Share

Siasat Licik

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-14 13:02:03

Naura segera turun dari mobil Aldo dengan cepat, menggenggam erat tas kerjanya sambil berusaha melangkah menjauh. Ia ingin berlari secepat mungkin, namun Aldo tidak tinggal diam.

Dengan langkah cepat, ia ikut keluar dari mobil dan mengejar Naura. Jalanan ramai, dan beberapa orang mulai memperhatikan ketegangan yang terjadi di antara keduanya.

“Kamu sakit jiwa ya, Aldo?” Naura berteriak, matanya mulai berkaca-kaca. Ia berusaha menahan air mata yang dipicu oleh kemarahan yang memuncak terhadap pria yang seharusnya sudah ia tinggalkan. “Kita sudah putus, tapi kamu masih saja mengatakan kalau kamu mencintaiku?”

Aldo terhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam sambil memandang Naura dengan tatapan intens. “Aku benar-benar mencintaimu, Naura,” ucapnya, suaranya penuh rasa putus asa. “Aku nggak mungkin mencintai orang lain lagi. Kumohon, mengertilah.” Aldo maju selangkah, mencoba mendekat, “Aku janji, setelah anak itu lahir, aku akan menceraikan Bella dan menikahimu.”

Naura tertegun, merasa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 40

    Aldo menggeram, tangannya mengepal erat hingga buku-bukunya memutih. Bayangan Naura bersama sang atasan seolah membuat darahnya mendidih. Dia yakin Naura masih miliknya, terlepas dari apa pun yang telah terjadi. "Tidak akan ada yang bisa membuatnya lepas dariku," gumamnya, seolah berbisik pada dirinya sendiri.Dengan tatapan mata yang penuh obsesi, Aldo tersenyum sinis. Rencana liciknya sudah tersusun rapi, dan ia yakin bahwa apa yang akan dia lakukan akan membuat Naura tak punya pilihan lain selain kembali kepadanya. Dia mendambakan saat itu—ketika Naura bertekuk lutut, mengakui bahwa dirinya hanya milik Aldo.Tiba-tiba, ketukan di pintu ruangannya memecah lamunannya."Tok tok!"Salah seorang bawahan Aldo dari divisi keuangan muncul di ambang pintu. “Pak, meeting akan segera dimulai. Bapak Davin sebentar lagi akan menuju ke sana,” ucapnya sopan, sedikit canggung melihat ekspresi Aldo yang begitu penuh emosi.Aldo mengangguk cepat, berusaha menyembunyikan kemarahan dalam dirinya. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 41

    Naura menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu ruang kerja Davin. Ia menoleh, "Saya buka pintunya dulu, Pak." Davin hanya mengangguk sambil melirik jam tangannya sejenak.Ketika pintu terbuka, wajah Bram, wakil CEO yang terkenal santai, langsung menyambutnya dengan senyum lebar. “Hayo, habis ngapain tuh?” godanya, alisnya terangkat-angkat dengan senyum penuh arti.Naura tersenyum kecut, melayangkan pukulan kecil ke lengan Bram, “Ih, Pak Bram nyebelin banget.” Bram sudah lama tahu tentang hubungan tersembunyi Naura dan Davin, meskipun ia jarang menunjukkan ketahuan itu di hadapan Davin sendiri.“Ayo, Bos, kita gas,” ucap Bram kepada Davin yang kemudian hanya menggeleng sambil tersenyum tipis.“Kamu kira kita naik motor?” jawab Davin santai, menahan tawa kecil. Bram hanya terkekeh sambil membuka jalan ke depan, dan ketiganya pun mulai melangkah menuju ruang rapat.Saat mereka berjalan, Naura bisa merasakan ketegangan yang semakin kental. Dari seberang koridor, beberapa Kepala Div

