Share

Bab 196

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2025-01-26 12:55:24

Bila Bram sedang sibuk persiapan ke luar negeri, berbanding terbalik dengan Davin. Malam ini adalah malam bahagia untuknya.

Davin baru saja selesai mandi ketika ponselnya yang tergeletak di meja nakas berbunyi. Ia meraih ponselnya dan melihat nama pengacara mereka muncul di layar. Mendengar kabar baik yang disampaikan oleh sang pengacara, ekspresinya berubah cerah. Wajahnya penuh antusiasme, dan tanpa berpikir panjang, ia setengah berlari keluar kamar menuju kamar sang Mama.

Tanpa Davin sadari, kedua anak kembarnya, Raka dan Rania, yang berdiri tak jauh darinya, langsung mengekor di belakang. Keduanya saling berbisik sambil tertawa kecil, seakan merasa ini adalah petualangan seru di rumah.

“Mama! Mama!” Davin berteriak seperti anak kecil, penuh semangat.

“Mama! Mama!” si kembar ikut-ikutan memanggil sambil berlari kecil.

Davin terlalu fokus dengan pikirannya, tak sadar kalau kedua buah hatinya mengikuti. Raut wajahnya memancarkan kebahagiaan yang meluap-luap, ia tak sabar ingin segera
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mama Kembar
ga habis2 perasaan,sampe bosan
goodnovel comment avatar
virna putri
haduhhh musuhnya mati satu tumbuh seribu.. masa tenang kembali terusik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 197

    Bryan duduk di kursi empuknya, jari-jarinya mengetuk meja kayu mahoni di ruang kerjanya yang gelap. Matanya tajam menatap ke arah sepuluh anak buah kepercayaannya yang berdiri berbaris di hadapannya. Wajah-wajah mereka menunjukkan keseriusan, siap menerima perintah dari sang pemimpin. Asap cerutu yang terus mengepul dari tangan Bryan menambah suasana mencekam di ruangan itu.“Kalian sudah dengar kabar kekalahan kita, kan?” suara Bryan rendah, namun penuh ancaman. Tatapannya beralih dari satu anak buah ke anak buah lain, seolah menantang mereka untuk menjawab.Salah satu dari mereka, seorang pria bernama Victor, memberanikan diri angkat bicara. “Ya, Tuan. Kami sangat menyesal atas kekalahan ini.”Bryan mendengus. “Penyesalan tidak ada artinya untukku, Victor. Kekalahan ini adalah tamparan keras, dan aku tidak akan membiarkan Davin Abimanyu bersenang-senang dengan kemenangan mereka.” Ia membuang cerutunya ke asbak, lalu bersandar dengan tangan terlipat di dadanya.“Tuan, apa langkah k

    Last Updated : 2025-01-26
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 198

    Bila saat ini Davin dan Naura sibuk dengan makan malam mereka yang kemalaman, sementara Laura dan Bram sedang berbicara di balik sambungan telepon.“Halo, Ma,” Bram menyapa ketika panggilan teleponnya akhirnya terhubung dengan sang mama.Sejak Laura mendapatkan kabar baik itu dari putranya Davin, dia sudah berusaha menghubungi Putra sulungnya, namun tak ada jawaban dari Bram. Sampai akhirnya dia meletakkan ponselnya dan berniat menghubungi sang anak besok pagi untuk menyampaikan kabar Bahagia itu. Namun baru saja ia ingin tertidur tiba-tiba saja ponselnya kembali berdering.“Halo, Sayang. Dari tadi Mama coba hubungi kamu. Mama pikir kamu sudah tidur. Rencananya besok Mama telepon lagi, tapi syukurlah kamu sudah telepon Mama,” ujar Laura, suaranya terdengar lega.“Tadi Bram berendam, Ma. Sampai ketiduran di kamar mandi. Makanya baru lihat ponsel, kok ada banyak missed call dari Mama. Ada apa, Ma?” tanya Bram santai, meski sebenarnya ia berbohong. Baru saja ia menghabiskan waktu bersama

    Last Updated : 2025-01-26
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 199

