berjalan dalam mimpi."Nona Ruby, apakah anda sudah bangun? Sarapan sudah siap bila anda ingin makan," panggil Myrna dari luar kamar. Aku segera berjalan cepat ke kamar mandi. Aku harus mandi dan mengganti pakaianku. Myrna pasti tahu semalam Dante ke kamarku, dan dia bisa berpikir yang bukan-bukan bila melihatku terbangun masih menggunakan gaun ini.Aku keluar dari kamar setelah selesai mandi, sambil membawa gaun yang kupakai semalam."Myrna, ini gaun yang kupinjam semalam," ucapku sambil menyerahkannya kepada Myrna

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 21

    "Mama, bagaimana mama bisa mengenal Dante?" tanyaku dengan suara bergetar."Dengar Ruby, mama tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang. Kalau sudah waktunya mama akan menjelaskan semuanya. Yang pasti semuanya demi kebaikanmu dan keluarga kita. Jadi bersikaplah yang baik, terutama kepada suamimu.""Apa ... Apa Mama juga tahu kalau aku menikah dengan Dante?""Mama harus pergi sekarang, ada yang harus mama kerjakan. Besok mama akan mengirimimu pesan. Mama menyayangimu, Ruby."Ibuku menutup teleponnya, tanpa menunggu jawabanku.Aku segera berlari keluar untuk menemui Dante. Pria itu sudah duduk di ruang tamu berbincang dengan Pedro."Sudah siap? Ayo kita pergi," ajak Dante seakan-akan tidak tahu kalau ibuku sudah menghubungiku."Pergi kemana? Bukankah kau sudah menyuruh ibuku untuk melarangku menemuinya?" tanyaku dengan sinis."Apa maksudmu?" Aktingnya benar-benar bagus. Dia tampak bingung sungguhan."Ibuku baru saja meneleponku dan menyuruhku tinggal disini dengan baik. Dia melarangku me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 22

    Dante menatapku sambil tersenyum. Padahal aku sudah siap dengan kemarahannya yang lebih besar lagi. Aku tidak tahan lagi menyimpan rahasia ini, jadi lebih baik kubuka sekarang dan menerima resikonya. Tapi, kenapa pria ini malah tersenyum?Apa dia senang karena aku mengetahui rahasianya?"Jadi selama ini kau berpikir aku penyuka sesama jenis?" tanyanya mengulangi pernyataanku. Aku mengangguk dengan cepat."Apa yang membuatmu yakin kalau aku penyuka sesama jenis?" tanyanya lagi, masih tersenyum. Kali ini dia tampak lebih santai dan langsung menyenderkan tubuhnya di kursi sambil melipat tangan di depan dadanya."Banyak hal yang menunjukkan kalau kau penyuka sesama jenis. Pertama, dalam perjanjian kita kau menulis bahwa tidak boleh ada sentuhan fisik, aku yakin kau membuat perjanjian yang sama dengan semua perempuan sebelum aku.""Tentu saja, kau sudah tahu kalau aku mendapatkan serangan panik bila menyentuh wanita," sahutnya sedikit kesal."Kedua, kau sangat memperhatikan Pedro. Apa mungk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 23

    Ah, pria ini benar-benar menyebalkan!"Tapi-""Tidak ada tapi! Saat ini aku belum bisa mempercayaimu! Kalau kau sudah bisa dipercaya baru kau bisa berangkat dan pulang sendiri! Sekarang ayo pulang!" tegasnya sambil berjalan keluar.Aku benar-benar kesal. Semua anganku untuk menghabiskan waktu dengan Joshua pupus sudah.Setelah kami masuk ke mobil, aku segera membatalkan janjiku dengan Joshua. Aku beralasan ada urusan keluarga yang tiba-tiba dan mendesak. Untungnya Joshua bisa mengerti dan berjanji akan mengajakku di lain kesempatan.***Aku langsung keluar dari mobil begitu Dante menghentikan mobilnya di depan tangga menuju pintu depan rumah."Nona Ruby, Tuan Dante, kalian sudah tiba," sapa Pedro sambil mendekati Dante.Dante langsung mundur beberapa langkah dan tampak ketakutan melihat Pedro."Jangan mendekat!" bentak Dante menghentikan Pedro."Ada apa, Tuan? Saya hanya ingin mengambil kunci untuk memindahkan mobil anda," jawab Pedro bingung."Ini ambilah!" seru Dante sambil melempark

