Hari ini tepat seminggu aku bekerja di perusahaan ini sebagai resepsionis. Dan kabar dari universitas itu belum ada sama sekali. Mungkin sudah jalannya aku harus bekerja dulu untuk mengumpulkan hasil demi masa depanku sesuai dengan niat awalku.
Aku sangat menikmati hari- hariku bekerja di perusahaan ini. Dan sejauh ini aku tak menemukan ada kendala sama sekali. Aku begitu bersemangat mengerjakan pekerjaanku, meski begitu sebenarnya ada sedikit yang menggangguku. Dan hal itu adalah wanita yang kulihat bersama ayah tempo hari saat pertama kali aku ke perusahaan ini untuk mengantar lamaran kerja. Wanita itu sekantor denganku, dan yang membedakan adalah sebuah jabatan. Ia adalah sekretaris bos di perusahaan ini. Akupun tak ingin memperkenalkan diri atau menceritakan semuanya tentang keluargaku padanya dan akupun tak ingin ia mengetahuinya bahwa aku adalah anak lelaki yang ia temani untuk berkencan.
Di kantor tempatku bekerja aku benar- benar focus pada pekerjaanku dan akupun tak bergaul dengan siapapun itu. Ketika jam makan siang tiba aku makan sendiri di pantry, dan ketika jam pulang kantor tiba, akupun pulan sendiri. Aku hanya bicara seadanya dan seperlunya pada orang yang mengajakku berbicara, bukannya aku pemalu tapi sejak dulu memang aku terbiasa tanpa teman dan anti sosialisasi. Temanku hanyalah kegelapan, kehampaan dan kesunyian sejak ibu benar- benar pergi meninggalkanku.
Meski aku sering merasa orang- orang sekitarku di kantor menganggapku aneh tapi aku tak memperdulikan itu semua, karena tujuanku hanya satu yaitu focus bekerja demi mendapatkan hasil yang halal.
Aku tau, jika di belakangku aku menjadi topic pembicaraan mereka tapi tetap aku tak peduli dengan semua itu. Menurutku semua itu tidak penting, yang terpenting adalah menyelesaikan pekerjaanku dengan baik, karena aku tak ingin bekerja tapi perusahaan kecewa dengan caraku bekerja.
Aku di didik ibu dengan kelembutan tapi aku bekerja dengan penuh ketegasan, yang bukan menyangkut pekerjaan aku masa bodo. Aku tak peduli orang- orang dikantorku berkata apa tentangku yang memang bersikap dingin. Bahkan bos ku sendiripun haran dengan sikapku yang dingin, karena wanita lajang maupun yang telah memiliki pasangan berlomba- lomba mencari simpatik pad abos perusahaan karena memang bos di kantorku ini boleh terbilang masih muda dan berbakat memimpin sebuah perusahaan.
Tapi aku tak seperti mereka, itu sebabnya mereka heran dengan sikapku yang dingin karena aku tak bergaul dengan siapapun itu. Aku benar- benar hanya focus dengan pekerjaanku saja, tak lebih dari itu.
*****
Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan, entah mengapa aku merasa sangat lelah. Mungkin inilah rasanya orang bekerja. Bagaimana dengan ibu dulu yang mengurus banyak pasien di rumah sakit dan ketika pulang ke rumah ibu mengurusku juga. Tak banyak waktu yang ia miliki untuk dirinya sendiri. Ibu benar- benar melakukan semua itu tanpa sedikitpun aku mendengar keluhan yang keluar dari mulutnya semasa aku bersamanya hinga ibu benar- benar meninggalkanku selama- lamanya.
Setelah aku membersihkan badanku, aku menyiapkan makan malamku dan bergegas beristirahat di kamar. Seperti biasa aku menyapa teman- temanku sebelum aku benar- benar tertidur sambil menikmati teh jahe merah hangat kesukaanku.
Malam yang selalu di temani oleh bintang- bintang di langit dengan penuh kesetian dan tanpa lelah meyapaku dengan hangat, seolah menyambutku dan mengatakan selamat malam untukku. Angina yang berhembus seolah memberiku kesejukan malam hari. Kehampaan yang setia menemaniku pun berusaha menghiburku setelah seharian aku bekerja. Itu yang membuatku selalu merasa bahwa aku tak butuh yang lain. Mungkin kedengarannya aneh tapi itulah kenyataannya.
Lantunan music klasik menambah suasana malamku menjadi benar- benar sangat nyaman, bahkan lelah yang kurasakan setelah bekerja seharian lenyap seketika. Suasana ini benar- benar membuatku sangat relax.