    Setelah makan siang, Naura melangkah masuk ke ruang rapat kecil di lantai empat kantor Abimanyu Group. Suasana ruangan itu terasa hangat dan profesional, dengan tim keuangan yang sudah siap dengan laptop, dokumen, dan grafik yang terpampang di layar proyektor.Ini adalah salah satu rutinitas akhir tahun yang selalu ia tangani dengan penuh perhatian.“Selamat siang, semuanya,” Naura menyapa dengan senyum tipis. Ia menatap wajah-wajah yang sudah tak asing lagi baginya—orang-orang yang selalu mendukung dalam hal perencanaan dan eksekusi keuangan perusahaan.“Selamat siang, Bu Naura,” jawab salah satu anggota tim, yang merupakan kepala bagian keuangan. “Kami sudah siapkan laporan yang Ibu minta, termasuk detail pengeluaran dan pencapaian tahun ini.”Naura duduk di ujung meja, membuka laptopnya, dan menyesuaikan posisinya agar bisa memandang layar presentasi dengan jelas. “Baik, Pak Riko. Langsung saja kita mulai. Saya ingin laporan ini benar-benar detail sebelum kita bawa ke rapat besar d

    Last Updated : 2025-01-27
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   200

    “Apaan sih jam segini udah datang Daddy masih kerja tahu!”“Hmmmmm.” Si kembar mencebik melipat tangan di depan dada.“Mereka bahkan gak tidur siang. Besok-besok jangan janjikan apapun dengan mereka,” Adu Laura.“Wah nakal, nih. Daddy ma Mommy masih kerja loh ya. Tungguin yang sabar,” bujuk Davin, karena pekerjaannya menumpuk.“Kami kelja juga. Jadi satpam di depan pintu. Gini dad.”Raka berlari ke depan pintu, lalu berjaga seperti satpam di rumahnya.“Mau cali siapa? Pak Davin? Gak ada, pelgi sana yang jauh!” ucapnya.“Siapa yang nyari Daddy?” tanya Davin.“Tukang longsokan,” jawabnya lalu terkekeh.Tawa itu menular ke yang lain termasuk Rania.Akhirnya Davin dan Naura meminta kedua anaknya untuk bersabar menunggu sampai jam pulang kerja selesai. Si kembar yang awalnya hanya tidur-tiduran di sofa di ruang kerja Davin, lama-kelamaan nafas keduanya teratur karena memang tadi siang mereka benar-benar tak bisa tidur saking tak sabarnya untuk pergi makan malam bersama di luar, serta membe

    Last Updated : 2025-01-27
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 201

    Davin yang sudah tidak tahan menyobek lingerie yang digunakan oleh sang istri dan membuangnya sembarangan. Dia sudah tak kuat dengan godaan ini Naura selalu berhasil membuatnya melayang seperti sedang berada di surga. Davin melepaskan celananya hanya sampai di lututnya saja sehingga sekarang Naura bisa memasukkan bagian intinya ke bagian intim Davin, lalu bergerak naik turun hingga membuat desahan demi desahan terus mengalir dari mulut pria tampan itu.Davin meraup dada sang istri yang seakan melambai-lambai ingin disentuh olehnya.“Kenapa setelah punya anak justru semakin besar dan padat,” gumam Davin.“Karena aku merawatnya dengan baik, sayang. Aku tak ingin kamu jajar nyari yang seger-seger.”“Itu tak akan pernah terjadi, sayang. Aku sudah cukup puas denganmu. Aaaaaaaaaah,” Davin kembali mendesah saat Naura kembali bergerak. Dia tak tahan, lalu membawa sang istri masuk ke dalam kamar. Celananya yang belum terlepas dengan sempurna, dibiarkan begitu saja tertinggal di halaman balkon.

    Last Updated : 2025-01-27
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 202

    Bryan mengalihkan pandangannya ke arah Victor.“Baik. Sekarang, Victor, bagaimana dengan aspek legal? Ada potensi celah yang bisa digunakan mereka untuk menggugat kita?”Victor, yang sejak tadi diam, membuka dokumennya dan memeriksa ulang. “Tidak ada, Tuan. Kami sudah berkonsultasi dengan tim hukum internal dan memastikan semua dokumen ini sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain itu, kami sengaja tidak memasukkan klausul yang terlalu berat agar mereka tidak merasa ditekan.”Bryan tersenyum tipis. “Bagus. Kita harus bermain halus. Abimanyu Group adalah perusahaan besar, tapi mereka juga sangat protektif terhadap aset mereka. Kalau ada kesalahan sedikit saja, mereka pasti tidak akan segan untuk memutuskan kerjasama.”Ia menoleh ke seluruh tim. “Apakah ada yang masih perlu direvisi dalam proposal ini? Saya tidak mau ada celah sedikit pun.”Semua orang saling pandang sejenak sebelum Selena angkat bicara. “Ada satu hal yang menurut saya perlu diperhatikan, Tuan. Waktu pertemuan nanti, kit

