Share

Asi Melimpah

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2025-01-08 20:05:31

“Aku akan membuatmu capek hanya dengan diam saja, sayang,” ujar Naura. Wanita itu mengedipkan mata genitnya pada sang suami.

“Lakukanlah, sayang,” pintanya.

Biar bagaimanapun sebagai seorang laki-laki dewasa, pasti Davin tak bisa jauh-jauh dari hubungan badan. Terlebih tubuh sang istri sudah membuatnya kecanduan. Wangi tubuhnya, pelayanannya sungguh belum pernah Davin dapatkan dari wanita manapun yang pernah ia ajak bercinta sebelum dirinya dan Naura menjalin hubungan.

“Oooooh, sayang,” desah Davin.

Naura mulai melata di puncak dada sang suami sama seperti yang Davin lakukan Naura juga menjilat Puncak dada suaminya dengan gerakan nakal dan menggoda, sesekali dia memberikan gigitan kecil hingga membuat Davin semakin tak karuan.

Satu jarinya bermain di puncak dada sang suami yang terbebas dari sentuhan lidahnya. Desahan demi desahan keluar dari mulut Davin memenuhi kamar mewah mereka. Terlebih setelah Naura melahirkan Davin harus puasa untuk tidak menyentuh sang istri, sungguh hal yang
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Pertama Kali

    Esok harinya, tepat pukul 16.00 waktu kota Sun City, Davin dan Naura akhirnya memutuskan untuk mengajak si kembar ke rumah sakit setelah mendapatkan kabar dari Maria bahwa Bram sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Mereka merencanakan kunjungan ini dengan hati-hati, memastikan segala sesuatu siap, termasuk kebutuhan si kembar.Naura sibuk memeriksa perlengkapan bayi yang sudah tersusun rapi di tas khusus. Davin membantu memakaikan jaket kecil berwarna biru pada Raka dan jaket pink pada Rania. Kedua bayi itu tampak menggemaskan dalam stroller ganda yang sudah disiapkan. Sementara itu, dua suster mereka, yang malam sebelumnya diberi kesempatan istirahat, tampak segar dan membantu menyiapkan keperluan lainnya.“Kita tidak perlu memberitahu Mama kalau kita datang bersama si kembar, ya, sayang?” Naura menatap Davin, memastikan rencana kejutan mereka.Davin mengangguk sambil tersenyum. “Iya sayang, aku juga ingin melihat reaksi Mama saat pertama kali melihat cucu-cucunya. Aku yakin ini ak

    Last Updated : 2025-01-08
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Kesayangan Semua Orang

    “Mommy tolong, Uncle Blam nakaaal! Huaaaaaaaaa huaaaaaa.”Drama di rumah Davin dimulai. Tangisan Raka dan Rania menggema di rumah itu, bahkan mereka berguling-guling di lantai. Bukannya nenangin sang keponakan, Bram justru malah tergelak semakin membuat si kembar kepanasan.Tak terasa, empat tahun telah berlalu. Waktu seolah melaju dengan cepat sejak hari-hari penuh drama yang dahulu membelit keluarga Abimanyu. Kini, Rania dan Raka, yang telah membawa kebahagiaan ke dalam keluarga itu, akan merayakan ulang tahun keempat mereka hanya dalam waktu satu minggu. Meski usianya sudah empat tahun, mereka masih berbicara dengan cadel, sebuah hal yang selalu mengundang tawa kecil dari orang-orang di sekitar mereka.Dari luar, kehidupan keluarga ini terlihat begitu harmonis. Sejak Rania dan Raka berusia dua tahun, Naura memutuskan untuk kembali bekerja sebagai sekretaris Davin, sang suami, yang juga CEO perusahaan besar di Kota Sun City, menolak mencari sekretaris baru, dia hanya mau sang istri

    Last Updated : 2025-01-09
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Pesona Istri Orang

    Naura dan Davin meminta izin untuk membersihkan diri, meninggalkan Rania dan Raka di ruang keluarga bersama Bram dan neneknya. Laura duduk santai di sofa, mengawasi si kembar yang asyik bermain dengan mainan baru yang dibawa oleh Bram. Tawa mereka memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang hangat.Namun, tak lama setelah Naura dan Davin kembali ke ruang keluarga, Bram tiba-tiba meminta izin untuk pulang ke rumahnya.“Emangnya kamu nggak mau makan di sini, Nak?” tanya Laura dengan nada lembut, menatap putra sulungnya yang sudah berdiri, siap untuk pergi.“Hari ini asistenku datang, Ma. Katanya dia sudah ada di rumah. Aku ingin berbincang dengan dia sekaligus memberitahu apa saja tugasnya di rumah itu, baik ketika aku ada di rumah ataupun ketika aku nggak ada di rumah,” jawab Bram dengan tenang.Laura mengangguk pelan, meski tampak sedikit kecewa karena Bram tidak tinggal lebih lama.“Uncle Blam, makasih mainannya ya! Besok apa lagi yang mau Uncle bawain?” tanya Raka dengan suara cadeln