Meski begitu aku tetap merindukan kehadiran ibu yang selalu menemaniku. Tapi aku harus belajar untuk mengikhlaskannya, karena aku yakin meski ibu benar- benar pergi meninggalkanku tapi ibu selalu ada untuk melihatku. Aku harus mewujudkan keinginan ibu agar ibu tak kecewa padaku.
Aku tau ibu sudah bahagia di sana kerena mungkin ibu sudah bertemu dengan suami dan anaknya, tapi aku rasa ibu akan lebih bahagia lagi jika aku mewujudkan impian ibu. Aku harus bekerja dengan keras untuk mewujudkan itu semua.
Tapi di sisi lain entah mengapa otakku berfikir lain, sepertinya setelah apa yang ibu inginkan dariku terwujud, aku akan menyelesaikan semua masalah perasaanku yang selama bertahun- tahun terpendam dengan penuh kepedihan.
Meski aku tak ingin mengotori hatiku dengan hal yang mungkin sudah tak penting lagi, tapi entah mengapa hatiku seolah mengarahkan ku bahwa aku harus melakukannya dan meraka harus membayar semua kepedihan yang aku rasakan selama bertahun- tahun.
Dan entah mengapa aku sangat ingin melihatnya merasakan apa yang aku rasakan setelah mereka membuangku kejalanan hingga nyaris meninggal, bahkan aku ingin melihat mereka merasakan sesuatu hal yang lebih parah dari apa yang aku rasakan selama ini.
Yah, sepertinya memang ada saat di mana aku melakukan itu semua, meski saat ini aku belum bisa melakukan itu semua.
Malam semakin larut dan teh jahe merahku pun sudah ku habiskan, mungkin saatnya aku beranjak dari teras kamar ibu untuk mengistirahatkan tubuhku yang lelah karena seharian bekerja.
Saat aku merebahkan tubuhku di tempat tidur, lagi dan lagi aku kesulitan untuk memejamkan mataku untuk beristirahat. Mungkin aku sudah terbiasa begadang ketika aku belum kerja, namun kini aku sudah bekerja dan aku harus secepat mungkin beristirahat agar aku tak telat untuk berangkat di kantor. Berbagai macam cara ku lakukan agar aku dapat memejamkan mataku, namun ketika aku mulai memejamkan mataku aku selalu melihat bayang- banyang ayah dengan wanita itu. Ada apa dengan diriku! Apakah karena aku sudah merencanakan sesuatu agar mereka dapat membayar semua kepedihan yang selama bertahun- tahun aku rasakan semenjak mereka membuangku ke jalanan!
Aku hanya manusia biasa yang tak sempurna, terkadang pikiranku kemana- kemana. Tapi untuk hal itu mungkin aku harus benar- benar melakukannya agar mereka sadar dengan apa yang pernah mereka perbuat terhadap diriku sebagai pembawa sial di dalam keluarga menurut mereka.
Setiap momen dan setiap sesuatu hal yang ingin aku lakukan, aku selalu menuangkannya ke dalam buku harianku agar ketika aku memiliki rencana besar aku dengan muda dapat menyusunnya dengan rapih, karena aku terbiasa dengan sesuatu yang perfect.
Perlahan mataku mulai terpejam dan aku mulai mengistirahatkan tubuh beserta otakku yang bekerja seharian. Otak dan tubuhku harus selalu fresh karena kedepannya sebuah rencana besarku akan aku lakukan dengan sendiri. Dan akupun tak ingin semuanya berantakan hanya karena aku tak memperhatikan dan merawat kesehatan tubuh serta otakku.
Tak terasa aku bekerja sudah sebulan di perusahaan tersebut. Wanita simpanan ayah yang yang bekerja sebagai sekretaris bos di kantor sudah mulai menunjukan sikap aslinya yang mulai menyebalkan. Dan aku tetap tidak memperdulikannya. Ia berusaha membuatku jengkel karena ia selalu mencari sela dalam diriku untuk berbicara dengan dekat, tapi aku tak pernah memberikannya peluang karena aku tau siapa dia sebenarnya.Beberapa rekan kerjaku memang berusaha mendekatiku untuk berteman denganku tapi entah mengapa aku tak sembarang ingin mempercayai seseorang untuk berteman denganku. Aku rasa tidak nyaman saja meski aku sudah mencobanya berkali- kali tapi rasa ketidaknyamanan itu selalu datang lebih awal dari pada kenyamanan. Terlebih lagi rekan kerja lawan jenisku. Mereka tak ku beri peluang sama sekali sebab aku memang tak berfokus pada hal lain. Aku sudah enjoy dengan kesendirianku, intinya aku di perusahaan ini hanya untuk bekerja bukan untuk berfokus pada hal lain.
