Share

BAB 15

Penulis: Ede Thaurus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-15 23:52:20
"Apa?" tanya Pedro sambil membalikkan tubuhnya.

"Tadi ketika kau melihatku berbicara dengan temanku, apakah Dante juga melihat semuanya? Atau apakah kau memberitahu Dante semuanya?" tanyaku pelan.

Pedro mengangguk.

"Tuan Dante juga ada disana dan menyaksikan semuanya. Saat itu saya sedang menyerahkan dokumen kepada Tuan Dante," jelas Pedro sambil mengangguk yakin.

"Baiklah, terima kasih," jawabku lalu masuk ke kamar.

Aku mengeluarkan uang dan kartu kredit yang diberikan Dante tadi. Apa dia memberikan ini karena mendengar pembicaraanku dengan Dora tadi? Apa dia merasa kasihan kepadaku? Apa dia ... ah, tidak bisa begini, sebaiknya aku bertanya langsung kepadanya.

Aku tidak ingin dikasihani oleh orang sepertinya.

Aku memutuskan untuk mandi dan menenangkan pikiranku, juga mengatur kata-kata yang akan aku sampaikan kepada Dante nanti. Aku tidak mau memprovokasi dia sehingga membahayakan ibuku.

Setelah aku merasa yakin, aku keluar membawa tasku. Rasanya tidak enak bila para pegawai melihatku
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 16

    "Waktu itu aku tidak sengaja menguping asistennya meminta agar para mahasiswi menjaga jarak dengannya. Tidak ada seorang wanita pun yang boleh menyentuhnya," jelas Naomi sambil memegang dagunya seperti seorang detektif."Hal itu semakin membuat aku yakin bahwa gosip yang beredar itu benar," lanjutnya membuatku semakin penasaran."Gosip apa?" tanya Serra dan aku bersamaan."Dia paling benci disentuh oleh wanita, karena mengidap penyakit aneh.""Ha? Penyakit aneh? Penyakit apa?" desakku tidak ingin melewatkan semua informasi yang akan mengungkapkan kelemahan Dante."Katanya dia akan kehilangan kekuatannya bila disentuh oleh wanita. Semakin banyak disentuh dia akan semakin melemah."Aku terdiam."Ah, mana ada penyakit seperti itu. Memangnya dia superhero di dalam film kartun?" cibir Serra yang sepertinya tidak percaya dengan perkataan Naomi."Tapi biasanya kan film memang dibuat berdasarkan kisah nyata. Lagipula, untuk apa membuat syarat seperti itu bila gosip itu tidak benar?" bantah Nao

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 17

    "Aku harus merahasiakan siapa dia, kecuali atas izinnya," kilahku tidak berani memberitahu siapa suamiku."Apa-apaan ini? Aku adalah sahabatmu, mengapa merahasiakannya dariku?" gerutu Dora kesal."Aku hanya akan memberitahumu profesinya. Dia adalah penegak hukum, dan kami memiliki perjanjian kalau aku tidak boleh membocorkan identitasnya kecuali dia mengizinkan," jelasku berharap Dora mengerti."Tapi aku tidak akan pernah membocorkannya. Aku janji," pinta Dora memohon."Bagaimana kalau kau mabuk dan tidak sadar menceritakannya? Aku tidak bisa mengambil resiko itu. Asal kau tahu saja, bayaran untuk orang yang melanggar sangat berat. Jadi tolonglah bantu aku," balasku memohon."Apakah dia Polisi? Jaksa? Hakim atau Pengacara?""Salah satunya, aku tidak akan memberikan detailnya," jawabku berkelit."Bagaimana kalau kau menghubunginya sekarang dan bertanya apakah kau boleh memberitahu sahabatmu tentang identitasnya?" bujuk Dora sambil mengedipkan kedua matanya dengan manja."Tidak, aku tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 18

    "Kau mau kemana?" tanya Dante saat kami berpapasan pagi ini.Aku baru saja selesai sarapan dan pria itu sepertinya baru selesai berolahraga. Aku tidak tahu kalau dia suka berolahraga. "Aku ada kelas pagi ini.""Kau ada kelas di hari Sabtu?" tanyanya heran."Ya, hanya satu kelas, jadi aku akan pulang cepat," jawabku tenang."Aku akan mengantarmu, karena aku baru saja meminta supirmu untuk mengambil pesananku untuk nanti malam," ucapnya sambil menyeka keringat yang ada di leher jenjangnya."Baiklah, aku akan menunggu di teras," jawabku sambil berjalan keluar.Tidak berapa lama Dante keluar. Dia sudah berganti pakaian, dengan kaus yang pas di badan dan celana jeans. Ternyata tubuhnya juga benar-benar bagus. Tapi itu wajar, pria-pria sepertinya memang selalu mengurus tubuh mereka dan memakai pakaian yang trendi."Berapa lama kuliahmu berlangsung?" tanya Dante dalam perjalanan ke kampus."Satu setengah jam." "Kalau begitu aku akan menunggumu sambil minum kopi. Aku akan mencari kafe yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 19