    Last Updated : 2025-01-28
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 203

    Bram mendorong pelan tubuh Dinda, hingga tertidur di atas ranjang. Jadinya masih bermain di lubang penuh rasa nikmat itu.Bibirnya meraup bibir Dinda penuh nafsu.“Aaaaah, beb. Cepat lakukan, aku sudah tak tahan,” Dinda mulai merengek inginkan Bram melakukan lebih padanya. “Sabaaaar, apa kau benar-benar ingin aku melakukannya, hmmm?” Bram berbisik di samping telinga Dinda, disusul gigitan kecil di telinganya.“Aku mau keluar,” ucap Dinda dengan mata terpejam. “Uuuuuuh,” desahannya semakin kuat saat Bram menggerakan jarinya lebih cepat ke dalam sana. Dia tak peduli miliknya lecet dan perih, karena rasa nikmatnya mengalahkan semuanya.Bram akhirnya melakukan penyatuan. Dinda dengan sengaja menjepit milik pria itu dengan kuat dan lama, hingga Bram kembali mengerang kenikmatan.“Kenapa sih, milikmu senikmat ini, beb?” rancau Bram.Karena milikmu sangat besar dan panjang Bahkan seperti menekan perutku,” ujarnya.Puas membiarkan Bram mengambil permainan, kini Dinda meminta Bram untuk tidu

    Last Updated : 2025-01-28
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 204

    Dinda istirahat sebentar, menyeruput minuman miliknya. Bram yang melihat turun dari kursi santai. Dia mencium Dinda dengan rakus dari atas kolam. Tangannya meremas dada Dinda.“Aaaaaaaaah,” Dinda mendesah.Hasrat Bram terbakar ketika melihat banyaknya pasangan yang ada di kolam renang tersebut sedang bermesraan. Ternyata seperti ini kehidupan di atas kapal pesiar ketika mereka berlibur bersama orang-orang yang memiliki budaya barat. Untuk masuk ke kolam ini memang dikenakan tiket, namun ternyata berada di kolam ini suguhannya benar-benar membuat birahi keduanya naik.“Turun beb, aku juga mau kayak mereka,” bisik Dinda.Bram akhirnya menceburkan diri ke dalam kolam, mendesak tubuh wanita itu di pinggir kolam renang. Mencium leher dan me.beri tanda kepemilikan di leher wanita itu. Suara rintihan, jeritan, dan desahan yang semakin keras Bram dengar ketika dia sudah turun ke dalam kolam renang. Ciuman mereka juga semakin panas saat tangan Dinda dengan sengaja masuk ke dalam celana Bram,

    Last Updated : 2025-01-28

Latest chapter

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Happy Ending

    Daniel Dominic Montgomery dan Darren Damian Montgomery adalah nama yang dipilih oleh kedua orang tua mereka dan sudah disepakati oleh keluarga untuk si kembar. Kedua bayi itu kini berada di ruang perawatan sang Mama. Setelah dilahirkan kemarin, mereka sempat dibawa ke ruang perawatan bayi, tetapi pagi ini mereka sudah dipindahkan ke ruang perawatan Rania. "Selamat ya, Nia! Aku senang banget akhirnya punya keponakan," ucap Raka. "Untung saja wajahnya kayak kamu," tambahnya lagi sambil melirik ke arah sang adik ipar yang usianya jauh di atasnya. Edward hanya tersenyum mendengar ucapan iparnya. "Kamu kapan menyusul, Raka?" tanyanya. "Menyusul? Bisa-bisa aku digantung sama Mommy dan Daddy. Pacaran saja nggak boleh, apalagi nyusul kalian nikah dan punya anak. Mommy bisa mati berdiri," kata Raka sambil melirik ke arah sang Mommy. "Bener kan, Mom?" tanyanya lagi. "Bukan cuma digantung, tapi Mommy akan ikat seluruh tubuh Raka biar nggak bisa bergerak," jawab Naura, membuat seluruh or

