Share

BAB 16

Penulis: Ede Thaurus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-17 21:31:27
"Waktu itu aku tidak sengaja menguping asistennya meminta agar para mahasiswi menjaga jarak dengannya. Tidak ada seorang wanita pun yang boleh menyentuhnya," jelas Naomi sambil memegang dagunya seperti seorang detektif.

"Hal itu semakin membuat aku yakin bahwa gosip yang beredar itu benar," lanjutnya membuatku semakin penasaran.

"Gosip apa?" tanya Serra dan aku bersamaan.

"Dia paling benci disentuh oleh wanita, karena mengidap penyakit aneh."

"Ha? Penyakit aneh? Penyakit apa?" desakku tidak ingin melewatkan semua informasi yang akan mengungkapkan kelemahan Dante.

"Katanya dia akan kehilangan kekuatannya bila disentuh oleh wanita. Semakin banyak disentuh dia akan semakin melemah."

Aku terdiam.

"Ah, mana ada penyakit seperti itu. Memangnya dia superhero di dalam film kartun?" cibir Serra yang sepertinya tidak percaya dengan perkataan Naomi.

"Tapi biasanya kan film memang dibuat berdasarkan kisah nyata. Lagipula, untuk apa membuat syarat seperti itu bila gosip itu tidak benar?" bantah Nao
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 17

    "Aku harus merahasiakan siapa dia, kecuali atas izinnya," kilahku tidak berani memberitahu siapa suamiku."Apa-apaan ini? Aku adalah sahabatmu, mengapa merahasiakannya dariku?" gerutu Dora kesal."Aku hanya akan memberitahumu profesinya. Dia adalah penegak hukum, dan kami memiliki perjanjian kalau aku tidak boleh membocorkan identitasnya kecuali dia mengizinkan," jelasku berharap Dora mengerti."Tapi aku tidak akan pernah membocorkannya. Aku janji," pinta Dora memohon."Bagaimana kalau kau mabuk dan tidak sadar menceritakannya? Aku tidak bisa mengambil resiko itu. Asal kau tahu saja, bayaran untuk orang yang melanggar sangat berat. Jadi tolonglah bantu aku," balasku memohon."Apakah dia Polisi? Jaksa? Hakim atau Pengacara?""Salah satunya, aku tidak akan memberikan detailnya," jawabku berkelit."Bagaimana kalau kau menghubunginya sekarang dan bertanya apakah kau boleh memberitahu sahabatmu tentang identitasnya?" bujuk Dora sambil mengedipkan kedua matanya dengan manja."Tidak, aku tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 18

    "Kau mau kemana?" tanya Dante saat kami berpapasan pagi ini.Aku baru saja selesai sarapan dan pria itu sepertinya baru selesai berolahraga. Aku tidak tahu kalau dia suka berolahraga. "Aku ada kelas pagi ini.""Kau ada kelas di hari Sabtu?" tanyanya heran."Ya, hanya satu kelas, jadi aku akan pulang cepat," jawabku tenang."Aku akan mengantarmu, karena aku baru saja meminta supirmu untuk mengambil pesananku untuk nanti malam," ucapnya sambil menyeka keringat yang ada di leher jenjangnya."Baiklah, aku akan menunggu di teras," jawabku sambil berjalan keluar.Tidak berapa lama Dante keluar. Dia sudah berganti pakaian, dengan kaus yang pas di badan dan celana jeans. Ternyata tubuhnya juga benar-benar bagus. Tapi itu wajar, pria-pria sepertinya memang selalu mengurus tubuh mereka dan memakai pakaian yang trendi."Berapa lama kuliahmu berlangsung?" tanya Dante dalam perjalanan ke kampus."Satu setengah jam." "Kalau begitu aku akan menunggumu sambil minum kopi. Aku akan mencari kafe yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 19

    "Aku ... Kata Myrna kakek memanggilku," bisikku sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Dante. Dia melepaskan lenganku tapi menarik pergelangan tanganku dan memegangnya terus, agar aku tidak bisa pergi.Aku menyadari kalau orang-orang menatapku semakin intens. Ada apa dengan orang-orang ini?"Ini adalah istri Dante. Memang mereka belum mengadakan perayaan untuk pernikahannya, tapi mereka sudah resmi menikah secara hukum," ucap Kakek yang tiba-tiba muncul entah darimana.Aku berusaha tersenyum meski canggung. "Oh senangnya. Selamat ya Dante, semoga kali ini kau tidak mempermainkan kakek," ucap seorang wanita paruh baya dengan senyum palsu.Semua orang mulai mengucapkan selamat seakan-akan aku tidak menyadari kalau mereka mengucapkan dengan terpaksa. Aku juga berpura-pura senang dan tersenyum sambil mengangguk dengan sopan.Aku melihat Dante yang sama sekali tidak ingin mengambil bagian dalam drama ini. Wajahnya tetap kaku dan sama sekali tidak menutupi ketidaksukaannya kepada orang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 20