    "Aku ... Kata Myrna kakek memanggilku," bisikku sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Dante. Dia melepaskan lenganku tapi menarik pergelangan tanganku dan memegangnya terus, agar aku tidak bisa pergi.Aku menyadari kalau orang-orang menatapku semakin intens. Ada apa dengan orang-orang ini?"Ini adalah istri Dante. Memang mereka belum mengadakan perayaan untuk pernikahannya, tapi mereka sudah resmi menikah secara hukum," ucap Kakek yang tiba-tiba muncul entah darimana.Aku berusaha tersenyum meski canggung. "Oh senangnya. Selamat ya Dante, semoga kali ini kau tidak mempermainkan kakek," ucap seorang wanita paruh baya dengan senyum palsu.Semua orang mulai mengucapkan selamat seakan-akan aku tidak menyadari kalau mereka mengucapkan dengan terpaksa. Aku juga berpura-pura senang dan tersenyum sambil mengangguk dengan sopan.Aku melihat Dante yang sama sekali tidak ingin mengambil bagian dalam drama ini. Wajahnya tetap kaku dan sama sekali tidak menutupi ketidaksukaannya kepada orang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 20

    Aku membuka mataku perlahan. Hari apa ini? Apakah aku ada kuliah hari ini? Ah, ini hari libur. Aku bisa tidur lebih lama lagi. Tapi ... kenapa aku tidur di atas tempat tidur? Aku segera bangun dan melihat pakaianku. Aku masih mengenakan gaunku.Seingatku semalam, aku duduk di sofa yang berada di samping tempat tidur. Lalu sepertinya aku tertidur. Apa Dante memindahkanku ke tempat tidur? Atau aku berjalan sendiri tanpa menyadarinya? Ini aneh, seingatku aku bukan orang yang berjalan dalam mimpi."Nona Ruby, apakah anda sudah bangun? Sarapan sudah siap bila anda ingin makan," panggil Myrna dari luar kamar. Aku segera berjalan cepat ke kamar mandi. Aku harus mandi dan mengganti pakaianku. Myrna pasti tahu semalam Dante ke kamarku, dan dia bisa berpikir yang bukan-bukan bila melihatku terbangun masih menggunakan gaun ini.Aku keluar dari kamar setelah selesai mandi, sambil membawa gaun yang kupakai semalam."Myrna, ini gaun yang kupinjam semalam," ucapku sambil menyerahkannya kepada Myrna

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 21

    "Mama, bagaimana mama bisa mengenal Dante?" tanyaku dengan suara bergetar."Dengar Ruby, mama tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang. Kalau sudah waktunya mama akan menjelaskan semuanya. Yang pasti semuanya demi kebaikanmu dan keluarga kita. Jadi bersikaplah yang baik, terutama kepada suamimu.""Apa ... Apa Mama juga tahu kalau aku menikah dengan Dante?""Mama harus pergi sekarang, ada yang harus mama kerjakan. Besok mama akan mengirimimu pesan. Mama menyayangimu, Ruby."Ibuku menutup teleponnya, tanpa menunggu jawabanku.Aku segera berlari keluar untuk menemui Dante. Pria itu sudah duduk di ruang tamu berbincang dengan Pedro."Sudah siap? Ayo kita pergi," ajak Dante seakan-akan tidak tahu kalau ibuku sudah menghubungiku."Pergi kemana? Bukankah kau sudah menyuruh ibuku untuk melarangku menemuinya?" tanyaku dengan sinis."Apa maksudmu?" Aktingnya benar-benar bagus. Dia tampak bingung sungguhan."Ibuku baru saja meneleponku dan menyuruhku tinggal disini dengan baik. Dia melarangku me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 22