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Baby Twins

    Sementara itu, di dalam mobil, Rania terus menangis. Tangannya mencengkeram erat kursi, napasnya terengah-engah menahan rasa sakit yang begitu menyiksa. Perutnya terasa melilit hebat, sakit yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Setiap gelombang kontraksi yang datang membuat tubuhnya menegang, dan air mata semakin deras mengalir di pipinya."Sabar ya, sayang… sabar… kita sebentar lagi sampai," ucap Edward, suaranya bergetar, namun ia berusaha tetap tenang untuk istrinya. Tangannya terulur, mengusap kening Rania yang penuh peluh. Ia ingin melakukan sesuatu untuk mengurangi rasa sakit istrinya, tetapi ia tahu tidak ada yang bisa benar-benar membantu selain memastikan mereka segera tiba di rumah sakit.Rania menggigit bibirnya, tubuhnya sudah mulai gemetar. "Sakit, sayang… sakit banget…" ucapnya dengan suara lemah, hampir seperti bisikan. Air ketubannya sudah pecah sejak beberapa menit yang lalu, dan kini darah mulai keluar, membasahi pahanya hingga betisnya.Melihat kondisi itu, E

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Darurat

    "Bagaimana kalau kita menikah bulan depan saja?" tanya Bram tiba-tiba, menatap Monica dengan penuh harapan.Mereka sedang duduk di balkon kamar Monica. Awalnya, Bram berencana menemani Angelica di kamar ibunya karena gadis kecil itu ingin tidur bersama sang nenek. Namun, Laura tampaknya memahami situasinya dan justru menyuruh Bram untuk menemani Monica.Monica tersenyum lembut, tatapannya penuh kehangatan. "Aku ikut saja, sayang. Terserah kamu mau kapan, aku siap," jawabnya tulus. "Aku bahagia banget akhirnya Angelica mau menerima kehadiranku."Bram merasakan haru menyelimuti hatinya. Ia lalu meraih Monica ke dalam pelukannya, mendekapnya dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, sayang. Terima kasih juga karena sudah mau menerima pernyataan cinta dari seorang duda beranak satu," ucapnya dengan suara lembut.Monica tersenyum dan membalas pelukan itu. "Aku mencintaimu, Bram. Statusmu tidak pernah menjadi masalah untukku," bisiknya.Bram mengusap pelan punggung calon istrinya. "Tapi aku

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Janji sang Nenek

    Naura menghela napas panjang, matanya masih terlihat menerawang, seolah pikirannya belum bisa benar-benar menerima kenyataan yang baru saja terjadi. “Aku nggak pernah menyangka kalau Angelica bisa langsung menerima Monica sebagai calon Mama barunya,” ucapnya lirih, suaranya terdengar masih dipenuhi rasa haru.Saat ini, dia sudah berada di kamar bersama suaminya, Davin. Malam di London terasa lebih dingin dari biasanya, tetapi suasana hati Naura jauh lebih hangat setelah melihat kebahagiaan di wajah keponakannya tadi.Davin yang tengah bersandar di kepala ranjang ikut tersenyum, meskipun ada sedikit keterkejutan di matanya. “Iya, sayang. Aku juga tidak menyangka kalau Angelica secepat itu menerima kehadiran Monica. Aku pikir tadi, saat dia mencium foto Mamanya, dia tidak akan mau Mamanya digantikan oleh siapa pun.”Naura mengangguk pelan, memahami perasaan yang mungkin sempat berkecamuk di hati Angelica. Ia tahu betul seberapa besar gadis kecil itu mencintai sosok ibunya, meskipun tak

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meminta Restu

    Angelica masih sibuk menyapa teman-temannya satu per satu dengan wajah ceria. Senyumnya terus mengembang, mencerminkan kebahagiaan yang begitu tulus. Sesekali, ia tertawa kecil saat berbincang dengan sahabat-sahabatnya, menikmati momen berharga yang baru pertama kali diberikan oleh sang Papa. Sejak kecil, Angelica memang tidak pernah merasakan pesta ulang tahun sebesar ini, dan melihat banyak orang yang datang hanya untuknya membuat gadis kecil itu merasa begitu istimewa. Bram berdiri bersama ibunya, Laura, serta Monica, sekretarisnya yang selama ini selalu berada di sisinya, mendukung setiap langkahnya dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadinya. Tidak ada banyak orang di sekitar mereka, memberikan kesempatan bagi mereka bertiga untuk berbicara lebih leluasa tanpa ada yang mendengar.Laura menatap putranya dengan penuh arti sebelum akhirnya membuka suara, "Bram, kau benar-benar akan meminta izin pada Angelica untuk menikahi Monica?" Suaranya terdengar tenang, tapi ada sedikit kekh