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 24

    Mobil itu semakin dekat, aku semakin panik.Tiba-tiba telepon genggam Joshua berbunyi."Oh, aku lupa memberikan kunci loker temanku!" serunya sambil memukul dahi."Kalau begitu cepatlah pergi," ucapku sambil mendorong lengannya dengan lembut.Aku bisa melihat dari ujung mataku kalau mobil Dante sudah berhenti di belakangku."Maafkan aku tidak bisa menemanimu," jawabnya dengan wajah menyesal."Tidak apa-apa," sahutku sambil terus mendorongnya."Sampai jumpa lagi," ucapnya sambil menepuk kepalaku dengan sangat lembut, lalu melambaikan tangan sambil berlari kembali masuk ke dalam kampus.Aku ikut melambaikan tangan dan langsung bernapas dengan lega sambil membalikkan tubuhku. Semoga supirlah yang menjemputku.Aku membuka pintu belakang ketika suara Dante berseru kepadaku."Duduklah di depan!"Sial! Ternyata pria itu yang menjemputku. Aku masuk perlahan. menghindari kontak mata dengannya."Siapa pria tadi? Pacarmu?" tanyanya sambil melajukan mobil dengan santai."Bukan," jawabku singkat.T

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 25

    Jantungku berdetak sangat cepat. Apa pria ini berubah jadi gila karena kemarahannya? Kenapa dia terus mendekat? Aku ... aku bisa menghirup aroma segar yang menyeruak dari tubuh Dante. Aromanya membuatku serasa melayang. Penyakit gila pria ini pasti menular kepadaku. Aku tersadar setelah sempat kehilangan pikiran sehatku untuk sesaat. Aku langsung mendorong dadanya yang ternyata sangat kekar. Tenaganya pasti sangat kuat, tubuhnya hanya mundur sedikit padahal aku mendorongnya dengan sekuat tenaga. Dante tersenyum, lalu mundur dan kembali duduk di kursi nya sambil bersandar."Sepertinya kau yang penyuka sesama jenis. Buktinya kau menolakku," sindirnya sambil menatapku dengan ujung matanya."Aku menolakmu karena aku bukan perempuan murahan!" tegasku mencoba untuk terdengar marah. Aku berusaha mengatur napasku sambil mengepalkan kedua tangan. Jantungku, kenapa dia berdetak sangat cepat dan tidak mau berhenti. Aku khawatir Dante bisa mendengar detak jantungku dan berpikir aku menyukainya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 26

    Aku terdiam. Selera makanku langsung hilang mendengar apa yang dikatakan Pedro. Ada apa ini?"Silakan lanjutkan makan malammu. Aku mau ke kamarku."Aku pamit dan langsung berlari ke kamarku. Aku mencari telepon genggamku dan langsung menghubungi ibuku. Dia harus memberikan penjelasan.Teleponnya tidak diangkat. Aku mencoba lagi, tapi kali ini teleponnya dimatikan. Sepertinya ibuku mencoba menghindariku.Aku benar-benar terpukul mendengar penjelasan Pedro tadi. Kalau yang dia katakan itu benar, berarti ibuku telah membohongiku. Dia bersikap seakan tidak tahu apa-apa, dan berpura-pura sedih berpisah denganku. Aku melindunginya mati-matian tapi dia malah mengkhianatiku!Aku mencoba menghubunginya lagi, tapi teleponnya mati. Aku benar-benar putus asa. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kenapa hanya aku yang tidak tahu apa-apa?Apa sebaiknya aku menanyakan semuanya kepada Dante dan memaksa pria itu untuk mengatakan semuanya? Tapi, bagaimana kalau dia melakukan sesuatu seperti tadi?Ah tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 99

    "Ha? Aku?" tanyaku bingung.Kenapa dia tiba-tiba muncul dan mengajakku masuk ke mobilnya? Apa yang perlu kami bicarakan hingga dia menemuiku seperti ini?"Ya, kau! Cepat masuk!" jawab Dante terburu-buru.Aku tersadar, dia pasti ingin membicarakan tentang perceraian kami. Aku langsung menggangguk dan masuk ke dalam mobilnya.Dante melajukan mobilnya, tapi tidak berkata apapun."Apa yang akan kita bicarakan?" tanyaku tidak nyaman dengan suasana sunyi ini."Kita akan tiba sebentar lagi. Mari bicara disana saja," jawabnya tanpa mengalihkan tatapannya dari jalanan.Aku tidak menanggapi, lalu suasana kembali hening. Jalanan yang kami lewati tampak akrab. Aku mengenali jalan ini, karena ini adalah jalan menuju ... rumah kakek."Apa kita akan ke rumah kakek?" tanyaku panik."Ya," jawab Dante singkat."Untuk apa kesana? Bukankah kita akan bercerai?""Kakek ingin menemuimu. Kita bicara setelah kau menemui kakek," ucapnya santai, seakan-akan ini bukan masalah besar."Apa maksudmu kakek ingin bic