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 42

    “Kamu benar-benar membuatku mabuk kepayang, sayang,” ucap Davin.“Apa Bapak beneran puas dengan pelayanan, saya?” tanya Naura.Davin tersenyum, “kalau aku tidak puas, aku tidak akan menyentuhmu setiap hari, sayang.”Naura mengangguk dan bersyukur dia tak mengecewakan Davin, meski hubungan terlarang ini akan menyakiti pihak lain.Benar kata Davin, Naura tak punya pilihan lain selain patuh dengan permintaan pria itu, demi kelancaran pengobatan sang ibu.Davin mendorong pelan tubuh Naura hingga terlentang di atas kasur. Pria itu memposisikan tubuhnya di atas tubuh Naura. Membuka seluruh pakaian Naura hingga di bagian paling akhir, yaitu penutup aset paling berharga Naura.Tanpa rasa jijik, Davin membenamkan ciumannya di sana, menikmati sensasi yang baru pertama kali Naura rasakan.Naura menjambak pelan rambut Davin, dia bergerak gelisah karena sentuhan bibir Davin di bagian intimnya berhasil membuat Naura menggelinjang. Puas dengan pemanasan singkatnya, Davin segera memasukan miliknya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 43

    "Besok saya akan datang dengan Naura! Biar kalian percaya kalau saya benar-benar calon suami Naura! Awas kalian ya!" Aldo menghardik petugas medis dengan nada penuh kemarahan.Namun, petugas medis wanita itu tetap tenang, meskipun ada sedikit rasa tidak nyaman di wajahnya. "Silakan, Pak. Itu justru lebih baik. Anda datang langsung dengan Nona Naura, bukan datang sendiri," balasnya sambil mengarahkan tangannya ke pintu keluar. "Sekarang, tolong segera tinggalkan area ini."Aldo mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya. Ia ingin membantah lebih keras, tapi mendadak ia merasa lelah. Amarahnya seolah terkunci di tenggorokan, dan langkahnya akhirnya membawanya pergi dengan gerakan kasar.Dia keluar dari rumah sakit dan menuju mobilnya. Tangan kanannya mengusap wajah, mencoba menenangkan dirinya yang bergejolak. "Bodoh, kenapa mereka begitu sulit diajak kerja sama?" gumamnya sambil menyalakan mesin mobil.Ponselnya berdering, nama sang mama muncul di layar. Dengan kesal, Aldo menjawab

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 44

    Berita penangkapan Aldo menyebar seperti api di tengah angin kencang. Dalam hitungan menit, dunia maya dipenuhi dengan unggahan video, foto, dan berita mengenai pria yang selama ini dikenal sebagai kepercayaan Davin Abimanyu di Abimanyu Group. Aldo, yang dulunya dipandang sebagai sosok profesional, kini menjadi pusat perhatian publik dengan label baru, tersangka penggelapan dana perusahaan.Bram dan Davin, dengan rencana yang matang, sengaja mengatur momentum ini. Mereka memberikan informasi detail kepada para wartawan, memastikan momen penangkapan Aldo diabadikan dengan sempurna. Kamera-kamera merekam langkah Aldo yang diapit polisi, wajahnya menegang di tengah kilatan lampu kamera. Suara-suara wartawan saling bersahutan, melontarkan pertanyaan tajam yang tak mendapat jawaban.Di luar kantor polisi, para jurnalis berjaga seperti prajurit di medan perang, menunggu perkembangan cerita yang bisa menjadi berita utama. Nama besar Abimanyu Group menjadi daya tarik utama. Setiap detail di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 45

    Peluh masih membasahi tubuh keduanya, bermain panas adalah bagian dari kegiatan yang menyenangkan untuk keduanya. Davin yang awalnya hanya ingin bersenang-senang dengan Naura, kini justru terjerat pesona sang sekretaris.“Andai saja boleh menikahi lebih dulu, mungkin sudah aku lakukan. Semakin hari aku semakin sulit untuk lepas dari pesonamu, sayang,” ujar Davin. Nafasnya tersengal.“Kita begini saja, Pak. Anda puas, biaya rumah sakit Ibu saya aman,” jawab Naura.Davin melumat bibir sang sekretaris, tak hanya dirinya tapi Naura juga seakan punya banyak stok tenaga untuk bergulat panas dengannya.Davin mulai merasakan desir aneh di dalam hatinya. Desiran yang tak pernah sama sekali ia rasakan saat bersama Anna. Namun Davin belum mau buru-buru menyimpulkan kalau ini adalah cinta. Yang jelas semua yang ada pada Naura membuatnya ketagihan.******Davin baru saja mengakhiri meeting pagi dengan semua karyawan, sekaligus memberikan pengumuman resmi mengenai pengganti Aldo di perusahaan. Sua

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 46

    Naura menghela napas panjang, berusaha mengusir lelah yang merayapi tubuhnya setelah setengah hari kerja penuh menyelesaikan berkas-berkas yang menumpuk di mejanya. Hampir semua dokumen penting yang harus diselesaikan hari itu telah dibereskan. Namun, rasa penat tak hanya berasal dari pekerjaannya. Hatinya terasa lebih berat dari biasanya, dihimpit beban yang tak kasatmata.“Lelahnya,” gumamnya pelan, matanya memandang ke luar jendela kantor. Namun, pikiran Naura tidak tertuju pada pemandangan yang ia lihat, melainkan pada Davin. Bukan hanya tugas kantor yang membuat tubuhnya letih, melainkan juga hubungan mereka yang rumit dan penuh rahasia.Naura melirik jam di pergelangan tangannya. Waktu makan siang sudah tiba. Sebuah ide melintas di benaknya. “Aku ke rumah sakit saja. Ya Tuhan, pulihkanlah ibuku,” ucapnya lirih, doanya menggantung di udara, penuh harap. Rasa rindu pada ibunya, yang terbaring lemah di rumah sakit, membuatnya ingin segera pergi dan berada di sisinya.Dengan sig

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 47

    Tiba di rumah sakit, Naura turun dari mobil dengan langkah yang terasa berat. Angin yang seharusnya membawa kesejukan malah membuatnya semakin gelisah. Perasaan tak menentu menghantui sepanjang perjalanan, dan kini ia harus menghadapi kenyataan yang pahit. Dengan tangan gemetar, ia membuka pintu masuk rumah sakit, membiarkan bau khas antiseptik menyergap penciumannya.Langkahnya terhenti sejenak di depan lift. Ia menatap pantulan dirinya di pintu logam yang tertutup. Matanya terlihat lelah, dan lingkaran hitam di bawahnya semakin jelas. “Tuhan, beri aku kekuatan untuk menghadapi ujian dari-Mu,” gumamnya pelan sebelum pintu lift terbuka dan membawanya ke lantai ruang ICU.Ketika sampai di depan ruang ICU, seorang perawat menyapanya dengan sopan dan memberikan pakaian steril untuk dikenakan.Naura memakainya dengan hati-hati, seolah setiap gerakan adalah ritual untuk mempersiapkan dirinya menghadapi sesuatu yang menyakitkan. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah masuk ke ruan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 187

    "Kalian doakan saja agar Uncle dan Aunty cepat berjodoh," ucap Laura.Segera, Raka, Rania, dan Dinda menoleh ke sumber suara. Raka dan Rania langsung berlari ke ambang pintu untuk memeluk sang nenek."Neneeeeeek! Kami kangen sama Nenek," ucap kedua anak yang baru saja merayakan ulang tahun kemarin. Mereka memeluk sang nenek dengan penuh antusias.Bahkan mereka belum sempat membuka kado-kado ulang tahun. Niatnya, habis makan malam kado-kado itu akan dibuka bersama, tetapi kedua orang tua mereka sudah lebih dulu menelepon, mengatakan bahwa mereka akan pulang terlambat.Dinda tersenyum melihat Raka dan Rania begitu menyayangi sang nenek.Mereka pun akhirnya berbincang tentang banyak hal. Laura mencoba mendekatkan diri pada Dinda. Kini, ia tidak peduli lagi pada latar belakang keluarga Dinda. Laura telah meninggalkan sifat egonya yang dulu, karena yang terpenting baginya saat ini adalah kebahagiaan anak-anaknya bersama wanita yang mereka cintai.Di tempat berbeda, Davin dan Naura telah t

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 186

    Saat mobil yang ditumpangi Dinda mulai memasuki gerbang kota Suncity, ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Bram tertera jelas di layar. Dinda cepat-cepat mengangkat panggilan itu, memastikan suaranya terdengar netral agar sopir yang duduk di depannya tidak curiga.“Halo, Pak Bram,” sapanya ramah namun hati-hati. Ia tidak mau hubungan spesialnya dengan Bram terungkap, apalagi di depan sopir pribadi majikannya. Hubungan mereka adalah rahasia yang harus Dinda jaga rapat-rapat.“Halo, Baby,” suara Bram terdengar lembut di seberang telepon, namun tetap penuh perhatian. “Boleh minta tolong?” tanyanya, nadanya terdengar agak cemas.“Tentu saja, Pak. Apa yang bisa saya bantu?” Dinda berusaha menjaga formalitas dalam jawabannya.“Kamu sudah sampai di mana sekarang?” tanya Bram, suaranya terdengar khawatir.“Sebentar lagi, Pak. Kami sudah masuk kota,” jawab Dinda sambil melirik pemandangan jalan yang mulai ramai di luar jendela.“Kalau begitu, tolong jangan langsung pulang, ya. Mampir dulu ke r

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 185

    Semwntara itu, sinrumah Bram, berbaring di atas ranjang yang luas, saling memandang dalam diam. Dinda memeluk Bram, pria itu menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, memandangi wanita yang terbaring di sisinya dengan sorot penuh kasih. Setwlah pulang dat hotel, mereka tak ikut ke rumah utama, katena besok Raka dan Rania batu akan membuka kado. Hari ini Mommy dan Daddynya tak mengizinkan negadang.Sesekali Bram mengusap lembut rambut Dinda, seolah ingin menenangkan kekhawatirannya. “Baby,” Bram membuka suara, memecah keheningan. “Aku nggak bisa terus begini. Aku nggak tahan lihat kamu terus-terusan diancam oleh Dimas. Dia nggak punya hak buat mengatur hidup kamu seperti ini.” Barusan Dinda kembali mencurahkan isi hatinya pada Bram.Dinda hanya mendesah pelan, mengeratkan pelukannya pada tubuh Bram. "Aku tahu, Baby... Tapi aku juga bingung harus gimana. Selama ini aku cuma menuruti dia supaya semuanya nggak makin rumit."Bram menatap wajah Dinda dengan serius. Ia tidak suka melihat

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 184

    “Apa di antara kalian ada yang masih perawan?” tanya Aldo. Matanya merem melek, menikmati sentuhan bibir wanita muda, di bagian intimnya.“Saya Tuan,” jawab wanita itu. Dia menghentikan kegiatannya mengulum bagian intim Aldo.Aldo memicingkan mata, tak percaya. Wanita ini seperti sedang berbohong.“Kau yakin?” tanya Aldo.“Yakin, Tuan. Anda bisa mengambil keperawanan saya, tapi anda harus memberi saya bonus lebih,” ucapnya. Wanita itu baru saja jatuh miskin setelah perusahaan orang tuanya bangkrut, bahkan dia ditinggalkan kekasihnya karena miskin. Wanita itu sudah terbiasa memuaskan kekasihnya dengan oral seks.“Lalu kalau kamu berbohong?” tanya Aldo.“Anda boleh tak membayar saya malam ini,” jawabnya.Aldo menatap wanita di depannya ini, teringat dengan Naura. Wanita itu pernah pinjam uang satu miliar dan rela memberikan keperawanannya pada Aldo. Sayangnya Aldo tak bisa memberi uang sebanyak itu. Dan Aldo yakin Naura akhirnya memberikan untuk Davin. Mengingat itu, dia jadi semakin me

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 183

    Aldo duduk santai di sofa mewah dengan rokok di tangannya. Matanya terpaku pada tiga penari yang sedang menari sensual di hadapannya, menggunakan jam besar sebagai alat utama tari mereka. Musik berdentum, menggema di seluruh ruangan, seolah mengiringi langkah-langkah tarian mereka. Asap rokok mengepul di udara, memenuhi ruangan dengan aroma yang khas.Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka. Seorang pria berpakaian rapi masuk dengan langkah penuh percaya diri. Pria itu adalah Edward, orang kepercayaan Aldo yang bertugas mengumpulkan informasi tentang target-targetnya. Edward memberi kode kecil dengan tatapan matanya, meminta Aldo mengizinkannya masuk lebih jauh. Aldo melirik sekilas dan memberikan anggukan ringan.“Masuk, Edward,” ujar Aldo dengan nada santai.Edward melangkah ke dalam, mengabaikan suasana gemerlap di ruangan itu. Ia langsung mengeluarkan sebuah map dari tasnya dan menyerahkannya kepada Aldo."Ini, Bos," ucapnya sambil menaruh map itu di meja kaca. "Semua data sudah le

