Tak terasa aku bekerja sudah sebulan di perusahaan tersebut. Wanita simpanan ayah yang yang bekerja sebagai sekretaris bos di kantor sudah mulai menunjukan sikap aslinya yang mulai menyebalkan. Dan aku tetap tidak memperdulikannya. Ia berusaha membuatku jengkel karena ia selalu mencari sela dalam diriku untuk berbicara dengan dekat, tapi aku tak pernah memberikannya peluang karena aku tau siapa dia sebenarnya.
Beberapa rekan kerjaku memang berusaha mendekatiku untuk berteman denganku tapi entah mengapa aku tak sembarang ingin mempercayai seseorang untuk berteman denganku. Aku rasa tidak nyaman saja meski aku sudah mencobanya berkali- kali tapi rasa ketidaknyamanan itu selalu datang lebih awal dari pada kenyamanan. Terlebih lagi rekan kerja lawan jenisku. Mereka tak ku beri peluang sama sekali sebab aku memang tak berfokus pada hal lain. Aku sudah enjoy dengan kesendirianku, intinya aku di perusahaan ini hanya untuk bekerja bukan untuk berfokus pada hal lain.
Sebulan ini aku bekerja sudah mulai terasa banyak rekan kerja yang berkonspirasi tapi tetap saja aku tak memperdulikannya karena menurutku itu adalah sesuatu hal yang tak penting untuk ku ladeni.
Hari ini bos kantorku tiba- tiba mengajakku untuk makan di luar, itupun aku menolaknya dengan sopan. Karena menurutku seseorang yang tiba- tiba mengajak seseorang tanpa akrab lebih dulu berarti ia ada maksud tertentu. Bahkan sudah akrabpun terkadang masih memakai cara modus untuk hubungan yang lebuh jauh lagi. Aku tak ingin membuka peluang dengan siapapun itu, karena aku memang hanya nyaman dengan diriku sendiri, meski mereka semua mengatakan bahwa aku ini aneh dan anti social AKU TAK PEDULI.
Bos kantorku berupaya keras untuk mendapatkan hatiku, tapi lagi dan lagi aku tak peduli setiap ajakannya. Bahkan ia mengancamku akan di pecat jika aku tak menerima tawarannya. Aku katakana saja padanya bahwa anda sebagai bos seharusnya bisa professional dengan bawahan, karena seorang bos seharusnya memiliki wibawa di mata bawahannya, jika tidak maka percuma ia menjadi seorang jika tak memeliki profesionalisme dalam bekerja atau menangani bawahannya dan aku balik menantangnya jika aku tak takut jika ia memecatku. Akupun tak merasa rugi meski aku belum merasakan gaji pertamaku di perusahaan tempatku bekerja.
Aku tak tau apakah ia hanya mengujiku atau tidak akupun tak peduli, yang tepenting adalah aku memberikan yang terbaik pada perusahaan.
Memang bosku itu boleh dikata masih terbilang masih muda dan sudah sukses memimpin sebuah perusahaan tapi dengan cara ia seperti itu kepadaku aku anggap ia tak becus memimpin sebuah perusahaan karena berusaha mendekati bawahaanya dan mengancam bawahannya jika keinginannya tak di penuhi, meski hanya sebatas menemaninya makan siang tapi jika terus menerus ia akan berani mengajakku hal lain karena di awal aku sudah memberinya peluang untuk mendekatiku dengan muda.
Aku tak semudah itu menyimpan kepercayaan terhadap seseorang meski ia memiliki sebuah jabatan.
Aku tau pola hidupku memang sangat monoton, hanya kantor dan rumah saja dan tanpa teman sama sekali. Tapi aku nyaman dengan kehidupanku. Aku memang membiasakan diri untuk tidak mengikuti pola dan gaya hidup yang setiap kali harus nongkrong bareng sama teman- teman atau siapapun yang mengajak aku menerima ajakannya dengan muda, karena itu bukanlah AKU.
AKU adalah orang yang sangat nyaman dengan kesendirianku dan sangat menikmati hidupku meski memang terlihat monoton.
Jika aku terus menerus sendiri tentu masalah serius tak akan datang padaku, tapi jika aku memiliki banyak teman kemungkinan besar aku rentan dengan sebuah masalah. Karena terkadang masalah di datangkan oleh orang terdekat seperti yang dilakukan keluargaku kepadaku. Karena hal yang mereka buatlah sehingga aku memiliki masalah yaitu berusaha bertahan hidup di jalanan dengan tubuh kedinginan dan kelaparan sebelum ibu menemukanku dan merawat serta membesarkanku dengan begitu sangat tulus hingga akhir hayat ibu.