    Aku membuka mataku perlahan. Hari apa ini? Apakah aku ada kuliah hari ini? Ah, ini hari libur. Aku bisa tidur lebih lama lagi. Tapi ... kenapa aku tidur di atas tempat tidur? Aku segera bangun dan melihat pakaianku. Aku masih mengenakan gaunku.Seingatku semalam, aku duduk di sofa yang berada di samping tempat tidur. Lalu sepertinya aku tertidur. Apa Dante memindahkanku ke tempat tidur? Atau aku berjalan sendiri tanpa menyadarinya? Ini aneh, seingatku aku bukan orang yang berjalan dalam mimpi."Nona Ruby, apakah anda sudah bangun? Sarapan sudah siap bila anda ingin makan," panggil Myrna dari luar kamar. Aku segera berjalan cepat ke kamar mandi. Aku harus mandi dan mengganti pakaianku. Myrna pasti tahu semalam Dante ke kamarku, dan dia bisa berpikir yang bukan-bukan bila melihatku terbangun masih menggunakan gaun ini.Aku keluar dari kamar setelah selesai mandi, sambil membawa gaun yang kupakai semalam."Myrna, ini gaun yang kupinjam semalam," ucapku sambil menyerahkannya kepada Myrna

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 21

    "Mama, bagaimana mama bisa mengenal Dante?" tanyaku dengan suara bergetar."Dengar Ruby, mama tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang. Kalau sudah waktunya mama akan menjelaskan semuanya. Yang pasti semuanya demi kebaikanmu dan keluarga kita. Jadi bersikaplah yang baik, terutama kepada suamimu.""Apa ... Apa Mama juga tahu kalau aku menikah dengan Dante?""Mama harus pergi sekarang, ada yang harus mama kerjakan. Besok mama akan mengirimimu pesan. Mama menyayangimu, Ruby."Ibuku menutup teleponnya, tanpa menunggu jawabanku.Aku segera berlari keluar untuk menemui Dante. Pria itu sudah duduk di ruang tamu berbincang dengan Pedro."Sudah siap? Ayo kita pergi," ajak Dante seakan-akan tidak tahu kalau ibuku sudah menghubungiku."Pergi kemana? Bukankah kau sudah menyuruh ibuku untuk melarangku menemuinya?" tanyaku dengan sinis."Apa maksudmu?" Aktingnya benar-benar bagus. Dia tampak bingung sungguhan."Ibuku baru saja meneleponku dan menyuruhku tinggal disini dengan baik. Dia melarangku me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 22

    Dante menatapku sambil tersenyum. Padahal aku sudah siap dengan kemarahannya yang lebih besar lagi. Aku tidak tahan lagi menyimpan rahasia ini, jadi lebih baik kubuka sekarang dan menerima resikonya. Tapi, kenapa pria ini malah tersenyum?Apa dia senang karena aku mengetahui rahasianya?"Jadi selama ini kau berpikir aku penyuka sesama jenis?" tanyanya mengulangi pernyataanku. Aku mengangguk dengan cepat."Apa yang membuatmu yakin kalau aku penyuka sesama jenis?" tanyanya lagi, masih tersenyum. Kali ini dia tampak lebih santai dan langsung menyenderkan tubuhnya di kursi sambil melipat tangan di depan dadanya."Banyak hal yang menunjukkan kalau kau penyuka sesama jenis. Pertama, dalam perjanjian kita kau menulis bahwa tidak boleh ada sentuhan fisik, aku yakin kau membuat perjanjian yang sama dengan semua perempuan sebelum aku.""Tentu saja, kau sudah tahu kalau aku mendapatkan serangan panik bila menyentuh wanita," sahutnya sedikit kesal."Kedua, kau sangat memperhatikan Pedro. Apa mungk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 23