Malam yang kelam membuatku kembali merenungkan apa yang pernah telah terjadi kepadaku, seolah hatiku ingin melakukan sesuatu yang sangat besar dan membuat mereka yang telah membuangku akan terkejut dengan sesuatu besar itu.Aku masih memikirkan tindakan atau langkah apa yang akan aku lakukan untuk membalas seluruh kepedihan sejak mereka membuangku kejalanan.Mungkin suatu saat aku akan belajar tentang strategi apa yang akan aku lakukan, mungkin mulai dari mempelajari psikolog seseorang agar aku dengan muda mempermainkan psikologi mereka. Jika secara fisik mungkin akan bentrok karena karakter mereka semua sama yaitu sama- sama keras yang tak berfaedah. Jadi mungkin secara psikologi mereka yang akan aku serang, karena menurutku akan lebih menyakitkan jika mereka merasakan kepedihan yang amat pedih jika hati yang paling terdalam mereka yang aku serang.Target utamaku adalah ayah dan mama, kemudian selanjutnya adalah kedua k
Hari demi hari kulalui dengan hal- hal yang menurutku mungkin memang monoton. Aku harus mengubah ritme hidupku, aku tak boleh seperti ini. Dalam kehidupanku paling tidak ada sedikit perubahan yang ku lakukan. Tapi aku memulainya dari mana! Meski awalnya aku bingung, tapi aku berusaha belajar dari hal- hal kecil. Memang sulit tapi sudah seperti itulah yang harus aku lakukan agar hidupku sedikit lebih berwarna.*****Tekanan demi tekanan yang aku dapatkan di lingkungan pekerjaanku, tidak hanya pada teman- teman kantor tapi tekanan pada pekerjaan dan salah satunya adalah bosku sendiri. Ia berusaha mencari- cari kesalahan di dalam pekerjaanku. Meski aku mengerjakan semua pekerjaanku dengan baik, tapi selalu saja diantara teman- teman kantorku tersebut berkonspirasi agar pekerjaan yang akan ku setor pada bos perusahaan berantakan. Tapi untung saja aku selalu mendapatkan bukti bahwa itu adalah salah satu ulah orang kantor yang memang berkonspirasi
Hari-hari aku menjalani hidupku dengan sendiri. Hingga suatu saat aku bertemu dengan orang yang membuatku benar- benar nyaman. Nyaman ketika aku bertatapan dengannya, nyaman ketika aku mendengar suaranya. Tapi aku tetap dengan pendirianku bahwa aku tak butuh siapapun dalam hidupku saat ini, karena aku sudah terbiasa dengan kesendirianku sejak ibu pergi meninggalkanku untuk selama- lamanya.Orang itu berusaha mendekatiku, tapi tetap saja aku berusaha pada pendirianku meski ia berusaha semaksimal mungkin. Bagaimana caranya aku dapat melunturkan pendirian yang selama ini aku tananmkan pada diriku hanya karena lelaki yang mungkin ia membuatku nyaman hanya sesaat saja.Aku bekerja dengan begitu keras, sehingga aku tak memperdulikan lagi tekanan demi tekanan di dalam kantorku. Bahka sekretaris simpanan ayahpun berusaha untuk mengambil perhatian pria yang telah membuatku nyaman.Pria itu adalah seorang manager baru di kantorku,
Seiring berjalannya waktu, aku dan Romi semakin dekat tapi hanya sebatas teman karena aku memang tak memberi ia ruang lebih untuk masuk terlalu dalam di kehidupanku. Aku ingin ia tau batasannya sebagai seorang lelaki yang berteman dengan seorang wanita sepertiku, dan akupun harus tau diri ketika berteman denga seorang pria seperti Romi. Aku tidak ingin ada konflik karena Romi menganggap pertemanan kami lebih dari sebuah hubungan teman.Meski Romi berkali- kali nyatakan perasaannya terhadapku tapi berkali- kali juga aku menolaknya. Aku hanya mengatakan padanya jika ia masih ingin dekat denganku, tolong jangan membuat hubungan ini lebih dari sebuah pertemanan biasa. Jika ia setuju dengan apa yang telah menjadi kesepakatan tentu ia akan berusaha menepis perasaannya padaku, karena memang aku belum ingin menjalin hubungan lebih dengan seseorang. Itupun ia beruntung dapat menajdi temanku, tapi bukan berarti ia menjadi seorang teman yang akan mengetahui s