Itulah sebebnya aku tak ingin orang lain memberikanku sebuah masalah karena aku sendiri masih memiliki masalah hidup yaitu harus terus berjuang dengan kesendirianku yang sementara menuju tujuanku dan impian ibu terhadapku. Itu adalah sesuatu hal tersulit dalam hidupku karena aku harus melumpuhkan ego di dalam diriku. Apalagi aku sudah mengetahui keberadaan mama, ayah dan kedua kakakku. Di tambah lagi dengan wanita simpanan ayah yang bekerja di kantor yang sama denganku.
Semua itu sebenarnya sebuah masalah tapi aku berusaha menjadikan semua itu adalah sebuah lelucon dalam hidupku karena untuk sekarang ini aku hanya berfokus pada pekerjaanku. Dan ketika saatnya tiba mungkin aku bukan lagi Tere yang mereka kenal, bahkan mungkin orang yang bekerja di kantorku akan kaget melihatku. Dan smeua itu ada saatnya. Aku harus menjadi sosok wanita dingin dan focus pada pekerjaanku untuk saat ini karena aku tak ingin siapapun masuk ke dalam kehidupanku dan merusak segalanya termasuk merusak hatiku.
Bahkan aku sendiri belum ingin mengenal seorang pria di dalam kehidupanku karena menurutku mereka akan membawa masalah dalam kehidupanku. Memang banyak wanita seusiaku yang sudah memiliki pasangan entah sudah resmi atau belum resmi. Bahkan anak Sma pun sudah memiliki pasangan. Tapi berbeda denganku, aku tak ingin mmberikan peluang lawan jenisku untuk masuk dalam kehidupanku, bukan karena aku tak normal, sok cantik atau sombong, tapi karena aku memiliki tujuan utama yang harus kuselesaikan dan kudapatkan.
Jika aku memberi peluang kepada lawan jenisku maka aku harus bersiap terluka, karena aku paham siklus sebuah hubungan. Meski pria itu sangat baik dan sangat memahami pasangannya, tidak menuntut kemungkinan taka da pertengkaran didalamnya. Bukan hubungan namanya jika harus lurus saja, jalanan saja tak selurus garis yang bisa kita buat dengan tinta sebuah bolpoin yang begitu muda. Itulah sebabnya aku belum menginginkannya saja untuk memiliki pasangan. Karena jika aku terluka karena sebuah hubungan, maka semua rencana hidupku tak dapat terarah dengan baik dan sempurna, meski aku tak terkadang rencana tak sempurna sesuai dengan yang kita inginkan tapi ketika memiliki pasangan maka semua focus akan terpecah dan rencana tentang masa depanpun hancur. Dan tak seprangpun yang dapat menjamin jika semua akan dapat di benahi kembali ketika rencana yang telah di rancang hancur seketika hanya karena sebuah luka yang di berikan oleh seorang pasangan.
Memang aku tak memiliki pengalaman langsung dalam hidupku tentang bagaimana rasanya memiliki pasangan, tapi aku banyak tau tentang hal itu. Setiap kali teman ibu datang kerumah ia selalu curhat pada ibu tentang masalah mereka dengan pasangannya, entah yang sudah resmi maupun yang masih status pacaran. Bukannya aku takut karena hal itu tapi aku memang belum ingin memiliki pasangan karena saat ini aku memiliki tujuanku sendiri.