    Ah, pria ini benar-benar menyebalkan!"Tapi-""Tidak ada tapi! Saat ini aku belum bisa mempercayaimu! Kalau kau sudah bisa dipercaya baru kau bisa berangkat dan pulang sendiri! Sekarang ayo pulang!" tegasnya sambil berjalan keluar.Aku benar-benar kesal. Semua anganku untuk menghabiskan waktu dengan Joshua pupus sudah.Setelah kami masuk ke mobil, aku segera membatalkan janjiku dengan Joshua. Aku beralasan ada urusan keluarga yang tiba-tiba dan mendesak. Untungnya Joshua bisa mengerti dan berjanji akan mengajakku di lain kesempatan.***Aku langsung keluar dari mobil begitu Dante menghentikan mobilnya di depan tangga menuju pintu depan rumah."Nona Ruby, Tuan Dante, kalian sudah tiba," sapa Pedro sambil mendekati Dante.Dante langsung mundur beberapa langkah dan tampak ketakutan melihat Pedro."Jangan mendekat!" bentak Dante menghentikan Pedro."Ada apa, Tuan? Saya hanya ingin mengambil kunci untuk memindahkan mobil anda," jawab Pedro bingung."Ini ambilah!" seru Dante sambil melempark

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 24

    Mobil itu semakin dekat, aku semakin panik.Tiba-tiba telepon genggam Joshua berbunyi."Oh, aku lupa memberikan kunci loker temanku!" serunya sambil memukul dahi."Kalau begitu cepatlah pergi," ucapku sambil mendorong lengannya dengan lembut.Aku bisa melihat dari ujung mataku kalau mobil Dante sudah berhenti di belakangku."Maafkan aku tidak bisa menemanimu," jawabnya dengan wajah menyesal."Tidak apa-apa," sahutku sambil terus mendorongnya."Sampai jumpa lagi," ucapnya sambil menepuk kepalaku dengan sangat lembut, lalu melambaikan tangan sambil berlari kembali masuk ke dalam kampus.Aku ikut melambaikan tangan dan langsung bernapas dengan lega sambil membalikkan tubuhku. Semoga supirlah yang menjemputku.Aku membuka pintu belakang ketika suara Dante berseru kepadaku."Duduklah di depan!"Sial! Ternyata pria itu yang menjemputku. Aku masuk perlahan. menghindari kontak mata dengannya."Siapa pria tadi? Pacarmu?" tanyanya sambil melajukan mobil dengan santai."Bukan," jawabku singkat.T

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 73

    "Masih sempat-sempatnya kau bercanda. Aku benar-benar mengkhawatirkanmu," jawab Dora sambil memukul lenganku."Aku tidak bercanda. Dia memang suamiku," jawabku serius."Ruby, sudahlah. Dora serius, tidak usah terus-terusan kau goda. Apa kau tidak tahu betapa paniknya dia ketika kau sama sekali tidak memberi kabar. Dia sampai mendatangi rumah lamamu dan menangis tersedu-sedu begitu melihat rumahmu ternyata sudah tidak ada lagi!" seru Rahul yang juga tidak mempercayai kata-kataku."Kau mendatangi rumahku? Untuk apa?""Karena aku tidak tahu, kemana lagi harus mencarimu!" jawab Dora dengan mata berkaca-kaca."Sekarang aku tidak mau tahu, kau harus memberitahu aku siapa suamimu dan dimana kalian tinggal! Aku tidak bisa membayangkan kalau sesuatu terjadi kepadamu dan aku tidak mengetahuinya," ucap Dora lagi, kali ini dengan airmata yang menetes ke pipinya."Dora, aku sudah mengatakannya kepadamu. Dante Randall adalah suamiku!" tegasku sambil menatap mata Dora.Kedua sahabatku itu saling ber

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 72

    "Lalu kini aku juga tahu kalau selain pengkhianat, dia juga sanggup membunuh saudaranya sendiri!" ucap Dante geram."Naomi tahu semuanya. Hanya dia lah yang kuberi tahu kalau aku memergoki ibu dan pamanku bermesraan. Dan hanya dia juga yang tahu kalau aku ingin membalas dendam kepada pamanku.""Kenapa kau tidak memberitahu kakek?" tanyaku sambil mengernyitkan dahi."Aku tidak tega. Kehilangan putra sulung sudah cukup menghancurkannya, kalau dia tahu bahwa putra bungsunya seorang pengkhianat, aku tidak yakin dia akan bisa bertahan," jawab Dante dengan wajah sedih."Lalu dimana ibumu sekarang?""Setelah pemakaman ayahku, dia menghilang. Tidak ada yang tahu dia kemana, bahkan kakekku gagal menemukannya.""Setelah semua kejadian itu, perlahan-lahan aku menjauhi kehidupanku yang sebelumnya. Aku semakin sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain, lalu entah kapan aku mulai ketakutan bersentuhan dengan wanita.""Hingga akhirnya kakek tahu, lalu memasukkanku ke sekolah khusus pria. Dia juga