    Last Updated : 2025-01-09
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 157

    Bram duduk di sofa kamarnya, menatap Dinda yang berdiri beberapa langkah di depannya dengan kepala tertunduk. Setelah insiden tak terduga itu Dinda sangat canggung, dia nyaris tak berani menatap Bram. Matanya telah melihat langsung ukuran senjata pria itu.Wanita itu tampak ragu, sesekali mengusap jemarinya seolah ingin menyembunyikan kegelisahannya. Bram menghela napas, lalu membuka percakapan yang langsung menghantam relung perasaan Dinda.“Berapa kali sehari kamu berhubungan badan dengan suamimu kalau di rumah, Dinda?” tanyanya tajam, tanpa basa-basi.Dinda mengangkat wajahnya perlahan, tampak terkejut, namun ia segera menguasai dirinya. “Tidak pernah, Pak. Saya hanya disentuh sekali, itu pun di malam pertama kami. Hanya sebentar, bahkan saya tidak merasakan sakit sama sekali. Dia bilang tidak berhasrat untuk menyentuh saya.”Bram mengangkat alisnya. Jawaban Dinda membuat pikirannya melayang, namun ia tetap menjaga sikapnya. “Lalu, kenapa kamu tetap bertahan dalam pernikahan sepert

    Last Updated : 2025-01-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 158

    Bram melihat Dinda menatap rudalnya penuh minat.“Apa kamu mau menyentuhnya?” tanya Bram.Dengan ragu sambil menggigit bibir bawahnya, Dinda mengangguk.“Sentuhlah,” ucapnya.Bram mengeluarkan tangannya dari gua hangat Dinda, dia duduk sambil merentangkan tangannya di sandaran sofa. Dinda kini berlutut di hadapan pria itu, matanya berkabut menatap rudal dengan ukuran tak biasa itu dan bahkan dia tak yakin benda besar ini bisa menembus lubang sempit miliknya.“Sentuhlah,” ujar Bram.Dinda mengangguk. Tangannya mulai menyentuh benda yang sudah tegang dan berurat itu, tanpa meminta izin Dinda mulai memasukkan benda itu ke dalam mulutnya, tangan kanannya bermain di dua telur milik Bram hingga membuat pria tersebut mulai mendesah karena ternyata wanita yang disangkanya lugu justru sudah melakukan lebih dari yang dia kira.Bram mulai meragu kalau wanita ini, hanya memiliki pengalaman dengan menonton film dewasa. Gerakannya, lumatannya, semuanya seperti sudah berpengalaman.“Aaaaaaah, saya s

    Last Updated : 2025-01-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 159

    “Pagi, ganteng,” sapa Naura kepada suaminya sambil menyusun sarapan di meja makan.“Hmmmm... uaheeeeeem,” Raka, anak laki-laki mereka yang berusia empat tahun, membalas dengan suara khas orang yang masih setengah mengantuk. Ia duduk di kursinya sambil mengusap-usap matanya yang berat.Naura tersenyum melihat tingkah putranya, sementara Davin yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya mengusap kepala si kecil penuh kasih. “Mana Rania, sayang?” tanya Naura sambil melirik ke arah tangga.Raka, dengan gaya khas anak-anak, menjawab dengan bahasa cadelnya. “Itu Mom, lagi diselet sama Nenek. Gak mau bangun dia,” adunya sambil menunjuk ke arah kamar.Davin dan Naura tertawa kecil mendengar laporan polos Raka. “Dulu, Daddy seusia kalian gak cadel deh,” ujar Davin menggoda.Raka mencibir, melipat tangannya di dada. “Tapi kata Nenek, Daddy ompong. Telus udah gede masih minum Asi. Kata Nenek, sampai sekolah masih minum Asi.”Davin langsung mengatupkan bibir, tersipu malu mendengar aibnya diungkap o

    Last Updated : 2025-01-11
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 160