Malam yang kelam membuatku kembali merenungkan apa yang pernah telah terjadi kepadaku, seolah hatiku ingin melakukan sesuatu yang sangat besar dan membuat mereka yang telah membuangku akan terkejut dengan sesuatu besar itu.Aku masih memikirkan tindakan atau langkah apa yang akan aku lakukan untuk membalas seluruh kepedihan sejak mereka membuangku kejalanan.Mungkin suatu saat aku akan belajar tentang strategi apa yang akan aku lakukan, mungkin mulai dari mempelajari psikolog seseorang agar aku dengan muda mempermainkan psikologi mereka. Jika secara fisik mungkin akan bentrok karena karakter mereka semua sama yaitu sama- sama keras yang tak berfaedah. Jadi mungkin secara psikologi mereka yang akan aku serang, karena menurutku akan lebih menyakitkan jika mereka merasakan kepedihan yang amat pedih jika hati yang paling terdalam mereka yang aku serang.Target utamaku adalah ayah dan mama, kemudian selanjutnya adalah kedua k
Hari demi hari kulalui dengan hal- hal yang menurutku mungkin memang monoton. Aku harus mengubah ritme hidupku, aku tak boleh seperti ini. Dalam kehidupanku paling tidak ada sedikit perubahan yang ku lakukan. Tapi aku memulainya dari mana! Meski awalnya aku bingung, tapi aku berusaha belajar dari hal- hal kecil. Memang sulit tapi sudah seperti itulah yang harus aku lakukan agar hidupku sedikit lebih berwarna.*****Tekanan demi tekanan yang aku dapatkan di lingkungan pekerjaanku, tidak hanya pada teman- teman kantor tapi tekanan pada pekerjaan dan salah satunya adalah bosku sendiri. Ia berusaha mencari- cari kesalahan di dalam pekerjaanku. Meski aku mengerjakan semua pekerjaanku dengan baik, tapi selalu saja diantara teman- teman kantorku tersebut berkonspirasi agar pekerjaan yang akan ku setor pada bos perusahaan berantakan. Tapi untung saja aku selalu mendapatkan bukti bahwa itu adalah salah satu ulah orang kantor yang memang berkonspirasi
Hari-hari aku menjalani hidupku dengan sendiri. Hingga suatu saat aku bertemu dengan orang yang membuatku benar- benar nyaman. Nyaman ketika aku bertatapan dengannya, nyaman ketika aku mendengar suaranya. Tapi aku tetap dengan pendirianku bahwa aku tak butuh siapapun dalam hidupku saat ini, karena aku sudah terbiasa dengan kesendirianku sejak ibu pergi meninggalkanku untuk selama- lamanya.Orang itu berusaha mendekatiku, tapi tetap saja aku berusaha pada pendirianku meski ia berusaha semaksimal mungkin. Bagaimana caranya aku dapat melunturkan pendirian yang selama ini aku tananmkan pada diriku hanya karena lelaki yang mungkin ia membuatku nyaman hanya sesaat saja.Aku bekerja dengan begitu keras, sehingga aku tak memperdulikan lagi tekanan demi tekanan di dalam kantorku. Bahka sekretaris simpanan ayahpun berusaha untuk mengambil perhatian pria yang telah membuatku nyaman.Pria itu adalah seorang manager baru di kantorku,
Seiring berjalannya waktu, aku dan Romi semakin dekat tapi hanya sebatas teman karena aku memang tak memberi ia ruang lebih untuk masuk terlalu dalam di kehidupanku. Aku ingin ia tau batasannya sebagai seorang lelaki yang berteman dengan seorang wanita sepertiku, dan akupun harus tau diri ketika berteman denga seorang pria seperti Romi. Aku tidak ingin ada konflik karena Romi menganggap pertemanan kami lebih dari sebuah hubungan teman.Meski Romi berkali- kali nyatakan perasaannya terhadapku tapi berkali- kali juga aku menolaknya. Aku hanya mengatakan padanya jika ia masih ingin dekat denganku, tolong jangan membuat hubungan ini lebih dari sebuah pertemanan biasa. Jika ia setuju dengan apa yang telah menjadi kesepakatan tentu ia akan berusaha menepis perasaannya padaku, karena memang aku belum ingin menjalin hubungan lebih dengan seseorang. Itupun ia beruntung dapat menajdi temanku, tapi bukan berarti ia menjadi seorang teman yang akan mengetahui s