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 71

    Aku yang tadinya berencana untuk menunggu Dante, memutuskan untuk segera pulang dengan taksi tanpa menemuinya. Sepanjang perjalanan kata-kata Naomi dan para pegawai Dante tadi terus terngiang di telingaku."Kita sudah sampai, Nona," ujar supir taksi membuyarkan lamunanku.Aku segera turun dari taksi setelah membayar, lalu berjalan masuk dengan langkah enggan. Aku harus berjalan cukup jauh dari gerbang dengan sepatu hak tinggiku dan itu semakin membuatku kesal."Nona, anda sudah pulang?" tanya Myrna heran. Aku menggangguk."Anda sendirian?" Aku kembali mengangguk."Aku lelah, jadi aku mau beristirahat dulu," ucapku pelan. Myrna langsung mengangguk sopan, dia pasti tahu kalau aku sedang tidak ingin diganggu.Aku baru saja masuk ke kamar, ketika teleponku berbunyi."Halo, dimana kau?" tanya Dante terdengar bingung."Aku baru saja sampai di rumah. Ada apa?""Kenapa tidak memberitahuku kalau kau akan kembali duluan? Aku mencarimu kemana-mana. Apa kau baik-baik saja?" "Ya, aku hanya lelah,

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 70

    "Apa maksudmu dengan mengganggu? Aku tidak pernah mengganggunya," jawabku dengan tegas. Dia pikir karena dia jauh lebih pintar, lebih berkelas, lebih kaya dan lebih tua, aku akan takut menghadapinya. Siapa dia, berani mengancamku untuk tidak mengganggu Dante!"Ya, kau mengganggu hidupnya. Aku sangat mengenal Dante luar dan dalam. Apa kau tahu tujuan hidupnya hanya satu yaitu membalas dendam kepada pamannya demi ayahnya. Karena itu dia rela melakukan pernikahan palsu dengan siapapun."Aku menatap Naomi tajam, apa Dante menceritakan tentang kematian ayahnya dan orangtuaku? Atau sebenarnya Dante sudah tahu kalau pamannya yang membunuh ayahnya? Kenapa dia ingin membalas dendam kalau tidak tahu semua itu? Apa dia berbohong kepadaku waktu bilang dia baru tahu kalau pamannya yang membunuh ayahnya? "Kau cukup beruntung karena dari semua wanita yang ada di muka bumi ini, kau adalah salah satu wanita yang bisa menyentuhnya. Karena itu, aku yakin Dante tenggelam terlalu dalam ke permainan ini

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 69

    "Kau cemburu? Kepada siapa? Apa senior yang kau sukai itu memiliki wanita lain?" tanyanya tampak kecewa lalu segera membalikkan tubuhnya hingga menghadap ke langit-langit kamar."Tidak. Aku tidak cemburu kepadanya ... tapi ... kepadamu," jawabku semakin berani.Dante langsung kembali menghadap ke arahku membuatku salah tingkah."Kau cemburu kepadaku? Apa kau menyukai Pedro dan masih berpikir kalau aku penyuka sesama jenis?" tanyanya dengan wajah kesal.Aku tersenyum, mencoba menahan tawa."Ada apa? Apa yang lucu?" tanyanya semakin kesal. Kali ini dia bangun dan duduk sambil menyilangkan tangan di depan dadanya.Aku ikut bangun lalu duduk bersandar di tempat tidur."Apa kau masih tidak percaya kalau aku bukan penyuka sesama jenis?" tanyanya ketus."Aku tahu kau bukan penyuka sesama jenis.""Lalu kenapa kau cemburu kepada Ped... tunggu dulu, kalau begitu apa yang kau cemburui?" tanyanya tersadar."Sudahlah, itu bukan hal yang penting," sahutku tiba-tiba merasa gelisah."Tidak. Sebaiknya