Sebuah konfilk baru datang menerpaku, aku di fitnah oleh wanita sekretaris kantorku sendiri. Aku di fitnah tentang pencurian dana kantor. Hal ini sangat tidak masuk di akal karena aku saja sendiri bukan bagian keuangan. Saat itu cctv kantor rusak dan aku tak memiliki bukti untuk menunjukan bahwa aku tidak bersalah. Bahkan Romi pun tak dapat mempercayaiku karena aku tak memiliki bukti yang dapat menunjukan bahwa aku tidak bersalah.Akhirnya aku di pecat dari kantor. Tidak masalah, karena aku akan mencari tau dalang dari semua ini. Aku memang terlihat lugu dan dingin di hadapan seluruh rekan- rekan kantorku tanpa terkecuali. Bahkan aku dan Romi pun jika di kalangan kantor kami saling cuek, hanya diluar lingkungan kantor saja kami akrab sebagai teman.Aku berusaha semampuku untuk mengetahui siapa yang mencuri uang perusahaan. Karena aku tidak menerima jika diriku di fitna seperti itu, karena ibu mendidikku menjadi seorang anak yang bertanggung
Tidaaaaaakkkkkkk………!!!Aku terbangun dari mimpi burukku. Aku melihat Romi di bunuh seseorang karena telah menolongku dari fitnah yang telah di sebar oleh wanita sekretaris itu. Jantung Romi di tusuk beberapa kali oleh orang suruhan wanita sekretaris itu. Darah Romi terciprak di wajahku yang sempat Shock melihatnya.Ini seakan sangat nyata, dan aku tidak mengetahui bahwa maksud dari mimpi tersebut itu apa. Aku beranjang dari tempat tidur untuk mengambil air minum yang selalu ku siapkan di atas meja riasku. Kulihat jam di smartphoneku ternyata masih pukul 02:15 dini hari.Aku berusaha memperbaiki perasaanku yang sedang tak enak karena mimpi tersebut. Aku duduk di teras kamar sambil menikmati angin malam yang dingin, lampu remang- remang mneghiasi taman mini rumah ini yang terlihat dari atas kamarku.Kegelapan malam ini mendekapku begitu erat seakan tau akan kegelisahaan hatiku saat ini. Ta
Siang ini aku dan Romi akan ke sebuah rumah makan untuk makan siang. Bukannya kami tak mampu makan siang di tempat yang sedikit bagus, tapi aku memaksa Romi makan siang di warung pinggir jalan. Langganan ibu dulu. Di tempat itu di sediakan prasmanan dan rasanya tak kalah dengan menu tempat makan setingkat di atas warung makan tersebut.Ketika Romi menjemputku dan hendak kami hendak pergi, terlihat dari kejauhan sosok pria yang seperti sok salah satu kakaku. Aku melihatnya sedang mengintai sebuah rumah dekat rumah ibu yang aku tinggali. Gerak- geriknya sangat mencurigakan, dan entah apa yang ingin ia lakukan dengan rumah tersebut.Aku memberi tau Romi untuk memperhatikan pria yang seperti sosok salah satu kakak ku tersebut dari balik pagar rumah, untuk memastikan bahwa dugaan ku salah bahwa yang mengintai salah satu rumah di dekat rumah Ibu yang ku tinggali adalah salah satu kakak ku.Tak lama kemudian orang itu masuk di rumah yang ia intai dengan cara mengendap-
Disisi lain Romi tak memiliki anak dari selingkuhan yang ia nikahi secara siri, dan kehidupannya pun kini semakin merosot. Romi dan selingkuhan nya kini hidup semakin sulit, di tambah lagi selingkuhan yang ia nikahi itu memiliki pria lain.Usaha mantan mertuakupun kian merosot dan orang kepercayaan Romi telah menggelapkan dana perusahaan lalu menghilang. Romi seakan gila akibat tak memiliki aset lagi sama sekali.Oleh sebab itu selingkuhan Romi yang ia nikahi kini berpaling karena Romi tak memiliki apa-apa lagi. Dan itu semua aku ketahui dari salah satu mantan karyawan Romi yang di pecat saat aku tak sengaja bertemu di sebuah swalayan ketika hendak berbelanja untuk kebutuhan putriku.Namu berbanding terbalik denganku, saat ini masalah materi bukan menjadi masalah utama dalam kehidupanku karena putriku memiliki rezeki yang bagus. Tapi yang menjadi masalah utamaku dalam kehidupanku adalah aku hanya takut putriku kecewa ter