Sebuah konfilk baru datang menerpaku, aku di fitnah oleh wanita sekretaris kantorku sendiri. Aku di fitnah tentang pencurian dana kantor. Hal ini sangat tidak masuk di akal karena aku saja sendiri bukan bagian keuangan. Saat itu cctv kantor rusak dan aku tak memiliki bukti untuk menunjukan bahwa aku tidak bersalah. Bahkan Romi pun tak dapat mempercayaiku karena aku tak memiliki bukti yang dapat menunjukan bahwa aku tidak bersalah.Akhirnya aku di pecat dari kantor. Tidak masalah, karena aku akan mencari tau dalang dari semua ini. Aku memang terlihat lugu dan dingin di hadapan seluruh rekan- rekan kantorku tanpa terkecuali. Bahkan aku dan Romi pun jika di kalangan kantor kami saling cuek, hanya diluar lingkungan kantor saja kami akrab sebagai teman.Aku berusaha semampuku untuk mengetahui siapa yang mencuri uang perusahaan. Karena aku tidak menerima jika diriku di fitna seperti itu, karena ibu mendidikku menjadi seorang anak yang bertanggung
Tidaaaaaakkkkkkk………!!!Aku terbangun dari mimpi burukku. Aku melihat Romi di bunuh seseorang karena telah menolongku dari fitnah yang telah di sebar oleh wanita sekretaris itu. Jantung Romi di tusuk beberapa kali oleh orang suruhan wanita sekretaris itu. Darah Romi terciprak di wajahku yang sempat Shock melihatnya.Ini seakan sangat nyata, dan aku tidak mengetahui bahwa maksud dari mimpi tersebut itu apa. Aku beranjang dari tempat tidur untuk mengambil air minum yang selalu ku siapkan di atas meja riasku. Kulihat jam di smartphoneku ternyata masih pukul 02:15 dini hari.Aku berusaha memperbaiki perasaanku yang sedang tak enak karena mimpi tersebut. Aku duduk di teras kamar sambil menikmati angin malam yang dingin, lampu remang- remang mneghiasi taman mini rumah ini yang terlihat dari atas kamarku.Kegelapan malam ini mendekapku begitu erat seakan tau akan kegelisahaan hatiku saat ini. Ta
Siang ini aku dan Romi akan ke sebuah rumah makan untuk makan siang. Bukannya kami tak mampu makan siang di tempat yang sedikit bagus, tapi aku memaksa Romi makan siang di warung pinggir jalan. Langganan ibu dulu. Di tempat itu di sediakan prasmanan dan rasanya tak kalah dengan menu tempat makan setingkat di atas warung makan tersebut.Ketika Romi menjemputku dan hendak kami hendak pergi, terlihat dari kejauhan sosok pria yang seperti sok salah satu kakaku. Aku melihatnya sedang mengintai sebuah rumah dekat rumah ibu yang aku tinggali. Gerak- geriknya sangat mencurigakan, dan entah apa yang ingin ia lakukan dengan rumah tersebut.Aku memberi tau Romi untuk memperhatikan pria yang seperti sosok salah satu kakak ku tersebut dari balik pagar rumah, untuk memastikan bahwa dugaan ku salah bahwa yang mengintai salah satu rumah di dekat rumah Ibu yang ku tinggali adalah salah satu kakak ku.Tak lama kemudian orang itu masuk di rumah yang ia intai dengan cara mengendap-
Tak terasa hubungan pertemananku dengan Romi sudah memasuki tahun ke 5. Dan akupun sudah mendapatkan pekerjaan yang sangat layak dan gaji yang sangat lumayan, di tambah lag tabungan saat aku bekerja berapa tahun lalu di perusahaan goblok itu. Ups, maapin ye, bukannya aku ngatain perusahaannya goblok maksudnya orang- orang yang terlibat di dalam perusahaan tersebut goblok semua karena berbagai macam karakter “MANUSIA” yang terdapat di dalamnya yang mebuat perusahaan tersebut bangkrut seketika akibat ulah mereka sendiri. Aku sih sempat goblok juga karena aku sempat tak memakai indraku untuk mengetahui akal busuk mereka yang membuatku di fitnah tempo hari di perusahaan tersebut. Dan gobloknya lagi si Romi seorang manager perusahaan dengan muda terkena hasutan yang membuatnya menjauhiku.Aku perlahan menata kembali hidupku dan memulai memasuki zona kehidupan baru. Sang fajar yang baru saja datang menampakan wajahnya yang bersinar dengan lembut menerangi