    “Lakukan gerakan seperti yang tadi malam kita tonton,” ulang Bram lagi.“Oke, siap.”Seluruh tubuh Dinda sudah terekam jelas di dalam kamera. Dengan gerakan sensual dia merangkak naik ke atas ranjang, lalu duduk menghadap kamera dengan kedua kaki dilipat ke belakang. Tangannya mulai menyentuh dadanya, memainkan puncaknya sendiri hingga membuat dia terangsang dengan permainannya sendiri.Dinda melepaskan handuk di atas kepalanya, rambut panjangnya masih setengah basah namun gerakan sensual yang ia ciptakan berhasil membuat Bram kepanasan.Bahkan Bram sudah melepaskan celananya, dan mulai bermain Solo, sebab hanya dengan melihat tubuh Dinda yang polos saja sudah membuat miliknya menegang.Semakin tidak bergerak dengan gerakan genit, semakin membuat Bram tidak kuasa menahan hasratnya. Sekali pria itu matanya terpejam dan kepalanya menengadah di sandaran kursi kebesarannya. Bram mengingat betul permainan panas mereka tadi malam. Bahkan dia sempat menonton film dewasa berdua di dalam kama

    Last Updated : 2025-01-11
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 161

    Dinda sedang memasak untuk makan malamnya dan Bram. Tadi Bram menghubunginya akan makan malam di rumah. Tak ada makanan special yang pria itu inginkan sehingga membuat Dinda sedikit kebingungan membuatkan menu makan malam.Jadilah dia memasak steak ayam dengan saus spesial racikannya. Tiba-tiba saja dia terkejut, karena ada tangan besar melingkar di perutnya, memeluk Dinda dari belakang.Beruntung jam segini semua pelayan memang tak diizinkan untuk berkeliaran di ruang utama, sehingga keintiman mereka sangat terjaga.“Paaaaaaak,” ujar Dinda, sambil menjauhkan tubuhnya dari Bram.“Biarkan begini sebentar saja,” jawaban pria itu membuat Dinda yang tadinya hendak protes lagi, terpaksa mengatupkan bibirnya.Tangan Bram mulai menyentuh bagian sensitif di tubuh wanita itu.“Paaaaaaaak nanti kena minyak panas,” ujarnya.Namun pria itu menulikan pendengarannya. Dia terus meremas dada sang asisten pribadi, sambil sesekali mengeluarkan desahan yang tertahan. Bram merasa seperti pria yang sudah

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Peka

    Laura duduk dengan tenang di sofa ruang tamu. Matanya menatap Penelope yang duduk di seberangnya dengan senyum cerah. Wanita muda itu tampak begitu nyaman di rumah ini, seolah tempat ini adalah bagian dari dunianya."Tante, bagaimana kalau kita shopping sekarang? Biar Penelope yang traktir Tante hari ini," ucapnya riang setelah mereka duduk santai.Laura hanya tersenyum tipis. Sekilas, tawaran itu terdengar tulus, tetapi setelah kejadian makan siang tadi, pikirannya mulai dipenuhi dengan pertanyaan. Ini pertama kalinya dia melihat Penelope bersikap terlalu ‘perhatian’ pada keluarganya, terutama pada Davin dan anak-anaknya.Sementara itu, suara tawa samar terdengar dari ruang belajar. Laura tahu Davin sedang menemani kedua anaknya di sana, mungkin membantu mereka dengan tugas sekolah atau sekadar bercanda melepas penat.Laura mengalihkan pandangannya kembali pada Penelope. Ia harus segera mengambil sikap sebelum semuanya semakin tidak terkendali."Maaf ya, Penelope, sepertinya Tante t

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Pantas Marah

    Dua jam berikutnya, makanan pun sudah siap tersaji di atas meja. Aroma masakan yang sedari tadi menguar dari dapur kini memenuhi seluruh ruangan, menciptakan suasana hangat di tengah rumah itu. Laura menepuk tangannya pelan, memastikan semua sudah tertata rapi sebelum akhirnya melangkah ke taman belakang, tempat putranya masih berada."Davin, Sayang, makan siangnya sudah siap. Coba kamu panggil Naura, biar Mama ke atas memberitahu Raka dan Rania," ucapnya lembut.Davin yang sejak tadi duduk termenung di bangku taman hanya mengangguk pelan. Wajahnya tampak letih, pikirannya masih terbayang perdebatan dengan sang istri beberapa waktu lalu."Iya, Ma," sahutnya singkat, mencoba menyembunyikan kegelisahan dalam hatinya.Laura tidak bertanya lebih lanjut. Ia hanya menepuk bahu putranya dengan lembut sebelum berbalik menuju lantai atas. Setibanya di lantai dua, ia mengetuk pintu kamar Raka dan Rania, lalu membukanya pelan.Di dalam, kedua cucunya sedang duduk di tempat tidur masing-masing, a