    Dante menatapku sambil tersenyum. Padahal aku sudah siap dengan kemarahannya yang lebih besar lagi. Aku tidak tahan lagi menyimpan rahasia ini, jadi lebih baik kubuka sekarang dan menerima resikonya. Tapi, kenapa pria ini malah tersenyum?Apa dia senang karena aku mengetahui rahasianya?"Jadi selama ini kau berpikir aku penyuka sesama jenis?" tanyanya mengulangi pernyataanku. Aku mengangguk dengan cepat."Apa yang membuatmu yakin kalau aku penyuka sesama jenis?" tanyanya lagi, masih tersenyum. Kali ini dia tampak lebih santai dan langsung menyenderkan tubuhnya di kursi sambil melipat tangan di depan dadanya."Banyak hal yang menunjukkan kalau kau penyuka sesama jenis. Pertama, dalam perjanjian kita kau menulis bahwa tidak boleh ada sentuhan fisik, aku yakin kau membuat perjanjian yang sama dengan semua perempuan sebelum aku.""Tentu saja, kau sudah tahu kalau aku mendapatkan serangan panik bila menyentuh wanita," sahutnya sedikit kesal."Kedua, kau sangat memperhatikan Pedro. Apa mungk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 23

    Ah, pria ini benar-benar menyebalkan!"Tapi-""Tidak ada tapi! Saat ini aku belum bisa mempercayaimu! Kalau kau sudah bisa dipercaya baru kau bisa berangkat dan pulang sendiri! Sekarang ayo pulang!" tegasnya sambil berjalan keluar.Aku benar-benar kesal. Semua anganku untuk menghabiskan waktu dengan Joshua pupus sudah.Setelah kami masuk ke mobil, aku segera membatalkan janjiku dengan Joshua. Aku beralasan ada urusan keluarga yang tiba-tiba dan mendesak. Untungnya Joshua bisa mengerti dan berjanji akan mengajakku di lain kesempatan.***Aku langsung keluar dari mobil begitu Dante menghentikan mobilnya di depan tangga menuju pintu depan rumah."Nona Ruby, Tuan Dante, kalian sudah tiba," sapa Pedro sambil mendekati Dante.Dante langsung mundur beberapa langkah dan tampak ketakutan melihat Pedro."Jangan mendekat!" bentak Dante menghentikan Pedro."Ada apa, Tuan? Saya hanya ingin mengambil kunci untuk memindahkan mobil anda," jawab Pedro bingung."Ini ambilah!" seru Dante sambil melempark

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 91

    "Berani sekali kau berkata seperti itu. Dasar kurang ajar!" bentak kakek sambil berdiri dan menunjuk wajahku dengan marah."Siapa kau berani mengancam akan membunuh putraku di hadapanku? Apa kau tahu kalau aku bisa membunuhmu sekarang juga?" Wajah kakek terlihat sangat menakutkan. Jantungku berdetak sangat kencang dan tanganku mulai merasa dingin, lututku lemas tiba-tiba. Tapi entah mengapa mulut dan otakku sama sekali tidak selaras dengan bagian tubuhku yang lain."Dan membiarkan Dante kembali terpuruk? Silakan bunuh aku dan saksikan Dante yang kembali menjadi pria aneh yang ketakutan terhadap wanita!" balasku dengan keberanian yang entah muncul dari mana."Kau benar-benar merasa besar kepala hanya karena bisa menyentuh Dante! Kau tahu kau bukan satu-satunya! Ada Naomi, wanita yang lebih pantas menjadi masa depan Dante dari pada kau!""Apa kakek tahu, sekarang bukan cuma kami berdua tapi Dante sudah bisa mengendalikan serangan paniknya terhadap wanita manapun. Dan itu karena aku, ka

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 90

    "Tuan, saya minta maaf karena tidak mengenali anda. Tolong maafkan saya, Tuan," ucapnya memohon sambil berlutut ketakutan.Aku terkejut melihatnya menjatuhkan lututnya ke lantai tanpa ragu. Baguslah dia tahu siapa Dante, agar tidak macam-macam seperti tadi. Aku harap Dante tidak hanya memberikan peringatan tapi juga hukuman yang setimpal."Ada apa ini?" bisik sang manajer kepada pegawai yang sedang berlutut itu."Berdirilah, dan bekerjalah dengan baik," ucap Dante santai."Terima kasih, Tuan!" seru pegawai itu lalu segera berdiri dengan air muka ketakutan."Ya sudah, aku harap kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Aku salut kau sangat tegas tentang peraturan. Tapi selain makanan, restoran juga menjual jasa. Jadi sebaiknya berhati-hatilah, panggil manajermu bila ada kejadian seperti tadi dan jangan keras kepala.""Baik, Tuan. Saya pasti akan memperbaiki diri," ucapnya dengan wajah penuh terima kasih.Dante lalu berjalan mengikuti sang manajer. Aku dibelakangnya dan menatap punggungn