Disisi lain Romi tak memiliki anak dari selingkuhan yang ia nikahi secara siri, dan kehidupannya pun kini semakin merosot. Romi dan selingkuhan nya kini hidup semakin sulit, di tambah lagi selingkuhan yang ia nikahi itu memiliki pria lain.Usaha mantan mertuakupun kian merosot dan orang kepercayaan Romi telah menggelapkan dana perusahaan lalu menghilang. Romi seakan gila akibat tak memiliki aset lagi sama sekali.Oleh sebab itu selingkuhan Romi yang ia nikahi kini berpaling karena Romi tak memiliki apa-apa lagi. Dan itu semua aku ketahui dari salah satu mantan karyawan Romi yang di pecat saat aku tak sengaja bertemu di sebuah swalayan ketika hendak berbelanja untuk kebutuhan putriku.Namu berbanding terbalik denganku, saat ini masalah materi bukan menjadi masalah utama dalam kehidupanku karena putriku memiliki rezeki yang bagus. Tapi yang menjadi masalah utamaku dalam kehidupanku adalah aku hanya takut putriku kecewa ter
Seiring berjalannya waktu tak terasa usia putriku sudah 5 tahun. Ia pun semakin menganggap bahwa dokter Pras adalah ayahnya, namun perasaan akan takut kekecewaan putriku terhadap ku semakin besar.Aku tak ingin putriku kecewa karena mengetahui bahwa dokter Pras sebenarnya hanyalah ayah angkatnya. Setelah Ki diskusikan kepada dokter Pras tentang hal ini, iapun menanggapi nya dengan santai. Entah apa yang ada di dalam pikiran dokter Pras ini.Hari demi hari telah terlewati, putriku begitu sangat manja terhadap dokter Pras yang ia anggap sebagai ayahnya yang sebenarnya.Aku tak ingin Karena hanya masalah ini justru putriku membenciku, aku tak ingin putriku menganggap bahwa aku telah membohongi nya. Bagaimana tidak putriku sangat pandai menjebak dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terduga.Di tambah lagi ketika putriku meminta untuk berfoto bersama dokter Pras dan denganku juga, memang sepeleh tapi itu
Hari demi hari aku kembali pulih dan dokter Pras tak pernah berubah sama sekali padaku meski aku tak lagi menjadi pasien nya. Dokter Pras makin intens berkunjung ke rumah untuk bermain sejenak bersama putriku. Bahkan dokter Pras memberi nama putriku dengan nama Ratu Wani. Aku tak menjadi masalah mengenai nama pemberian dokter Pras untuk putri ku, mungkin hal itu dapat mengobati kerinduan dokter Pras kepada sang istri yang di mana mereka berdua dulu sangat menginginkan anak. Dokter Pras memperlakukan Ratu layaknya sebagai anak sendiri, bahkan terkadang dokter Pras memenuhi segala keperluan Ratu meski akupun sudah menolaknya berkali-kali karena ketidak enakan ku pada dokter Pras, tapi tetap saja ia melakukannya dengan alasan itu adalah rejeki Ratu yang tak boleh di tolak. Dokter Pras tak ingin melewatkan tumbuh kembang Ratu sedikit pun, dokter Pras sudah sangat menyayangi Ratu layaknya anaknya
Setelah melewati perjuangan demi perjuangan, kini aku sudah menjadi seorang ibu. Rasa haru, bahagia, sedih bercampur jadi satu. Tepat tanggal 10 September pukul 05.00 pagi anak perempuan semata wayangku lahir dan ku beri nama ia Nur yang artinya cahaya, agar ia dapat menguatkan siapapun itu termasuk aku ibunya dengan cahaya yang ia miliki. Aku berharap dengan lahirnya Nur ke dunia yang kejam ini aku dapat kuat menghadapi ujian hidup yang silih berganti. Meski Romi saat ini benar-benar tak ada di sisiku lagi, paling tidak Nur adalah kekuatan ku saat ini. Aku berjuang dengan seorang diri untuk merawat dan membesarkan anak semata wayangku. Aku tak peduli lagi dengan apa yang di lakukan Romi terhadap ku. Penghianatan Romi yang selama ini ia berikan kepadaku, kini aku berusaha melupakan nya demi anakku. Aku tahu saat ini Romi sedang menikmati kebahagiaan nya bersama Desi, ta
Saat ini aku menunggu hari untuk melahirkan anak pertamaku dari Romi, aku harap dengan kesendirianku ini aku bisa tegar melewati proses persalinanku. Aku sudah tak tau lagi di mana keberadaan Romi, sepertinya ia sudah bahagia hidup bersama Desi dengan sebuah ikatan sakral.Aku pikir mungkin setelah aku melahirkan anakku aku akan mengurus gugatan cerai terhadap Romi agar aku tak merasakan kepedihan yang amat dalam lagi. Tak mengapa jika aku seorang diri membesarkan anakku, dan kelak ketika anakku dewasa ia akan tahu dengan sendirinya siapa ayahnya yang sebenarnya. Aku tak akan melarang Romi jika ia ingin menengok anak semata wayangku, karena biar bagaimanapun juga Romi tetap ayah kandungnya. Kecuali ia ingin mengambilnya dariku mungkin aku akan bertindak tegas, sebab aku akan mengurus hak asuh anakku.Semuan yang ku lalui tidaklah muda, banyak hal yang membuat air mataku jatuh berkali- kali meski aku berusaha untuk menahannya namun tetap juga