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Enak

    "Apa Naura cemburu dengan Penelope? Apa mungkin Penelope seperti itu?" tanya Laura dalam hati. Ia mencoba mengingat-ingat bagaimana sikap Penelope selama ini. Setahunya, Penelope adalah anak baik, tidak mungkin berniat merusak hubungan orang lain, apalagi hubungan suami istri.Namun, ucapan Naura tadi terlihat kalau dia begitu terganggu dengan kehadiran Penelope. Jika benar ada sesuatu yang membuatnya cemburu, Laura ingin mengetahuinya sendiri. Ia ingin memastikan apakah perasaan Naura beralasan atau hanya sekadar kecurigaan tak berdasar."Aku harus membuktikannya," gumamnya dalam hati. Ia mengurungkan niatnya membawakan buah untuk Naura dan memilih kembali ke dapur bersama Penelope. Ia akan mengamati lebih dekat, mencari tahu apakah ada hal yang selama ini luput dari perhatiannya.Sementara itu, di taman belakang, Davin masih berusaha menenangkan Naura. Mereka berdiri di dekat bangku kayu panjang yang biasa digunakan untuk bersantai. Cahaya matahari yang mulai meredup tidak cukup unt

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Permintaan Tak Masuk Akal

    Laura dan Penelope melangkah masuk ke dalam supermarket yang cukup besar, hanya beberapa blok dari rumah sementara keluarga Abimanyu. Udara dingin dari pendingin ruangan langsung menyambut mereka, memberikan kesegaran setelah berjalan di bawah terik matahari."Kita beli apa saja, Tante?" tanya Penelope dengan senyum ramah. Wajahnya tampak antusias, seolah benar-benar ingin belajar memasak.Laura melirik daftar belanja yang telah ia buat sebelum berangkat. "Tante akan memasak beberapa menu spesial hari ini. Kita butuh daging sapi, ayam, beberapa jenis sayuran, dan tentu saja bumbu-bumbu dapur," jawabnya sembari mendorong troli.Penelope mengangguk sambil menyesuaikan langkahnya dengan Laura. Dalam hati, ia tersenyum penuh kemenangan. Kesempatan ini adalah jalan terbaik untuk lebih dekat dengan keluarga Davin. Jika ia bisa mengambil hati Laura, maka ia akan punya alasan untuk datang kapan saja ke rumah mereka.Mereka mulai berkeliling supermarket, memilih bahan-bahan dengan teliti. Lau

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tamu Tak Diundang

    Davin membawa keluarganya ke sebuah butik eksklusif yang menyediakan berbagai koleksi pakaian anak-anak. Sejak awal memasuki butik, Raka dan Rania terlihat sangat bersemangat, mata mereka berbinar melihat berbagai pilihan pakaian yang tersusun rapi."Wow, Daddy, lihat! Bajunya bagus-bagus banget! Ini keluaran terbaru deh, Nia belum punya!" seru Rania sambil menunjuk salah satu dress berwarna pastel dengan aksen renda yang elegan.Raka yang berdiri di sampingnya juga tak kalah antusias. "Daddy, Aka mau yang ini!" katanya sambil menarik tangan Davin ke arah sebuah jaket keren yang dipajang di etalase.Davin tersenyum, mengusap kepala keduanya dengan penuh kasih sayang. "Tentu saja, Sayang. Tapi kita harus pilih yang cocok untuk kalian berdua. Meskipun kalian berbeda jenis kelamin, Daddy tetap ingin kalian punya baju yang serasi. Bagaimana kalau kita cari couple outfit?""Keren! Raka mau baju kembaran sama Rania!" sahut Raka penuh semangat.Naura yang berdiri di samping Davin tertawa kec

