"Gebbie, sedang apa kau di sini?" Katanya sambil mengingat kembali Gebbie saat bersama dengan Mike.
"Aku? Tentu saja aku mencari mu. Eh, orang ini siapa?" Tanya Gebbie."Dia saudaraku." Jawab Marthen."Oh, dia Kakakmu? Kakak, aku sungguh berterima kasih padamu karena telah menjaga marthen-ku dengan baik Oh, sepertinya kopi Kakak habis. Bagaimana kalau aku bantu mengisi ulang kopimu?" Ujar Gebbie.Tapi Gebbie dengan sengaja pura-pura tak sengaja menumpahkan kopi itu sampai mengenai baju Kakak Marthen."Aduh, maaf, maaf! Maafkan aku Kakak! Aku tidak biasanya melakukan hal semacam ini. Tapi tidak masalah, kulihat Kakak sepertinya sudah tidak ingin kopi lagi." Ujar Gebbie."Apa yang aku inginkan itu bukan urusanmu!"katanya pada Gebbie, "Marthen aku memperingatkan mu, aku pergi dulu! Kita bicara lain waktu!" Kata saudara Marthen.Kakak Marthen itu jelas kesal padanya dan akhirnya pergi dari sana setelah terlebih dulu menggeru"Siapa?" Tanya Gebbie."Ikutlah denganku, nanti kau akan tahu." Kata Tuan Warren.Tuan Warren membawah Gebbie ke ruangan CEO Jackson kakek dari Rey, Jimmie dan Joy."Selamat malam." Sapa Gebbie."Oh, ada sesuatu di pakaianmu." Kata CEO Jackson."Apa?" Gebbie menundukkan kepalanya memeriksa pakaiannya."Tidak usah menunduk begitu, senang rasanya aku dikasih hormat dua kali." Canda CEO Jackson.Gebbie tertawa..."Selera humor kakek keren juga." Kata Gebbie sambil memberikan jempol pada CEO Jackson."Ah, apa itu sebuah pujian? Hahaha..." Kata CEO Jackson."Maaf atas apa yang terjadi di hari itu, aku sangat khawatir kalau aku menghancurkan pesta pernikahan kakek waktu itu." Kata Gebbie."Tidak perlu khawatir." Ucap CEO Jackson."Tapi kenapa kakek ingin bertemu dengan aku?" Tanya Gebbie."Maaf, tapi aku memang sudah mencari tahu tentang dirimu, ini pertama kalinya aku
Jimmie yang kebetulan lewat melihat hal tersebut dan mengajak Gebbie untuk naik."Hei baju panas!" Panggil Jimmie.Si pegawai hotel melepaskan Gebbie dan menunjukkan kepalanya pada Jimmie."Apa yang kau lakukan disini? Ayo pergi." Jimmie mengajak Gebbie naik ke lantai atas.Si pegawai hotel segera menundukkan kepalanya juga pada Gebbie dan meminta maaf. Mereka lalu naik kelantai atas dan Gebbie bertanya tentang ponsel dan pakaiannya yang tertinggal."Apa ada orang yang ponselnya juga tertukar? Lalu seragam sekolahku? Atau karangan bungaku?" Ucap Gebbie.Sayangnya, pegawai di lantai suite tidak mengetahui mengenai telponnya yang tertukar maupun mengenai bajunya yang tertinggal."Aku tidak lihat apa-apa kemarin." Kata pegawai suite."Kau tidak membuangnya karena itu jelek dan usang kan?" Tanya Gebbie memastikan sekali lagi."Aku juga tidak tahu." Kata si pegawai di kamar suite.Dengan putus asa G
"Dia adalah tunangan sungguhan mu, dia adalah cucu putri CEO SS Group." Kata tuan Warren."Apa-apaan? Maksudmu aku ini sedang dijodohkan, begitu?" Protes Rey."Kau harus bertemu dengannya hari ini dan pastikan kau ramah padanya, kesan pertama adalah yang terpenting." Kata tuan Warren "Aw, ayolah! Kenapa kau begini padaku?" Rey merengek pada tuan Warren."Pikirmu kau akan kubiarkan setelah buat keributan di pernikahan kakekmu?" Ucap tuan Warren.Meski kesal Rey mencoba untuk tidak memikirkannya."Oh, terserahlah!" Ucap Rey dan masuk ke kamarnya.Tuan Warren juga menambahkan ia harus datang apabila ia ingin tetap ada dalam daftar pewaris Hokkaido Group. "Kau sebaiknya pergi bertemu dengannya kalau kau ingin jadi pewaris Hokkaido Group." Tegas tuan Warren.Rey kesal dan melempar tuan Warren dengan sendalnya, namun tuan Warren dengan cepat pergi dan lemparan Rey tidak mengenainya."Ah! Sial! Ters
"Apa kau sudah gila? Kau tak tau tempat seperti apa itu, astaga kau benar-benar bodoh. Disitulah tempat tinggal tiga bersaudara dari Hokkaido Group. Mereka bertiga adalah keluarga Kerajaan di negara ini dan kau punya kesempatan untuk tinggal di tempat seperti itu tali kau malah buat kopi di tempat seperti ini?""Bagiku suara ini bagaikan tumpukan uang di rekening bank-ku! Aku harus bekerja keras!" Jawab Gebbie."Kau gila? Ini kesempatan bagimu untuk mengatur ulang hidupmu, jadi kenapa kau malah tak mau kesana?""Karena itulah aku tidak mau kesana! Aku saja bukan berasal dari keluarga orang kaya, tapi aku punya harga diri, tahu! Aku akan melindungi kehidupanku sendiri." Ucap Gebbie.Saat Joy menyadari ponselnya tertukar ia segera menghubungi nomernya, saat itu pula kebetulan ponselnya yang dibawa oleh Gebbie baterainya habis."Apa-apaan ini? Ponsel ini bukan milikku. Astaga mana tidak di angkat lagi, banyak lirik dan demo lagu di ponsel it