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 89

    "Selamat pagi, hari ini aku juga akan berangkat pagi. Jadi mari berangkat bersama," sapa Dante begitu aku tiba di ruang makan.Pantas saja, ketika aku bangun tadi dia sudah tidak ada di kamar. Ternyata hari ini dia berangkat lebih pagi."Tapi nanti-""Tenang saja, aku akan turun duluan karena ada urusan yang harus aku selesaikan di luar kantor. Jadi supir yang akan mengantarmu ke kantor," potongnya membaca pikiranku."Tapi mobil-""Aku membeli mobil baru untukmu, jadi tidak akan ada yang tahu kalau itu mobilku," sahutnya sebelum aku selesai bicara. Ada dia dukun? Kenapa dia bisa membaca pikiranku."Lalu bagai-""Tidak usah memikirkan mobil lamamu. Pakai saja yang kusediakan. Sekarang, duduklah. Kita sarapan dulu sebelum berangkat."Aku menghela napas sambil menggelengkan kepala. Apa kecelakaan kemarin membuatnya bisa membaca pikiran?***Aku masuk ke kantor dengan ragu-ragu. Aku menyadari tingkahku kemarin pasti agak berlebihan. Karena khawatir terjadi sesuatu dengan Dante, aku berlar

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 88

    "Dari mana mama tahu?""Dia menemui mama langsung. Dia meminta kita tidak menghalangi jalannya untuk mendapatkan semua kekayaan Randall. Karena apapun yang kalian lakukan dia pasti bisa menghancurkan kalian. Ruby, mama mohon beritahu Dante dan bercerailah. Kalau kalian bercerai, Dante masih bisa mengelola firma hukumnya dan kau melanjutkan hidup bersama mama.""Mungkin saja dia cuma mengancam? Dante memiliki kekuatan yang tidak mama ketahui, jadi tidak usah khawatir," jawabku meski ragu."Apa kau tidak tahu kalau ayahnya juga memiliki kekuatan dan kekuasaan? Tapi kau lihat apa yang terjadi dengan ayahnya? Ruby, lupakan saja dendam itu. Orang tuamu juga pasti ingin kau hidup bahagia, bukannya menghancurkan dirimu sendiri.""Mama, aku harus bekerja, nanti kita bicara lagi."Aku segera menutup telepon sambil menghela napas dengan keras. Tiba-tiba terdengar suara ledakan, dan orang-orang menjadi sangat ribut. Jantungku langsung berdetak dengan cepat. Aku lari keluar dan melihat sebagian o

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 87

    Aku tersenyum sinis, bukan pada mereka berdua, tapi pada diriku sendiri. Lagi-lagi aku bersikap besar kepala. Benar-benar menyedihkan!***"Nona, anda sudah pulang?" sapa Myrna begitu aku tiba di rumah."Ya. Apakah Dante sudah pulang?" tanyaku sambil melihat sekeliling rumah."Sudah, Nona. Tuan muda sudah pulang dari tadi," jawabnya sambil tersenyum sopan."Mari Nona, saya akan membawakan tas anda ke kamar.""Tidak usah, aku bisa sendiri," tolakku lalu segera berjalan ke kamar.Dante sedang membaca buku di taman belakang. Dia terlihat sangat serius dan tampan. Tapi entah mengapa melihatnya malah membuatku merasa kesal.Aku masuk ke dalam kamar dan membongkar tasku. Setelah selesai aku segera mandi dan berencana untuk langsung tidur. Aku sedang tidak ingin bertemu atau berbicara dengan Dante."Kenapa lama sekali sampai di rumah?" tanya Dante begitu aku keluar dari kamar mandi."Ha! Kau membuatku terkejut!" seruku kesal.Dante hanya menatapku dengan datar, sepertinya dia menunggu jawaba