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 98

    "Ini Dante, dia sudah pernah mengajar di kelas khusus, kau pasti sudah mengenalnya. Yang satu lagi Felix, dia akan mulai mengajar kelas khusus, bergantian dengan Tuan Dante. Dia adalah seorang jaksa," jelas dekan berapi-api.Aku mengangguk sopan."Dante, Felix. Ini Ruby, dia adalah mahasiswa beprestasi, dan sangat cerdas. Karena kecerdasannya itu, dia mendapatkan beasiswa penuh. Dia belum pernah membayar apapun sejak masuk ke kampus kita. Kalian berdua juga sangat pintar, tapi kalian harus tahu kalau kalian kuliah bersamanya, kalian pasti tidak ada apa-apanya," puji dekan sambil tertawa, membuatku merasa tidak nyaman."Tapi kita semua juga tahu, nilai kuliah sama sekali bukan patokan kesuksesan seseorang. Karena bisa saja gadis secerdas ini pada akhirnya akan berakhir tanpa karir apapun," sahut Dante tiba-tiba.Suasana menjadi canggung karena komentar kejamnya itu."Kau ada benarnya. Kalau begitu ingat Ruby! Bila kau ingin menikah, carilah pria yang akan mendukung masa depanmu dan men

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 97

    Setelah keluar dari rumah sakit, Dora memaksaku untuk tinggal di rumahnya."Aku masih punya cukup uang untuk menyewa tempat. Dante memberikan uang sebagai bayaran menjadi istrinya beberapa bulan ini," tolakku saat itu, tapi dia memaksa."Kau pikir pengeluaranmu hanya sewa tempat? Bagaimana dengan uang makan? Transportasi? Belum lagi kalau kau membutuhkan uang untuk perlengkapan kuliah. Lalu bagaimana kalau kau sakit? Kau bahkan tidak memiliki asuransi," paksa Dora membuatku menyerah. Dia benar, setidaknya aku harus punya pemasukkan untuk tinggal sendirian."Baiklah, tapi aku akan tinggal di rumahmu hanya selama aku belum mendapatkan pekerjaan. Setelah aku mendapat pekerjaan, aku akan menyewa tempat," jawabku yang langsung disetujui oleh Dora.***"Nona Ruby, tumben anda makan sedikit. Seingat saya anda sangat suka makan," komentar pembantu Dora yang sudah tinggal di rumah itu sejak Dora kecil."Aku sedang diet," dalihku, dia hanya tersenyum lalu masuk."Ayo kita ke kampus sekarang. K

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 96

    Matahari masuk ke dalam kamar hotelku dari sela-sela tirai yang tidak tertutup rapat. Aku juga bisa mendengar suara riuh dari jalanan yang sibuk. Semua berjalan seperti biasa bagi orang-orang yang ada di luar sana, tapi tidak bagiku.Sejak semalam, aku duduk di tempat tidur, sambil menatap tumpukan uang, yang tadinya berceceran di atas tempat tidur dan lantai, sebelum aku kumpulkan. Mataku sama sekali tidak bisa tertutup. Aku pikir aku akan menangis tersedu-sedu saat berpisah dengan Dante, tapi herannya tak satupun air mata menetes ke pipiku. Padahal biasanya aku adalah seorang wanita yang sangat cengeng."Jadi beginilah akhirnya," gumamku sambil menatap ke arah jendela yang tertutup tirai.Sekarang aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku lakukan, semua terasa gelap. Padahal kemarin aku sudah merencanakan masa depanku setelah berpisah dari Dante. Tapi nyatanya tidak semudah itu.Aku meringkuk di atas tempat tidur lalu mulai memejamkan mataku. Aku lelah, sangat lelah, mataku mulai ter

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 95

    Apa yang harus aku lakukan? Sebaiknya aku mengacuhkannya saja. Toh dia tidak tahu pasti apakah aku benar-benar ada disini atau tidak.Lalu pesan lain masuk, ternyata itu adalah sebuah pesan ancaman yang dikirim oleh Dante.[Kalau kau tidak keluar sekarang. Aku akan membuat kekacauan dan memeriksa setiap kamar di hotel ini sampai menemukanmu!]Oh, pria ini benar-benar keterlaluan! Apa maunya? Kenapa dia harus menggangguku? Benar-benar mengesalkan.Aku segera mengganti pakaianku dan keluar dengan wajah marah. Aku berlari ke lobi dan menemukan Dante sedang duduk tenang sambil memegang telepon genggamnya."Bagaimana kau bisa tahu aku disini?" tanyaku tanpa basa-basi begitu aku sampai di hadapan Dante."Kau membayar dengan kartu kreditku," jawab Dante pelan sambil berdiri.Aku mengepalkan tanganku dengan kesal."Tunggu disini, aku akan mengembalikannya kepadamu!" sahutku lalu berlari ke kamarku.Aku masuk dan langsung membongkar tasku, mengeluarkan kartu kredit Dante dan semua uang yang ad