Seiring berjalannya waktu tak terasa usia putriku sudah 5 tahun. Ia pun semakin menganggap bahwa dokter Pras adalah ayahnya, namun perasaan akan takut kekecewaan putriku terhadap ku semakin besar.Aku tak ingin putriku kecewa karena mengetahui bahwa dokter Pras sebenarnya hanyalah ayah angkatnya. Setelah Ki diskusikan kepada dokter Pras tentang hal ini, iapun menanggapi nya dengan santai. Entah apa yang ada di dalam pikiran dokter Pras ini.Hari demi hari telah terlewati, putriku begitu sangat manja terhadap dokter Pras yang ia anggap sebagai ayahnya yang sebenarnya.Aku tak ingin Karena hanya masalah ini justru putriku membenciku, aku tak ingin putriku menganggap bahwa aku telah membohongi nya. Bagaimana tidak putriku sangat pandai menjebak dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terduga.Di tambah lagi ketika putriku meminta untuk berfoto bersama dokter Pras dan denganku juga, memang sepeleh tapi itu
Hari demi hari aku kembali pulih dan dokter Pras tak pernah berubah sama sekali padaku meski aku tak lagi menjadi pasien nya. Dokter Pras makin intens berkunjung ke rumah untuk bermain sejenak bersama putriku. Bahkan dokter Pras memberi nama putriku dengan nama Ratu Wani. Aku tak menjadi masalah mengenai nama pemberian dokter Pras untuk putri ku, mungkin hal itu dapat mengobati kerinduan dokter Pras kepada sang istri yang di mana mereka berdua dulu sangat menginginkan anak. Dokter Pras memperlakukan Ratu layaknya sebagai anak sendiri, bahkan terkadang dokter Pras memenuhi segala keperluan Ratu meski akupun sudah menolaknya berkali-kali karena ketidak enakan ku pada dokter Pras, tapi tetap saja ia melakukannya dengan alasan itu adalah rejeki Ratu yang tak boleh di tolak. Dokter Pras tak ingin melewatkan tumbuh kembang Ratu sedikit pun, dokter Pras sudah sangat menyayangi Ratu layaknya anaknya
Setelah melewati perjuangan demi perjuangan, kini aku sudah menjadi seorang ibu. Rasa haru, bahagia, sedih bercampur jadi satu. Tepat tanggal 10 September pukul 05.00 pagi anak perempuan semata wayangku lahir dan ku beri nama ia Nur yang artinya cahaya, agar ia dapat menguatkan siapapun itu termasuk aku ibunya dengan cahaya yang ia miliki. Aku berharap dengan lahirnya Nur ke dunia yang kejam ini aku dapat kuat menghadapi ujian hidup yang silih berganti. Meski Romi saat ini benar-benar tak ada di sisiku lagi, paling tidak Nur adalah kekuatan ku saat ini. Aku berjuang dengan seorang diri untuk merawat dan membesarkan anak semata wayangku. Aku tak peduli lagi dengan apa yang di lakukan Romi terhadap ku. Penghianatan Romi yang selama ini ia berikan kepadaku, kini aku berusaha melupakan nya demi anakku. Aku tahu saat ini Romi sedang menikmati kebahagiaan nya bersama Desi, ta
Saat ini aku menunggu hari untuk melahirkan anak pertamaku dari Romi, aku harap dengan kesendirianku ini aku bisa tegar melewati proses persalinanku. Aku sudah tak tau lagi di mana keberadaan Romi, sepertinya ia sudah bahagia hidup bersama Desi dengan sebuah ikatan sakral.Aku pikir mungkin setelah aku melahirkan anakku aku akan mengurus gugatan cerai terhadap Romi agar aku tak merasakan kepedihan yang amat dalam lagi. Tak mengapa jika aku seorang diri membesarkan anakku, dan kelak ketika anakku dewasa ia akan tahu dengan sendirinya siapa ayahnya yang sebenarnya. Aku tak akan melarang Romi jika ia ingin menengok anak semata wayangku, karena biar bagaimanapun juga Romi tetap ayah kandungnya. Kecuali ia ingin mengambilnya dariku mungkin aku akan bertindak tegas, sebab aku akan mengurus hak asuh anakku.Semuan yang ku lalui tidaklah muda, banyak hal yang membuat air mataku jatuh berkali- kali meski aku berusaha untuk menahannya namun tetap juga