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 86

    "Tuan Dante, anda disini? Maaf saya tidak melihat anda," jawab Joshua kaget dan langsung berdiri dengan sopan. Membuatku dengan terpaksa ikut berdiri."Selamat pagi, Tuan," sapaku berpura-pura sopan."Apa kau sedang mengungkapkan perasaanmu sepagi ini?" tanya Dante sambil menepuk pundak Joshua."Oh tidak begitu, Tuan. Kami hanya membicarakan-""Kami adalah teman sekampus, Tuan. Dan hubungan kami sangat dekat, jadi membicarakan perasaan kami, adalah hal yang sering kami lakukan tanpa memandang waktu," potongku cepat.Siapa dia berani mengatur kapan waktu yang tepat untuk kami membicarakan perasaan kami. Kalau dia tidak memiliki perasaan kepadaku, sebaiknya dia tidak menggangguku!"Nona, bisakah anda bicara dengan saya diluar?" tanya Dante dengan wajah serius."Maaf, Tuan. Bukannya saya tidak sopan. Tapi semua pegawai sudah membicarakan banyak hal buruk tentang saya di belakang anda, karena Tuan menggendong saya kemarin. Mereka juga menyindir dan menghina saya, meski saya tidak melakuka

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 85

    Aku terdiam. Dia tahu, pria ini tahu apa yang mau kukatakan tapi dia menghentikannya. Dia jelas tidak ingin mendengar kata-kataku. Dante tidak ingin aku merasakan dan mengatakan cintaku kepadanya."Kau benar. Tentu saja, aku ingat perjanjian itu," jawabku mencoba mempertahankan harga diriku."Sebaiknya aku kembali sekarang. Aku mau istirahat," ucapku segera berdiri, berbalik lalu berjalan dengan cepat.Air mata kembali menetes di pipiku. "Cengeng!" gumamku memaki diriku sendiri sambil berlari sekencang mungkin.Hatiku terasa begitu sakit, hingga aku bahkan tidak merasa takut, berlari sendirian di jalanan sesepi ini. Aku hanya ingin menjauh dari Dante.Entah bagaimana caranya tapi akhirnya aku tiba di penginapan cukup cepat. Dengan napas tersengal-sengal, aku masuk ke dalam penginapan. Aku masuk ke kamar yang masih kosong. Untunglah Kitty belum datang, jadi aku bisa menangis dengan keras, sepuasku. Aku masuk ke dalam kamar mandi dan menyalakan pancuran lalu menangis tersedu-sedu. Per

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 84

    Aku langsung mengalihkan pandanganku ke Joshua, dan lanjut bernyanyi hingga lagunya selesai. Para partner dan pengacara senior bertepuk tangan dengan keras. Sementara para pegawai terlihat enggan tapi terpaksa bertepuk tangan untuk menghormati atasan mereka."Bagus, aku sampai terharu mendengar suara kalian," komentar Kitty sambil bertepuk tangan."Nona, apakah aku boleh kembali ke kamarku? Aku ingin beristrahat," ucapku dengan wajah lelah."Tentu, beristirahatlah," jawabnya lalu langsung maju ke depan dan melanjutkan acara.Aku permisi kepada Joshua lalu keluar dari aula pertemuan itu, sambil memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh Dante dan Naomi saat ini.Sepertinya Dante tidak menyukai suaraku, padahal aku berharap dia terpesona dengan suaraku seperti yang dirasakan Joshua. Tapi kenyataannya berbeda, dia bahkan tidak mau mendengarku bernyanyi sampai selesai."Ruby!" Aku menoleh. Dante menatapku lalu berjalan mendekatiku."Kau mau kemana?""Kembali ke kamarku.""Ikut aku," ajakn

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 83

    "Nona Kitty, anda masih disini?" tanyaku terkejut."Aku kembali karena ada yang tertinggal. Jadi, bisa kau jelaskan? Apa benar kau sudah bersuami?" tanyanya dengan wajah serius.Aku tertawa canggung."Tidak, itu hanya candaan sahabat-sahabatku, memanggil kekasihku sebagai suamiku," elakku dengan wajah bingung."Kau sudah punya kekasih?" tanyanya lagi. Aku mengangguk."Anak muda sekarang memang luar biasa. Diantara kuliah dan magang masih sempat berpacaran. Ya sudah, istirahatlah!" sahutnya lalu segera keluar dari kamar.Aku mengembuskan napas lega. Untunglah dia tidak memperpanjang masalah suami ini. Selanjutnya aku harus sangat berhati-hati.***Aku terbangun, karena Kitty membangunkanku."Apa kakimu masih sakit?""Sepertinya sudah jauh lebih baik," jawabku masih dengan mata yang berat."Kalau begitu bersiaplah, lalu turun untuk makan malam.""Baik," jawabku sopan.Aku mandi dengan cepat lalu segera turun sebelum Kitty kembali menjemputku."Itu dia anak magang yang kemampuan aktingnya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status