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Semesta Berpihak Padaku

    "Penelope!" balas Laura, memanggil wanita yang menyapanya.Tampak Penelope melangkah mendekati Laura yang sedang duduk di salah satu meja di restoran cepat saji tersebut. Wajahnya terlihat sumringah, senyum lebarnya menghangatkan suasana. Begitu sampai di hadapan Laura, mereka langsung berpelukan erat, seolah-olah melepas rindu yang sudah lama tertahan.Sementara itu, Naura dan Davin yang duduk di sisi lain meja hanya bisa saling berpandangan. Keduanya sama sekali tak menyangka bahwa Laura mengenal Penelope. Naura terutama, masih mengingat dengan jelas bagaimana pertemuan pertamanya dengan wanita itu yang terkesan meremehkannya."Kamu apa kabar, sayang? Makin cantik aja," ucap Laura dengan nada akrab, menyapa anak dari sahabatnya tersebut."Baik, Tante. Tante sendiri gimana? Tante awet muda banget, loh!" balas Penelope dengan nada ceria, matanya berbinar menatap Laura. "Kalau nggak salah, kita bertemu sekitar sepuluh tahun yang lalu ya, Tan? Untung saja Penelope mampir ke restoran ini

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Salah Sangka

    Fernando terus menatap ke arah Bram dan Davin yang saat ini sedang berbicara dengan Bruno, pemilik tempat hiburan malam tersebut yang juga merupakan teman baik Fernando. Dari sudut ruangan, Fernando memperhatikan dengan saksama, memperkirakan apa yang sebenarnya mereka bicarakan."Aku tak menyangka mereka suka juga ke tempat yang seperti ini. Aku pikir Davin benar-benar lelaki terbaik. Ternyata semua lelaki sama saja, mana betah kami hanya dengan satu pasangan," ucapnya pada diri sendiri, mendesah pelan sambil mengamati mereka dari kejauhan.Fernando menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengaduk minuman di tangannya dengan gerakan lambat. Matanya tidak lepas dari mereka bertiga, terutama Davin. Ada sedikit perasaan tidak percaya dalam benaknya. Selama ini, Davin dikenal sebagai pria yang setia dan tidak tertarik dengan tempat hiburan. Namun, kenyataan di depan matanya menunjukkan sesuatu yang berbeda.Sementara itu, di sudut tempat hiburan tersebut, Davin dan Bram sedang berbicara serius

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bergerak Normal

    "Apa semuanya sudah sesuai dengan yang kamu rencanakan?" tanya Penelope pada Fernando, sambil meliriknya dari sofa mewah berlapis beludru merah yang sedang didudukinya.Tangannya yang ramping menggenggam gelas anggur, menggoyangkan cairan merah di dalamnya dengan gerakan anggun. Cahaya lampu kristal di ruang tamunya yang luas memantulkan kilauan di permukaan gelas, menciptakan bayangan berkilau di meja kaca di depannya.Fernando berdiri tegap di dekat rak buku yang dipenuhi koleksi bacaan mahal dan beberapa lukisan klasik yang sengaja dipajang sebagai simbol kemewahan. Mata pria itu menatap tajam pada atasannya, memastikan tidak ada keraguan dalam Suaranya saat ia menjawab."Sudah, Bu. Anda tenang saja, semuanya sudah saya atur," jawab Fernando tanpa ragu sedikit pun.Penelope menyandarkan tubuhnya, menyilangkan kakinya dengan gerakan lambat dan sensual. Senyuman tipis tersungging di bibir merahnya yang sempurna. Dia menikmati permainan ini, sebuah permainan yang dirancangnya sendiri

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meyakinkan sang Istri

    "Kamu kenapa, Sayang? Masih khawatir aku ketemu dengan Penelope? Makanya ayo ikut," ajak Davin saat wajah istrinya terlihat sendu, menatapnya yang sedang bersiap pergi untuk penandatanganan proyek besar Abimanyu Group di kota ini.Naura menggeleng. Untuk datang? Tentu dia tidak mungkin punya mental yang kuat, apalagi setelah Penelope menatapnya dengan tatapan seakan mengejek kondisinya yang seperti ini. Naura menjadi insecure."Nggak apa-apa kok," jawabnya, tapi sorot matanya tentu tidak membuat Davin percaya begitu saja pada sang istri.Pria itu mendekati Naura, lalu berjongkok di depan kursi roda sang istri. Dengan lembut, ia mengecup punggung tangan wanita yang sangat dia cintai. Bahkan, rasa cintanya sejak dulu hingga kini tidak berubah sama sekali."Aku tahu, di luar sana banyak sekali perempuan jahat. Tapi tidak semua laki-laki menyambut dengan baik wanita yang seperti itu. Laki-laki yang baik akan memilih perempuan yang baik pula. Laki-laki yang tidak baik mungkin akan tergoda

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status