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Birthday Angel

    Waktu terus berjalan, tanpa terasa minggu depan adalah jadwal kelahiran kedua anak Rania dan Edward. Perjalanan panjang yang mereka lalui bersama akhirnya membawa mereka ke titik ini—menanti hadirnya dua buah hati yang akan melengkapi keluarga kecil mereka.Sejak tiga bulan lalu, Rania telah resmi pindah ke Sun City, meninggalkan London untuk membangun kehidupan baru bersama Edward. Edward, yang sejak awal ingin memberikan kenyamanan terbaik bagi istrinya, sudah menyiapkan rumah mewah untuk Rania. Namun, meskipun Rania menerima rumah tersebut dengan penuh rasa syukur, menjelang persalinannya, dia lebih memilih tinggal di kediaman kedua orang tuanya. Bagi Rania, berada di dekat Mommy dan Daddy akan membuatnya lebih tenang.Bisnis butiknya yang kini berkembang pesat tetap berjalan dengan baik meskipun Rania sementara waktu harus istirahat dari dunia fashion. Dia mempercayakan pengelolaan butik itu kepada manajernya, tetapi setiap laporan tetap dikirimkan kepada William, asisten keper

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Butik

    Mereka baru saja turun dari mobil.Davin hanya bisa menghela napas panjang saat melihat Naura dengan cekatan mengambil black card miliknya, seolah kartu itu sudah menjadi milik pribadi istrinya. "Sayang, kamu kan udah punya kartu sendiri," protesnya, meski nada suaranya lebih terdengar seperti pasrah daripada keberatan.Naura hanya tersenyum manis, menggoyangkan kartu itu di depan wajah suaminya. "Tapi kan tetap saja uang suami adalah uang istri, sayang. Uang istri ya uang istri," sahutnya santai. "Apalagi aku mau belanjain anak-anak juga."Davin hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. Dia tahu, pada akhirnya, apa pun yang ia miliki memang untuk istri dan anak-anaknya tercinta.Sementara itu, Angelica yang sedari tadi sibuk melihat-lihat koleksi sepatu mewah tiba-tiba menoleh pada pamannya. "Uncle, Angelica di-belanjain juga nggak?" tanyanya dengan mata berbinar.Davin menoleh ke arah gadis mungil itu, yang kini menatapnya dengan ekspresi menggemaskan. Wajah Angelica yang c

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Menang Taruhan

    Davin melangkah masuk ke ruang keluarga apartemen Edward dan Rania, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia baru saja tiba bersama Naura dan Angelica, membawa beberapa koper berisi makanan dan oleh-oleh untuk putri mereka. Belum sempat duduk, Edward sudah menyambutnya dengan senyum lebar.“Duduk dulu, Daddy,” ucap Edward sambil menunjuk sofa di hadapannya.Davin mendengus geli, menatap menantunya dengan ekspresi datar. “Geli kali aku dipanggil Daddy olehmu,” sahutnya, nada suaranya masih terasa tak bersahabat.Naura yang duduk di sampingnya hanya menghela napas, sementara Edward malah cengengesan. “Masak mau dipanggil Paman?” goda Edward.Naura ikut menimpali, “Lagian kamu ini, sayang. Memang sudah sepantasnya menantu memanggilmu dengan sebutan Daddy. Kenapa protes terus setiap sama Edward?”Davin menatap istrinya dengan alis terangkat. “Makin besar kepalanya Edward. Semua dibelain. Heran deh, sama kamu dan Mamaku. Doyan sekali membela laki-laki ini,” ujarnya bercanda.Edward hanya te

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Kado Spesial

    Saat Rania dan Edward tiba di sebuah restoran, mereka bertemu dengan seseorang yang sudah lama tidak Rania jumpai."Hai, Andrew! Apa kabar?" sapa Rania dengan ramah, sambil mengulurkan tangan ke arah pria itu.Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh tangan Andrew, Edward dengan sigap menarik tangan istrinya, menjauhkannya dari jangkauan pria lain. Andrew, yang sudah hendak menyambut salam Rania, hanya bisa menarik tangannya kembali dengan ekspresi sedikit terkejut.Rania melirik suaminya dengan kesal. "Kamu apa-apaan sih?" tanyanya, tak habis pikir dengan tindakan Edward yang begitu protektif.Edward menatapnya tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Aku nggak suka ada yang nyentuh-nyentuh istriku, meskipun hanya sekadar salaman," ucapnya tegas.Andrew tertawa kecil melihat sikap Edward yang begitu posesif. "Nggak apa-apa, Rania. Semua pria pasti punya pemikiran seperti suamimu ini. Wajar kalau dia nggak mau istrinya yang cantik dimiliki orang lain," ujarnya santai.Edward langsung meloto

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status