Mohon maaf, seharusnya hari ini saya upload dua bab namun nampaknya karena kondisi tubuh saya yang sakit dan tidak melakukan aktifitas di pagi ini, jadi hanya satu bab yang saya upload harap maklum
“Minaaahh!”Ucok serta Pak Dani langsung menghampiriku yang terbangun dari tidurku pada saat itu.Aku yang masih belum sadar bahwa aku sudah berada di tengah-tengah perkebunan warga hanya menunduk seakan-akan tidak percaya atas apa yang aku alami pada saat itu.Tanganku yang kini berlumpur langsung aku dekatkan ke arah muka, aku benar-benar belum bisa mempercayai apa yang Satria katakan pada saat itu.“Tidak, tidak!”“Tidak mungkin itu Ayu, tidak mungkin itu Ayu!”“Kamu jahat Satria, kamu jahat!”“Ayu anak yang polos, cantik dan pintar adalah penyebab dari semua ini?”“Penyebab dari terbunuhnya warga desa dalam beberapa hari ini?”“Aku benar-benar tidak percaya, tidak percaya!”Aku tertunduk, tubuhku yang sebagian basah karena jatuh dari tanah gambut yang berlumpur tidak aku sadari hingga saat ini.Bahkan realita bahwa aku sudah terbangun pun tampaknya masih belum aku percayai sekarang.“Minaah, Minah!”Pak Dani akhirnya mendekatiku, dia memegang salah satu pundakku dan memastikan bah
ArggghhhAku pergi dengan perasaan kesal, meninggalkan mereka berdua dengan emosi yang memuncak.Bagaimana tidak, kenapa semua yang ada di desa ini, termasuk Satria yang aku temui di dalam tidurku semuanya menuduh Ayu yang menjadi penyebab semua ini.“Kenapa?”“Kenapa?”Aku benar-benar tidak habis pikir, memang apabila aku membiarkan Satria datang dan mengajak Ayu mati pada malam itu, mungkin teror ini tidak akan berlanjut seperti ini.Namun, itu bukanlah solusi, bisa saja ada solusi lain tanpa mengorbankan Ayu.Anak kecil yang bukan darah dagingku sendiri, dan secara perlahan-lahan rasa sayangku yang perlahan muncul ketika aku menikah dengan Satria, tak mungkin melakukan itu semua.Arghh!Aku merenyit kesakitan, tanah basah dan berlumpur di sertai dengan akar-akar dari lahan gambut yang mencuat ke tanah membuatku kesakitan ketika melangkahkan kakiku di perkebunan ini.Aku berjalan tanpa alas kaki, dengan kondisi yang gelap, serta hanya lampu lima watt saja yang menyala di kejauhan ya
BrugggTubuhku melayang hingga terjatuh ke tanah dengan sangat keras, aku yang sedang berlari tiba-tiba ditabrak dari arah kiri sehingga keseimbanganku goyah pada saat itu.Benturannya sangat keras, aku merasakan bagaimana salah satu tangan dan tubuhku terbentur begitu keras sehingga merasakan sakit yang luar biasa, aku merenyit kesakitan, gigiku digertakan untuk menahan rasa sakit yang kurasakan.Samar-samar, aku yang terjatuh pun mendengar Pak Dani berbicara dengan sedikit berteriak ke arahku. Dia mengatakan bahwa aku harus sadar atas apa yang terjadi, dan jangan bertindak lebih jauh melebihi apa yang aku lakukan sekarang. Karena hal itu akan berbahaya bagi diriku sendiri.“TIDAAAAAAAKKK!”“AKU TIDAK MEMPERCAYAI KALIAN SEMUA!”“KALIAN SEMUA TIDAK PUNYA HATI SAMA SEKALI.”Aku berteriak sambil menahan sakit, Pak Dani yang menangkapku hingga aku terjatuh langsung aku tepis kembali, aku benar-benar marah melihat Pak Dani yang berusaha sekuat tenaga untuk menahanku pada saat itu.Sedangk
DegAyu yang melihatku yang berteriak di sana tidak menyangka bahwa ada aku yang sedang melihatnya dengan kondisinya yang seperti itu.Entah mengapa, ketika aku berteriak kepadanya, secara tiba-tiba bayangan yang membuatnya melayang tiba-tiba membuatnya turun secara perlahan. Dia mendekatiku dengan wajahnya yang tertunduk secara tiba-tiba.Bayangan hitam yang solid yang mengelilingi tubuhnya menghilang secara perlahan menjadi berbentuk asap, bersamaan dengan turunnya Ayu ke tanah.Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya pada saat itu, begitu pula dengan Pak Dani yang melihatnya di belakangnya. Sedangkan Ki Sakti tampaknya tidak sadar atas apa yang sedang aku lakukan, karena matanya terus terpejam dan mulutnya bergumam seperti sedang dikendalikan oleh sesuatu pada saat itu.Aku benar-benar tidak menyangka bahwa ada sesuatu yang aneh di dalam tubuh Ayu, sebuah bayangan hitam yang mungkin saja penyebab dari ini semua. Namun tidak seharusnya Pak Dani juga warga desa yang mengetahui tentan