Keesokan harinya, Gebbie terbangun dan segera ia mandi dan bersiap-siap untuk pergi bekerja di bioskop yang menjadi salah satu tempat kerja paruh waktunya. Saat di persimpangan jalan, ia berpapasan dengan Jimmie, namun Jimmie terlihat sangat menyedihkan, ia berjalan tanpa arah dan tujuan sambil terus melamun. Awalnya Gebbie ingin menghampirinya namun ia teringat waktunya tidak banyak lagi."Ah sudahlah, aku tak ada urusan dengannya, aku harus cepat, nanti aku terlambat." Gumam Gebbie.Sampai di bioskop ia bekerja dengan giat dan hingga malam harinya saat mulai sepi..."Kau sudah selesai, kan?" Tanya rekan kerjanya sambil membawah dua cup popcorn ditangannya."Iya." Jawab Gebbie sambil menguap."Tak ada penonton di teater 05, ayo kita nonton film." Ajak rekan rekannya sambil menyodorkan popcorn."Film dan popcorn? Sepertinya seru. Aku akan segera kesana!" Kata Gebbie."Baiklah!" Jawab rekan kerjanya.Gebbie dan t
"Aku tidak punya rumah untuk kembali." jawab Gebbie."Mustahil kau tidak punya rumah, cuci piring karena sudah aku izinkan kau untuk menginap, dan pulanglah besok pagi, nanti akan ku telfon, aku mau pergi dulu, aku ada urusan di luar." Kata Joshua.Gebbie lagi-lagi hanya diam saja, dan sebelum Joshua pergi ia menatap Gebbie yang tampak menyedihkan itu dengan penuh perhatian."Itu mustahil, kan?" gumam Joshua.Setelah ia selesai makan, ia membersihkan rumah Joshua dan juga mencuci piring, setelah itu dia naik ke kamar lantai dua dan mulai berbaring untuk tidur, ia mencoba memejamkan matanya, tapi ia tidak bisa tidur.Ia lalu ke ruang tamu untuk duduk sebentar namun ia menemukan sebuah kertas yang di tulis oleh Joshua di meja."Gebbie tidurlah dengan nyenyak. Jangan lupa besok kau harus pulang, kenapa kau sangat marah tadi? Aku tidak akan tinggal diam jika ada yang mencoba menyakitimu." Ucap Joshua.Gebbie tersenyum kecil
"Boleh aku utang sebentar?" Ucap Gebbie pada temannya yang kerja di minimarket."Kalau bisa tahu, bakalan ada masalah! Kau tau sendiri dia." Ucap temannya."Kalau begitu, boleh aku pinjam ponselmu?" Ucap Gebbie.Gebbie pun menelepon ponselnya..."Siapa ini?" Tanya Joy."Aku pemilik ponsel yang sedang kau pegang, kenapa kau tak pernah mengangkat telepon dariku?" Kata Gebbie."Aku juga sudah lama menunggu telepon darimu!". Ucap Rey langsung masuk ke dalam mobilnya hendak pergi."Bagaimanapun, aku tidak bisa baca SMS karena kau!" Keluh Gebbie."Oh, ponsel ini memang selalu dapat SMS." Ucap Joy."Benarkah? Mungkin itu dari orang rumah! Kau bisa buka kunci ponselku?" Gebbie senang."Apa?" Kata Joy."Akan ku beritahu passwordnya ." Kata Gebbie.Gebbie memberitahu passwordnya pada Joy. Setelah mengetahui kode unlock ponsel Gebbie, Joy diminta untuk membacakan pesan teks yang masuk.
Dalam kehangatan toko yang sederhana, Gebbie merasa seperti mendapatkan kembali secercah harapan. Pria tua itu menyuguhkan secangkir teh hangat dan sepotong roti kepada Gebbie, sementara hujan terus turun di luar."Duduklah, nak," ucap pria tua itu dengan senyum ramah. "Aku senang bisa membantumu.""Terima kasih banyak pak." Ucap Gebbie penuh rasa syukur.Gebbie duduk di kursi kayu di dekat meja, menyeruput teh hangatnya dengan penuh rasa syukur. Dia merasa seperti menemukan sumber kehangatan baru setelah melalui malam yang gelap dan dingin."Pertanyaanmu pasti banyak," ujar pria tua itu, duduk di hadapannya. "Aku dengarkan dengan senang hati."Dengan hati yang terbuka, Gebbie menceritakan kisahnya kepada pria tua itu. Dia menceritakan tentang bagaimana dia diusir dari rumah tanpa alasan yang jelas, tentang perasaannya yang terluka dan kehilangan. Pria tua itu mendengarkan dengan penuh perhatian, kadang mengangguk-angguk mengerti. Setelah