Home / Romansa / SEBELUM BERPISAH / 55. Cemburu 2

Share

55. Cemburu 2

last update Last Updated: 2024-12-19 14:32:42

Hujan turun dengan deras. Elvira mencuci tangan di kran lantas berdiri di samping suaminya. "Padahal sedikit lagi beres, tapi keburu hujan," ujarnya seraya memandang langit yang kelabu.

"Aku mau masak, Mas." Elvira hendak melangkah masuk rumah. Hendy meraih lengannya. "Kita makan di luar saja nanti."

"Nggak usah. Biar aku masak saja."

Mereka masuk ke rumah. Elvira langsung menuju dapur. Mengeluarkan bahan yang tersisa di kulkas. Sudah waktunya dia belanja untuk stok. Semua habis. Telur, daging, sayur. Dua hari yang lalu suaminya sudah mentransfer uang bulanan.

Ketika tengah asyik bersiap untuk memasak, