Share

Bab 66

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2024-11-26 13:00:22

Sementara itu, mobil Davin terparkir di basement apartemen Naura. Tidak ada kata-kata yang terucap sejak mereka meninggalkan pantai.

Hanya suara detak jantung mereka masing-masing yang terasa lebih nyaring di tengah keheningan.

Davin memegang setir dengan kedua tangan, menatap kosong ke depan, sementara Naura hanya menunduk, memainkan ujung syal yang melingkar di lehernya.

“Sayang,” panggil Davin.

“Iya, Pak,” jawab Naura.

Davin akhirnya menghela napas panjang, memecah keheningan. “Aku tahu, Sayang. Semua ini pasti sangat berat untukmu,” ucapnya dengan suara yang serak.

Naura tetap membisu, tetapi matanya perlahan berkaca-kaca. Ia tahu apa yang akan Davin katakan. Mereka telah melalui percakapan ini berulang kali, tetapi rasa sakitnya tetap sama.

“Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya lagi,” lanjut Davin, suaranya mulai bergetar. “Tapi aku butuh kamu. Aku tidak bisa menjalani hidup ini tanpamu, meskipun aku tahu aku tidak bisa memberimu kebahagiaan sepenuhnya.”

Naura menoleh perlaha
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 67

    Davin sedikit terkejut, namun segera menurunkan kaca jendelanya. Seorang petugas keamanan berdiri di samping mobilnya, dengan wajah penuh sopan santun."Ya, Pak? Ada apa?" tanya Davin, suaranya terdengar ramah meski lelah mulai menguasai raut wajahnya."Maaf, Pak," ucap petugas itu. "Saya hanya ingin memberi tahu kalau parkir mobil Anda sedikit miring. Takutnya nanti mobil lain kesulitan parkir di sebelah atau di belakangnya.""Oh, maaf ya, Pak. Saya hanya sebentar kok, sekarang mau langsung balik. Tadi saya mengantarkan calon istri saya pulang," jawab Davin sambil tersenyum kecil."Siap, Pak. Maaf mengganggu, ya." Petugas itu menundukkan kepala sedikit sebagai tanda hormat."Tidak apa-apa, Pak. Terima kasih sudah memberitahu," sahut Davin sebelum menaikkan kembali kaca mobilnya.Setelah itu, Naura memandang Davin dengan senyum tipis, meski ada bayangan kesedihan di matanya. Ia mulai meraih tas dan barang-barangnya, bersiap untuk turun dari mobil."Saya turun ya, Pak. Kasihan Ibu, seh

    Last Updated : 2024-11-26
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 68

    “Pak, gantian dong. Saya gak kuat keburu keluar,” desah Naura. “Pak, kalau kita main di sini, apa gak ada yang liat?” tanya Naura gugup.Davin tersenyum, makannya jangan main buka aja sebelum ditutup,” ejek Davin. Naura hanya tertawa kecil, meski tampak masih terang ternyata ada kanopi yang bisa dibuka tutup di area balkon. Jadi orang lain tak akan bisa melihat aktifitas panas mereka di dalam kolam jacuzzi.“Ya udah, sini. Saya mau manjain Bapak juga,” ucap Naura. Davin duduk di pinggir kolam, Naura masih di dalam kolam setengah badannya. Tanpa ragu wanita itu mulai memasukkan benda berurat itu, ke dalam mulut, memberi gigitan kecil di sana. Hingga Davin yang kini giliran mendesah tanpa henti.“Lebih dalam lagi, sayaaaaang,” ucap Davin parau. Matanya telah berkabut hasrat. Nafsunya selalu besar setiap kali bersama Naura.Puas mengulum benda panjang berurat itu, Naura memainkan lidahnya di bagian bawah milik Davin, hingga pria itu kembali mengeluarkan suara desahan tanpa henti. Setia

    Last Updated : 2024-11-27
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 69

    “Tuan Davin dan wanita itu sedang pergi ke luar negeri. Katanya ada perjalanan bisnis,” ujar pria itu dengan suara datar.Laura menatap dengan penuh amarah ke layar ponselnya. Wajahnya memerah, dan napasnya memburu setelah menerima kabar bahwa Davin dan Naura sedang berada di luar negeri. Matanya membara ketika mendengar pria di ujung telepon melanjutkan laporannya.Laura mendengus keras, menahan amarah yang seolah ingin meledak. “Brengsek! Itu pasti alasan mereka saja! Awas saja kau, Naura! Kamu akan menyesal telah membodohi kami dengan wajah lugumu itu. Kau berani bermain-main denganku? Maka, sebelum kau benar-benar menyesal hidup di dunia ini, aku bersumpah tidak akan berhenti menyiksamu!” teriaknya dengan suara menggema di ruangan.Tunangan Davin, yang duduk di dekat Laura, memperhatikan wanita paruh baya itu dengan senyum penuh kemenangan. Matanya bersinar penuh dendam. Dia memegang sebuah foto Naura, lalu menatapnya dengan kebencian yang sama seperti calon ibu mertuanya.“Tant

    Last Updated : 2024-11-27
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 70

    Anna duduk santai di atas pangkuan pria matang yang telah menjadi selingkuhannya selama ini. Tangannya melingkar manja di leher pria itu, sementara senyumnya penuh makna, memperlihatkan betapa dirinya benar-benar menikmati permainan berbahaya ini."Kamu ini sangat licik, baby. Padahal kamu main sama aku, tapi kamu egois. Davin nggak boleh sama yang lain," ucap pria itu sambil menatap Anna dengan pandangan nakal namun penuh rasa ingin melucuti baju Anna sekarang juga.Anna tertawa kecil, nada suaranya tenang namun tajam. "Siapapun yang menghalangi harus dilenyapkan. Aku sudah berjuang sampai di titik ini, jadi tidak ada yang boleh mengganggu rencanaku. Apalagi, aku sudah di ambang memenangkan semuanya," ucapnya dengan penuh keyakinan, matanya bersinar dengan ambisi.Pria itu menatapnya kagum, meskipun di dalam hatinya ia tahu bahwa Anna jauh lebih berbahaya daripada yang pernah ia duga. Namun, pesona wanita ini terlalu kuat untuk diabaikan. Baginya, Anna adalah magnet yang tak bisa d

    Last Updated : 2024-11-28
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 71

    "Istri Om bener-bener keterlaluan ya. Mentang-mentang dia kaya raya, seenaknya saja bicara kasar sama suami sendiri yang harusnya dia hormati," ucap Anna, suaranya terdengar manja namun dengan nada mengejek yang jelas.Pria dewasa di hadapannya, mengenakan kemeja yang kusut akibat pergumulan mereka sebelumnya, menghela napas panjang. "Ya, begitulah, baby. Dia selalu merasa bahwa dia yang sudah menghidupi Om. Padahal, selama ini Om juga kerja di perusahaannya. Dan lagi, dia tak pernah hamil," balasnya, nada suaranya sedikit getir.Anna tertawa sinis. "Ya gimana mau hamil, Om? Kan dia sudah nenek-nenek," ujarnya dengan nada mengejek, membuat keduanya tertawa bersama. Tawa mereka seolah menjadi bukti betapa rendahnya rasa hormat yang tersisa dalam hubungan pria itu dengan istrinya.Pria itu mengusap dagunya sambil menatap Anna dengan pandangan penuh nafsu. "Om nggak tahu apa jadinya kalau nggak ada kamu, baby. Kamu itu penyelamat Om."Anna tersenyum licik. "Udah, sana mandi dulu, Om. Na

    Last Updated : 2024-11-28
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 72

    Davin duduk cemas di samping Naura. Wanita yang ia cintai terlihat lemah, berusaha mengatur napas setelah muntah hebat yang membuat seluruh tubuhnya gemetar. Tanpa rasa jijik sedikit pun, Davin membantu Naura, memegang dahinya saat Naura duduk lemah mengeluarkan semua isi perutnya."Sayang, kita ke rumah sakit sekarang, ya," ucap Davin dengan rasa penuh kekhawatiran. Wajahnya terlihat sangat panik yang sulit disembunyikan.Naura menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca namun penuh keyakinan. "Tidak perlu, Pak. Saya hanya masuk angin. Maaf jadi merepotkan... dan muntah di sini."Davin mengerutkan kening, jelas-jelas tak setuju dengan alasan Naura. "Jangan bilang begitu, Sayang. Walaupun cuma masuk angin, aku nggak mau ambil risiko. Maafkan aku, mungkin aku terlalu memaksa setiap kali kita... berhubungan badan denganmu, aku terlalu memuaskan hasratku tanpa memikirkan kondisimu." Suaranya melemah, penuh rasa bersalah yang jelas tergambar di sana.Naura tersenyum samar, meski lemah, mencob

    Last Updated : 2024-11-29
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 73

    Naura segera membuka kancing depan piyamanya, selama di dalam kamar hotel Naura memang tidak diizinkan memakai bra oleh Davin. Sehingga begitu kancing piyama itu terlepas, dada besar sang sekretaris menyapu pandangan Davin.Tanpa menunggu lama, Davin mendekatkan bibirnya menyentuh aset kembar milik, Naura.“Kamu suka juga kan, sayang, kalau aku ngemut dadamu?” tanya Davin. Pria itu melepaskan bibirnya sejenak dari puncak dada sang sekretaris.“Suka banget, Pak. Tubuh saya seketika meremang,” jawab Naura.Davin tersenyum, maha karyanya di leher dan dada putih Naura, sangat banyak. Warnanya sudah berubah keunguan. “Kali ini, kamu cukup manjakan aku dengan dadamu, sayang. Selebihnya biar aku keluarkan pakai tangan,” ujar Davin.Bibir Naura mengerucut, “tapi saya juga mau, Pak.”Davin terkekeh, sekarang tak ada lagi Naura yang pemalu. Di hadapannya sudah ada Naura yang liar dan membalas nafsu Davin dengan nafsu yang sama.Permainan panas itu pun berlangsung di balkon kamar hotel. Meski k

    Last Updated : 2024-11-29
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 74

    Davin menghela napas panjang, menikmati cuaca yang sejuk sambil menggandeng tangan Naura erat saat mereka menyusuri kawasan perbelanjaan mewah yang gemerlap. Naura tampak ceria, meski wajahnya sedikit pucat. Dalam benaknya, Davin merasa lega karena akhirnya mereka jauh dari rutinitas dan pandangan menghakimi di kota tempat tinggal mereka. Di Kota New Capitol, mereka bebas.“Mungkin di sini, aku bisa lebih leluasa bersamamu, Sayang. Tanpa perlu khawatir siapa pun melihat,” gumam Davin sambil tersenyum kecil, memandangi Naura yang asyik memilih-milih barang di salah satu etalase.Namun, ia tidak menyadari bahwa di balik kebebasan ini, ada ancaman yang tak kasatmata. Di kejauhan, seorang pria dengan kamera telefoto sedang mengawasi setiap gerak-gerik mereka. Dengan cekatan, pria itu memotret momen saat Davin dan Naura saling berpelukan, bahkan saat Naura mencium pipi Davin. Semua itu langsung dikirimkan ke ponsel Mamanya Davin.Di sisi lain, Naura mulai merasa tubuhnya semakin lemas.

    Last Updated : 2024-11-30

Latest chapter

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tamu Tak Diundang

    Davin membawa keluarganya ke sebuah butik eksklusif yang menyediakan berbagai koleksi pakaian anak-anak. Sejak awal memasuki butik, Raka dan Rania terlihat sangat bersemangat, mata mereka berbinar melihat berbagai pilihan pakaian yang tersusun rapi."Wow, Daddy, lihat! Bajunya bagus-bagus banget! Ini keluaran terbaru deh, Nia belum punya!" seru Rania sambil menunjuk salah satu dress berwarna pastel dengan aksen renda yang elegan.Raka yang berdiri di sampingnya juga tak kalah antusias. "Daddy, Aka mau yang ini!" katanya sambil menarik tangan Davin ke arah sebuah jaket keren yang dipajang di etalase.Davin tersenyum, mengusap kepala keduanya dengan penuh kasih sayang. "Tentu saja, Sayang. Tapi kita harus pilih yang cocok untuk kalian berdua. Meskipun kalian berbeda jenis kelamin, Daddy tetap ingin kalian punya baju yang serasi. Bagaimana kalau kita cari couple outfit?""Keren! Raka mau baju kembaran sama Rania!" sahut Raka penuh semangat.Naura yang berdiri di samping Davin tertawa kec

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Semesta Berpihak Padaku

    "Penelope!" balas Laura, memanggil wanita yang menyapanya.Tampak Penelope melangkah mendekati Laura yang sedang duduk di salah satu meja di restoran cepat saji tersebut. Wajahnya terlihat sumringah, senyum lebarnya menghangatkan suasana. Begitu sampai di hadapan Laura, mereka langsung berpelukan erat, seolah-olah melepas rindu yang sudah lama tertahan.Sementara itu, Naura dan Davin yang duduk di sisi lain meja hanya bisa saling berpandangan. Keduanya sama sekali tak menyangka bahwa Laura mengenal Penelope. Naura terutama, masih mengingat dengan jelas bagaimana pertemuan pertamanya dengan wanita itu yang terkesan meremehkannya."Kamu apa kabar, sayang? Makin cantik aja," ucap Laura dengan nada akrab, menyapa anak dari sahabatnya tersebut."Baik, Tante. Tante sendiri gimana? Tante awet muda banget, loh!" balas Penelope dengan nada ceria, matanya berbinar menatap Laura. "Kalau nggak salah, kita bertemu sekitar sepuluh tahun yang lalu ya, Tan? Untung saja Penelope mampir ke restoran ini

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Salah Sangka

    Fernando terus menatap ke arah Bram dan Davin yang saat ini sedang berbicara dengan Bruno, pemilik tempat hiburan malam tersebut yang juga merupakan teman baik Fernando. Dari sudut ruangan, Fernando memperhatikan dengan saksama, memperkirakan apa yang sebenarnya mereka bicarakan."Aku tak menyangka mereka suka juga ke tempat yang seperti ini. Aku pikir Davin benar-benar lelaki terbaik. Ternyata semua lelaki sama saja, mana betah kami hanya dengan satu pasangan," ucapnya pada diri sendiri, mendesah pelan sambil mengamati mereka dari kejauhan.Fernando menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengaduk minuman di tangannya dengan gerakan lambat. Matanya tidak lepas dari mereka bertiga, terutama Davin. Ada sedikit perasaan tidak percaya dalam benaknya. Selama ini, Davin dikenal sebagai pria yang setia dan tidak tertarik dengan tempat hiburan. Namun, kenyataan di depan matanya menunjukkan sesuatu yang berbeda.Sementara itu, di sudut tempat hiburan tersebut, Davin dan Bram sedang berbicara serius

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bergerak Normal

    "Apa semuanya sudah sesuai dengan yang kamu rencanakan?" tanya Penelope pada Fernando, sambil meliriknya dari sofa mewah berlapis beludru merah yang sedang didudukinya.Tangannya yang ramping menggenggam gelas anggur, menggoyangkan cairan merah di dalamnya dengan gerakan anggun. Cahaya lampu kristal di ruang tamunya yang luas memantulkan kilauan di permukaan gelas, menciptakan bayangan berkilau di meja kaca di depannya.Fernando berdiri tegap di dekat rak buku yang dipenuhi koleksi bacaan mahal dan beberapa lukisan klasik yang sengaja dipajang sebagai simbol kemewahan. Mata pria itu menatap tajam pada atasannya, memastikan tidak ada keraguan dalam Suaranya saat ia menjawab."Sudah, Bu. Anda tenang saja, semuanya sudah saya atur," jawab Fernando tanpa ragu sedikit pun.Penelope menyandarkan tubuhnya, menyilangkan kakinya dengan gerakan lambat dan sensual. Senyuman tipis tersungging di bibir merahnya yang sempurna. Dia menikmati permainan ini, sebuah permainan yang dirancangnya sendiri

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meyakinkan sang Istri

    "Kamu kenapa, Sayang? Masih khawatir aku ketemu dengan Penelope? Makanya ayo ikut," ajak Davin saat wajah istrinya terlihat sendu, menatapnya yang sedang bersiap pergi untuk penandatanganan proyek besar Abimanyu Group di kota ini.Naura menggeleng. Untuk datang? Tentu dia tidak mungkin punya mental yang kuat, apalagi setelah Penelope menatapnya dengan tatapan seakan mengejek kondisinya yang seperti ini. Naura menjadi insecure."Nggak apa-apa kok," jawabnya, tapi sorot matanya tentu tidak membuat Davin percaya begitu saja pada sang istri.Pria itu mendekati Naura, lalu berjongkok di depan kursi roda sang istri. Dengan lembut, ia mengecup punggung tangan wanita yang sangat dia cintai. Bahkan, rasa cintanya sejak dulu hingga kini tidak berubah sama sekali."Aku tahu, di luar sana banyak sekali perempuan jahat. Tapi tidak semua laki-laki menyambut dengan baik wanita yang seperti itu. Laki-laki yang baik akan memilih perempuan yang baik pula. Laki-laki yang tidak baik mungkin akan tergoda

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Strategi

    "Kenapa sih, Mama nggak pernah berubah? Semua keputusan harus kemauan Mama! Kenapa seperti ini? Kalau memang Bram tidak mau menikah lagi, ya sudah, Bram nggak akan menikah!"Bram menatap sang Mama dengan rahang mengeras. Hatinya semakin sesak karena merasa tidak pernah diberi kebebasan menentukan hidupnya sendiri."Bram janji, Angelica tidak akan pernah kekurangan kasih sayang. Lagian, Lidya masih jadi pengasuhnya. Nanti, lama-lama Angelica juga akan tahu kalau Lidya itu hanya seorang pengasuh, hanya seorang ibu susu, bukan ibu kandungnya. Bram nggak mau ada orang yang menggantikan posisi Dinda di hati Angelica dan di hati Bram."Bram menghela napas berat. Matanya yang tajam menatap Laura dengan sorot penuh keteguhan."Sekarang terserah Mama. Yang jelas, sekuat apa pun Mama membujuk Bram untuk menikah lagi dan mencarikan jodoh, itu tidak akan pernah terjadi! Bram tidak ingin menikah lagi!" ucapnya tegas.Hening sejenak. Laura masih ingin membantah, tetapi Bram tidak memberinya kesempa

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Jodoh dari Mama

    Bram melangkah santai menuju ruang keluarga Davin. Begitu sampai, ia mendapati kedua keponakannya, Raka dan Rania, tengah duduk di meja belajar kecil mereka. Buku-buku terbuka di hadapan mereka, sementara pensil warna-warni berserakan di atas meja. Sesekali, mereka tampak berdiskusi satu sama lain, wajah mereka serius, tetapi tetap menggemaskan di mata Bram.Senyuman kecil terukir di wajah pria itu. Meskipun jauh dari rumah mereka yang sebenarnya, Raka dan Rania tetap terlihat bahagia. Bram bangga melihat mereka tumbuh menjadi anak-anak yang mandiri dan ceria.Tanpa menunggu lebih lama, ia pun berjalan mendekat, lalu menjatuhkan diri di sofa dekat mereka. "Lagi sibuk apa nih, dua anak pintar Uncle?" tanyanya dengan nada hangat.Rania menoleh lebih dulu, lalu tersenyum lebar. "Lagi ngerjain PR, Uncle!" jawabnya bersemangat."Iya, PR Matematika," tambah Raka, mengangguk antusias.Bram mengangguk-angguk paham. "Wah, Matematika ya? Dulu waktu Uncle seumuran kalian, Matematika itu pelajar

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tak Akan Terganti

    Davin tiba di rumahnya bersama Bram. Begitu memasuki rumah, aroma khas kayu dan wewangian lembut yang selalu digunakan Naura menyambutnya. Rumah itu terasa hangat, tetapi juga sunyi, seakan ada sesuatu yang kurang.Tatapannya langsung tertuju ke ruang keluarga, tempat Raka dan Rania duduk bersisian di meja belajar kecil mereka. Kedua buah hatinya tampak serius mencoret-coret buku mereka, sesekali berdiskusi dengan suara pelan. Biasanya, di antara mereka ada Naura yang menemani—memberikan bimbingan atau sekadar duduk sambil membaca buku. Tapi kali ini, Naura tidak ada di sana."Loh, Mommy di mana, sayang?" tanya Davin, suaranya penuh keheranan.Rania dan Raka sontak menoleh ke arah sang ayah. Mereka saling berpandangan sebelum akhirnya menjawab dengan kompak. "Di kamar, Daddy."Davin mengernyit. "Kok tumben nggak nemenin kalian belajar? Apa Mommy sakit?" tanyanya lagi, kekhawatiran mulai muncul di benaknya.Sambil menunggu jawaban dari anak-anaknya, ia melambaikan tangan pada pengasuh

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Janda Hot

    Ballroom hotel mewah itu dipenuhi cahaya lampu, memberikan kesan eksklusif dan profesional. Meja panjang sudah tertata rapi dengan dokumen-dokumen kerja sama yang siap untuk didiskusikan. Bram dan tiga orang timnya tiba lebih dulu, memastikan semua persiapan sudah sesuai dengan kebutuhan presentasi Davin.Beberapa menit kemudian, Davin datang dengan setelan jas hitam yang sempurna, menampilkan sosoknya yang berwibawa sebagai Presiden Direktur Abimanyu Group. Matanya tajam, fokus pada pertemuan hari ini. Meskipun ia menyadari kehadiran Penelope, ia memilih untuk tidak memperhatikan wanita itu lebih dari yang diperlukan.Penelope melangkah masuk bersama Fernando dan timnya. Seperti biasa, wanita itu tampil memesona dengan gaun formal yang membingkai tubuhnya dengan anggun. Senyum tipis menghiasi bibirnya saat matanya langsung tertuju pada Davin.“Selamat siang, Pak Davin.” Suaranya terdengar lembut, tapi ada nada ketertarikan yang tak berusaha ia sembunyikan.“Selamat siang, Bu Penelope

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status