“Bu……. Ibu……… bangun bu…. Bangun……..”“Romiiiiii……………… ibu Rom…………….. ibu…………..”“Ibu meninggal…….. Rom…. Kamu di mana? cepat pulang…. Ibu meninggal…”Aku histeris melihat ibu meninggal ketika aku bersihkan badan ibu mertuaku. Aku menelpon Romi yang baru saja berangkat ke kantor, tapi Romi hanya membentakku di telpon. Ibu benar- benar meninggalkan aku dan meninggalkan kita semua.Romi benar- benar tak memiliki hati, hatinya sudah di butakan oleh Desi. Anak macam apa Romi ini, ibunya meninggal malah ia membentakku di telpon.Bukannya ia langsung pulang untuk mempersiapkan pemakaman ibunya, malah ia pergi bersama Desi dengan alasan ada pekerjaan penting
Senja seakan ikut merasakan apa yang menjadi kesedihanku saat ini. Ketika senja datang pancaran warnanya tak secerah seperti hari- hari kemarin saat ia datang menyapaku.Entah mengapa ini belum berakhir! Aku sangat terpukul, mungkin ada saat di mana aku akan pulang ke rumah ibu untuk menenangkan perasaanku. Aku tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada kandunganku hanya karena tingkat stresku yang tinggi akibat menghadapi situasi yang semakin hari semakin membuatku rapuh.Jika bukan karena aku merawat ibu mertuaku, mungkin aku sudah pamit pulang ke rumah peninggalan ibuku. Mungkin untuk sementara aku harus menguatkan diriku bertahan di rumah ini untuk mengurus ibu mertuaku sampai sembuh total. Tak ada lagi yang dapat di harapkan dari Romi, ia sudah masa bodoh denganku, dengan rumah tangga kami, dengan bayi yang ada di dalam kandunganku dan terlebih lagi dengan ibunya sendiri. Dan itu semua karena Desi yang berusaha mengalihkan perhatian Romi
Tak terasa usia pernikahanku dengan Romi sudah memasuki 3 tahun. Dan belum ada perubahan sama sekali dengan sikap Romi hingga aku mengandung anaknya sendiri.Saat ini aku sedang mengandung 3 bulan anak Romi, namun perasaanku semakin hari semakin hancur menghadapi sikap Romi yang menurutku sudah sangat keterlaluan. Ia benar- benar tak menganggapku sebagai seorang istri, Romi hanya meluangkan waktunya bersama Desi.Ibu mertuaku pun sudah mulai sakit- sakitan karena adik Romi lari dari rumah dengan seorang pria, dan ayah mertuaku baru saja meninggal 2 bulan yang lalu. Situasi ini benar- benar sangat sulit bagiku. Aku sedang mengandung, suamiku Romi semakin parah dengan sikapnya yang berubah drastis.Situasiku sangat rapuh saat ini, dan masalah mama pun hampir terlupakan karena hal- hal bodoh yang berusaha merusak rumah tanggaku semenjak Romi mengurus perusahaan ibu mertuaku. Perlahan- lahan rumah tanggaku goyah hanya karena
Hari demi hari kehidupan rumah tanggaku sedikit rumit. Aku pikir, sejak kesalah pahamanku dengan suamiku tentang salah satu karyawan ibu, sekarang muncul masalah baru yang menyelimuti lika- liku rumah tanggaku.Semakin besar usaha ibu mertuaku yang di kembangkan oleh suamiku Romi, semakin besar pula tantangan dalam rumah tanggaku.Sekarang banyak wanita di luar sana yang mulai mendekati suamiku. Dari karyawannya sendiri hingga client suamiku. Aku terkadang ingin menyerah dengan semua ini, tapi aku di kuatkan dengan perjuangan Romi pertama kali mendekatiku. Namun kini aku merasa benar- benar sangat sulit untuk berpikir jernih karena memang semua yang aku jalani saat ini adalah sesuatu yang menurutku bisa membuatku kehilangan kendali dan terkadang membuat emosiku tidak terkontrol dengan baik.Aku berusaha untuk tetap tenang menghadapi tantangan demi tantangan dalam rumah tanggaku, namun terkadang sangat sakit kurasa. Meski