“Bu……. Ibu……… bangun bu…. Bangun……..”“Romiiiiii……………… ibu Rom…………….. ibu…………..”“Ibu meninggal…….. Rom…. Kamu di mana? cepat pulang…. Ibu meninggal…”Aku histeris melihat ibu meninggal ketika aku bersihkan badan ibu mertuaku. Aku menelpon Romi yang baru saja berangkat ke kantor, tapi Romi hanya membentakku di telpon. Ibu benar- benar meninggalkan aku dan meninggalkan kita semua.Romi benar- benar tak memiliki hati, hatinya sudah di butakan oleh Desi. Anak macam apa Romi ini, ibunya meninggal malah ia membentakku di telpon.Bukannya ia langsung pulang untuk mempersiapkan pemakaman ibunya, malah ia pergi bersama Desi dengan alasan ada pekerjaan penting
Senja seakan ikut merasakan apa yang menjadi kesedihanku saat ini. Ketika senja datang pancaran warnanya tak secerah seperti hari- hari kemarin saat ia datang menyapaku.Entah mengapa ini belum berakhir! Aku sangat terpukul, mungkin ada saat di mana aku akan pulang ke rumah ibu untuk menenangkan perasaanku. Aku tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada kandunganku hanya karena tingkat stresku yang tinggi akibat menghadapi situasi yang semakin hari semakin membuatku rapuh.Jika bukan karena aku merawat ibu mertuaku, mungkin aku sudah pamit pulang ke rumah peninggalan ibuku. Mungkin untuk sementara aku harus menguatkan diriku bertahan di rumah ini untuk mengurus ibu mertuaku sampai sembuh total. Tak ada lagi yang dapat di harapkan dari Romi, ia sudah masa bodoh denganku, dengan rumah tangga kami, dengan bayi yang ada di dalam kandunganku dan terlebih lagi dengan ibunya sendiri. Dan itu semua karena Desi yang berusaha mengalihkan perhatian Romi
Tak terasa usia pernikahanku dengan Romi sudah memasuki 3 tahun. Dan belum ada perubahan sama sekali dengan sikap Romi hingga aku mengandung anaknya sendiri.Saat ini aku sedang mengandung 3 bulan anak Romi, namun perasaanku semakin hari semakin hancur menghadapi sikap Romi yang menurutku sudah sangat keterlaluan. Ia benar- benar tak menganggapku sebagai seorang istri, Romi hanya meluangkan waktunya bersama Desi.Ibu mertuaku pun sudah mulai sakit- sakitan karena adik Romi lari dari rumah dengan seorang pria, dan ayah mertuaku baru saja meninggal 2 bulan yang lalu. Situasi ini benar- benar sangat sulit bagiku. Aku sedang mengandung, suamiku Romi semakin parah dengan sikapnya yang berubah drastis.Situasiku sangat rapuh saat ini, dan masalah mama pun hampir terlupakan karena hal- hal bodoh yang berusaha merusak rumah tanggaku semenjak Romi mengurus perusahaan ibu mertuaku. Perlahan- lahan rumah tanggaku goyah hanya karena
Hari demi hari kehidupan rumah tanggaku sedikit rumit. Aku pikir, sejak kesalah pahamanku dengan suamiku tentang salah satu karyawan ibu, sekarang muncul masalah baru yang menyelimuti lika- liku rumah tanggaku.Semakin besar usaha ibu mertuaku yang di kembangkan oleh suamiku Romi, semakin besar pula tantangan dalam rumah tanggaku.Sekarang banyak wanita di luar sana yang mulai mendekati suamiku. Dari karyawannya sendiri hingga client suamiku. Aku terkadang ingin menyerah dengan semua ini, tapi aku di kuatkan dengan perjuangan Romi pertama kali mendekatiku. Namun kini aku merasa benar- benar sangat sulit untuk berpikir jernih karena memang semua yang aku jalani saat ini adalah sesuatu yang menurutku bisa membuatku kehilangan kendali dan terkadang membuat emosiku tidak terkontrol dengan baik.Aku berusaha untuk tetap tenang menghadapi tantangan demi tantangan dalam rumah tanggaku, namun terkadang sangat sakit kurasa. Meski