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 182

    “Aaaaaaah, baby. Hisap lebih dalam.” Dinda melumat milik Bram penuh dengan hasrat, Dia sangat senang sekali kalau disuruh ngemut permen kulit satu ini. Tangan berantak tinggal diam dia meremas dada Dinda dan tangan yang satunya masih bermain di area kewanitaan Dinda. Dinda mempercepat gerakannya, semakin cepat gerakan itu, semakin sering desahan keluar dari mulut Bram yang berhasil membangkitkan gairah liar keduanya. Bahkan mereka benar-benar sudah kecanduan satu sama lain, dimanapun Bram berada permainan panas dengan Dinda selalu memenuhi benaknya. Setelah selesai perjalanan bisnisnya lalu mereka berlibur di atas kapal pesiar, Bram bersumpah tidak akan membiarkan Dinda nganggur sedikitpun. “Cium aku, baby,” kata Bram dengan mata sayu. Dinda melepaskan mulutnya dari benda yang sudah berdiri dengan tegak, lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Bram. Mereka saling mendekat satu sama lain, lidahnya saling membelit satu sama lain seolah kegiatan panas ini tidak pernah membuat mereka

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 181

    Nyanyian selamat ulang tahun yang menggema di ballroom hotel tersebut, masih terngiang-ngiang dalam benar kedua anak kembar itu. Tidak ada hal yang paling menyenangkan daripada hari ini bagi si kembar, mereka merayakan hari ulang tahun besar-besaran dan dihadiri oleh banyak tamu undangan tanda. Dan yang paling penting bagi keduanya adalah begitu banyak kado yang tertata dengan rapi hingga membuat keduanya sangat takjub dan cepat-cepat ingin pulang agar bisa segera membuka kado tersebut. Sang nenek, Bram, dan keempat pengasuh mereka sudah memberikan kado spesial. Kedua orang tuanya pun memberikan satu box untuk masing-masing berukuran besar yang akan dibuka oleh mereka besok pagi di rumah. Meski keberatan namun mereka tidak bisa membantah permintaan kedua orang tuanya untuk tidak membuka kado di tempat ini. Rasanya mereka sudah tidak sabar ingin segera pulang dan mengakhiri pesta malam ini.“Selamat ulang tahun, doa terbaik buat Raka dan Rania,” ucap Dinda, memberi selamat pada Twin

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 180

    “Kita mulai acaranya, setuju?” tanya MC pada semua orang yang hadir di sana.“Setuju,” jawab semua.Davin berdiri dengan penuh wibawa di atas podium. Dengan mikrofon di tangan, ia tampak percaya diri, sementara sorotan lampu panggung memusatkan perhatian semua orang padanya. Naura, yang berdiri anggun di sampingnya, menatap suaminya dengan senyuman penuh kebanggaan. Di antara mereka, Rania dan Raka berdiri dengan percaya diri, melambaikan tangan kecil mereka kepada para tamu undangan yang memberi tepuk tangan meriah.“Silakan, Pak Davin, untuk sepatah dua patah kata agar sah si kembar resmi go publik,” ujar salah satu MC dengan senyuman lebar, mengundang sorakan kecil dari audiens.Davin mengambil mikrofon dan membuka pidatonya dengan suara tegas namun hangat, “Selamat malam.”“Selamat malam, Pak Davin!” suara para tamu serentak menjawab, menciptakan suasana hangat dalam ruangan.Davin melanjutkan, “Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk datang hari ini, ke acara ulang tahun ked

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 179

    “Kenapa, sayang?” tanya Davin.Sang istri terus menoleh ke belakang, lalu fokus ke depan, ke belakang lagi, terus begitu. Seperti ada yang sedang dipikirkan oleh Naura.“Hey, kenapa, sayang?” tanya Davin lembut, sambil menyentuh tangan istrinya.“A–aku seperti melihat Aldo,” ucapnya.Davin berdecak kesal.“Jangan menyebutnya di depanku, sayang,” jawab pria itu cemburu.“Tapi aku beneran melihat dia membuntuti kita, sayang. Aku yakin itu, dia,” ujar Naura.Davin menepikan mobilnya, lalu mobil yang dicurigai Naura dikendarai Aldo melaju lurus.“Mana, sayang?” tanya Davin.“I–itu mobilnya. Aku melihatnya masuk ke mobil putih itu,” jawabnya seperti yang dia lihat.Naura hanya takut kalau Aldo datang untuk mengacaukan hidup mereka lagi. Naura yakin dia dendam pada Davin, apalagi kalau sampai dia tahu soal pernikahannya dengan Davin, tanpa melihat perjuangannya melewati ujian berat.“Dengar, sayang. Aldo atau siapapun tak akan pernah bisa menyentuh kita. Aku pastikan itu kok, jadi kamu jang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status