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 68

    "Nona, anda mau sarapan atau bawa bekal?" tanya Myrna begitu aku keluar dari kamar.Aku sengaja menunggu Dante pergi ke kantor, baru bangun dan bersiap-siap keluar. Sebenarnya aku tidak ada kuliah hari ini. Dosen yang seharusnya mengajar hari ini, membatalkan kelas karena ada urusan keluarga.Tapi, aku sedang tidak ingin berada di rumah ini. Rasanya pergi ke kampus lebih baik daripada duduk diam di kamar Dante."Aku rasa waktunya tidak cukup kalau aku sarapan di rumah. Bisakah aku membawa bekal saja?" pintaku pada Myrna yang langsung berlari kedapur dan mengambil tas bekal untukku.Aku mengucapkan terima kasih setelah menerima tas bekal pemberian Myrna. "Nona, silakan," ucap supir yang ternyata sudah menungguku sejak tadi. Aku masuk ke dalam mobil setelah mengucapkan terima kasih."Pak, boleh aku tahu siapa nama anda?" tanyaku setelah mobil mulai berjalan."Frans, Nona," jawab supir yang sudah puluhan kali mengantarku tapi tidak pernah kuketahui namanya itu."Pak Frans, tolong antar

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 67

    "Apa maksudmu? Apa kita akan tidur bersama di tempat tidur?" tanyaku terkejut."Ya, kenapa tidak? Kau lihat sendiri! Tempat tidurku cukup luas untuk kita berdua, jadi tidak ada salahnya berbagi. Lagipula Pedro dan Myrna suka masuk tiba-tiba ke kamarku di pagi hari. Bukankah melihat kita berdua di atas tempat tidur akan lebih meyakinkan mereka?" tanya Dante tenang.Benar juga. Kalau mereka melihat kami di tempat tidur maka permainan ini selesai. Pedro pasti akan melaporkan kepada kakek dan pria tua itu pasti akan langsung memberikan warisannya kepada Dante."Baiklah! Kau benar tempat tidurmu sangat besar. Kita pasti bisa tidur tanpa menganggu yang lain," jawabku dengan tawa canggung."Kalau begitu biasakan dirimu di kamar ini. Pakaianmu ada di ruang ganti, disana. Kau bisa membereskan sisa barangmu besok," ucap Dante sambil menunjuk sebuah pintu lalu barang-barangku yang sudah tersusun rapi dipojok kamar."Itu kamar mandinya kalau kau mau membersihkan diri. Tidurlah duluan, aku mau bic

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 66

    Setiap kali bersama Dante ada perasaan dan reaksi tubuh baru yang muncul. Aku tidak mengerti kenapa, karena aku tidak pernah merasakannya terhadap orang lain."Aku tahu ini pasti membuatmu tertekan. Tapi bertahanlah, hal yang lebih berat masih menunggu kita," bisik Dante sambil memelukku.Kita? Apa dia menyebut aku dan dia? Apa dia menganggap aku bagian dari dirinya?Rasa takut dan lelahku perlahan mengendur, meski rasa marahku masih sama besarnya. Pelukan Dante benar-benar membuatku merasa terlindungi. Andai aku bisa terus memeluknya seumur hidupku."Tidak lama lagi, aku akan mendapatkan warisan kakekku dan kau akan bebas. Setelah kita bercerai, pergilah berkeliling dunia dan nikmati hidupmu. Jangan menoleh ke belakang lagi," lanjutnya membuatku tiba-tiba tersadar.Aku tidak mungkin memeluknya seumur hidupku, jadi aku melepaskan pelukannya. Aku tidak boleh terbiasa dengan pelukan ini, karena aku akan sangat menderita saat kami berpisah nanti."Apa alasanmu sangat menginginkan warisan

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 65

    Ibu palsuku segera menatap suaminya."Tapi ini bukan seperti yang kalian pikirkan, dia tidak tahu kalau tindakannya akan menyebabkan kecelakaan itu. Dia sama terkejutnya dengan semua orang, karena dia dijebak!" ucapnya cepat berusaha melindungi suaminya."Apa yang terjadi? Ceritakan saja!" pintaku kali ini airmata mulai menetes di pipiku. Aku membayangkan Ruby yang berusia 3 tahun, harus kehilangan kedua orangtuanya di hari ulang tahun. Betapa menyedihkannya hidupku."Charles Randall, dialah otak semuanya. Dia tahu kalau Angelo adalah orang kepercayaan Aaron Randall dan kami sangat dekat dengannya. Dia memerintahkan suamiku untuk berusaha meminjam mobil Aaron Randall sebentar saja dan membawanya ke bengkel kepercayaannya. Tentu saja kami bisa meminjamnya dengan mudah dengan alasan untuk berfoto di sebuah taman bunga sebentar.""Ternyata ... ternyata dia memasang peledak disana. Dia ... dia memang iblis," ucap ayah palsuku terbata-bata.Aku menutup mulutku dengan kedua tangan. Jadi a

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status