Ketika seseorang sedang fokus untuk mengerjakan sesuatu, dia pasti tidak akan mempedulikan apa yang terjadi di sekitarnya. Apalagi, ketika hal itu menyangkut hal-hal gaib atau tentang keilmuan yang dia pelajari.Sehingga, untuk orang-orang yang seperti Ki Sakti, ketika sedang melakukan sesuatu, yang dia lakukan hanyalah menyelesaikan hal tersebut tanpa mempedulikan apa yang terjadi di sekitar dirinya.Namun, Pak Dani berteriak dengan sangat keras. Karena dia tahu satu-satunya cara agar Ki Sakti bisa kembali sadar dan menghentikan apa yang dilakukannya hanyalah dengan meneriakinya.Benar saja. Setelah Pak Dani berteriak, tiba-tiba tubuh Ki Sakti seperti tersentak oleh sesuatu, membuat tubuhnya terguncang seketika bersamaan dengan kedua matanya yang terbuka secara tiba-tiba.Pak Dani yang melihat Ki Sakti membuka matanya, langsung menyilangkan tangannya sebagai tanda apa yang dia lakukan harus dia hentikan untuk sementara.Ki Sakti yang melihatku yang sedang memeluk Ayu di ujung sana, b
Pak Dani, sosok yang paling dihormati, sosok yang paling bijak di Desa Muara Ujung, juga sosok yang paling membawa pengaruh bagi warga desa agar mereka semua bisa bersatu di atas sifat mereka yang berbeda-beda dari kampung asal mereka.Pak Dani yang mempunyai sifat kepemimpinan dan rela mengorbankan apapun demi kehidupan warganya kini terlihat mengerikan, dia berdiri dengan banyak sekali batang-batang pohon yang menancap ke arah tubuhnya sendiri.Batang-batang pohon yang muncul entah darimana tiba-tiba muncul setelah bayangan tersebut menusuknya dari berbagai arah.Darah segar mengucur dari berbagai arah, mulutnya mengeluarkan darah sehingga giginya yang putih kini berubah menjadi merah dengan rasa sakit yang dia rasakan.Cough, cough, cough.“Mi, Mi, Minaaaaaahhhh!”Di saat-saat seperti itu pun, Pak Dani masih terlihat bisa memanggilku, salah satu tangannya yang berlumuran darah karena tertancap oleh batang pohon yang menembus pergelangan tangannya dia angkat ke arahku.Aku bisa deng
Malam ini benar-benar terasa sangat panjang, sepertinya sang bulan lebih berkuasa dan tidak ingin matahari untuk segera menggantikannya.Bintang-bintang yang berkelip dari kejauhan hanya menjadi sebuah saksi bisu atas apa yang sedang terjadi di Desa Muara Ujung, mereka hanya memandang kita semua yang sedang ketakutan tanpa bisa membantu apapun dari atas sana.Aku benar-benar ingin semuanya berakhir, semuanya ingin kembali normal, bahkan mungkin aku ingin kembali melompati waktu ke beberapa tahun ke belakang dimana aku pertama kali bertemu dengan Satria.Apabila aku sudah tahu akan terjadi hal seperti ini, aku tidak akan menerimanya, tidak akan mengangguk ketika dia membuka sebuah kotak cincin di depan para karyawan di tempat kerjaku pada saat itu.Juga, aku juga tidak akan setuju untuk mengurus anak itu setelah aku tahu bahwa dirinyalah penyebab dari semua ini.Namun, semuanya sudah terjadi, aku hanya bisa berlari dan memainkan peranku, sebuah peran pengganti dari Pak Dani yang dengan
Entah sudah jam berapa sekarang, namun matahari sepertinya masih enggan untuk menampakan dirinya dan mengusir semua yang jahat di Desa Muara Ujung ini.Langit masih dikuasai oleh bulan dan bintang-bintang yang menyinari dengan sinarnya yang redup, ditambah dengan angin dingin yang berhembus kencang sehingga membuat hutan yang ada di dekat desa terlihat seperti sebuah tempat yang benar-benar menyeramkan dan begitu mistis.Hal itu benar-benar dirasakan oleh Adi, Supri, Tono dan Ali, yang kini berpencar ke segala arah untuk mencari sesuatu yang mereka sendiri belum tahu bentuknya seperti apa.Senter-senter yang mereka bawa kini di arahkan ke berbagai sudut dari tempat itu.Tempat yang diisi oleh batu-batu besar di tengah hutan yang saling bertumpuk satu sama lain, batu yang mencuat dari tanah seperti sebuah bongkahan dari bekas letusan gunung yang batunya terlempar ke tempat ini.Batu-batu tersebut sebagian sudah berlumut, bahkan beberapa dari mereka terdapat sebuah pohon yang tumbuh di