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 94

    Aku segera membalikkan badanku, lalu berjalan perlahan ke arah pintu keluar. Rasanya menyakitkan melihat Dante seputus asa itu. Tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah menyadari kalau bukan aku yang menemaninya di titik terendahnya. Bukan aku yang menyeka air mata juga menggenggam tangannya, dan bukan aku yang dia inginkan untuk membagi rasa sakitnya."Ayo kita pulang," perintahku kepada supir yang menungguku di depan gedung.Perjalanan pulang terasa sangat panjang, meski jalanan sesepi dan selancar tadi tapi rasanya mobil ini bergerak sangat lambat. Aku menatap keluar jendela dan tanpa terasa airmataku menetes perlahan, membasahi pipiku. Dasar cengeng!***"Selamat pagi, kek. Ayo sarapan," sapaku dengan ramah."Kenapa kau terus menggangguku? Tinggalkan saja disana. Nanti aku akan memakannya," jawab kakek ketus."Maaf kek. Tapi aku akan menyuapimu dan baru akan keluar setelah kau selesai makan dan minum obat," sahutku tidak peduli dengan sikap kasarnya."Aku bukan bayi, tidak perlu me

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 93

    "Dia tahu? Apa anda yang memberitahunya?""Tidak! Dia tidak sengaja mendengarnya, ketika kakek memberitahu semuanya kepadaku," jawabku cepat."Oh sial!" maki Pedro, lalu segera meminta maaf begitu menyadari aku ada di hadapannya."Memangnya kenapa kakek harus merahasiakan begitu banyak hal dari Dante?" tanyaku penasaran."Maaf Nona, saya harus pergi memeriksa kakek. Saya sudah memberikan penjelasan yang lebih dari cukup. Kalau masih ada yang ingin anda ketahui, bertanyalah langsung pada kakek." Pedro berdiri dan sudah membuka pintu masuk ke rumah saat aku memanggilnya."Pedro, kenapa kau membantuku dan keluarga angkatku?"Dia berbalik dan menatapku cukup lama sebelum menjawab dengan pelan."Aku hanya membayar hutang orangtuaku."Pedro langsung meninggalkanku setelah menjawab dengan tegas. Aku terdiam, sambil menatap punggung Pedro.Mengapa hidupku harus serumit ini? Kenapa aku tidak bisa hidup tenang saja bersama keluargaku, dan menjalani hari-hari normal dengan persoalan-persoalan y

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 92

    Dante menarik tanganku dan berjalan dengan cepat menuju ke kamar kami. Sesampainya di kamar, dia melepaskan tanganku lalu menatapku dengan emosional."Apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanyanya pelan.Aku menghela napas sambil terus menatapnya."Aku akan keluar dari rumah ini. Bagaimana denganmu?" jawabku pasrah.Dante mundur lalu punggungnya menabrak dinding, hingga menimbulkan suara yang cukup keras. Lalu bersandar disana, tanpa mengatakan apa-apa."Kau baik-baik saja?" tanyaku khawatir. Tadi dia tampak biasa saja, tapi kenapa wajahnya tiba-tiba memucat?"Ya," jawabnya pelan.Aku rasa dia mencoba menahan semuanya. Rasa terkejutnya, kecewa, takut, dan malu. Dia mencoba menutupinya, tapi pasti tidak semudah itu. Kenyataan pasti sangat berat baginya.Aku mendekatinya. Lalu entah apa yang merasukiku, aku meraih tubuhnya lalu memeluknya dengan erat. Dante diam saja, aku bisa merasakan tubuhnya yang tegang."Aku akan menemanimu menghadapi semuanya," bisikku sambil membelai pungggungnya

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 91

    "Berani sekali kau berkata seperti itu. Dasar kurang ajar!" bentak kakek sambil berdiri dan menunjuk wajahku dengan marah."Siapa kau berani mengancam akan membunuh putraku di hadapanku? Apa kau tahu kalau aku bisa membunuhmu sekarang juga?" Wajah kakek terlihat sangat menakutkan. Jantungku berdetak sangat kencang dan tanganku mulai merasa dingin, lututku lemas tiba-tiba. Tapi entah mengapa mulut dan otakku sama sekali tidak selaras dengan bagian tubuhku yang lain."Dan membiarkan Dante kembali terpuruk? Silakan bunuh aku dan saksikan Dante yang kembali menjadi pria aneh yang ketakutan terhadap wanita!" balasku dengan keberanian yang entah muncul dari mana."Kau benar-benar merasa besar kepala hanya karena bisa menyentuh Dante! Kau tahu kau bukan satu-satunya! Ada Naomi, wanita yang lebih pantas menjadi masa depan Dante dari pada kau!""Apa kakek tahu, sekarang bukan cuma kami berdua tapi Dante sudah bisa mengendalikan serangan paniknya terhadap wanita manapun. Dan itu karena aku, ka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status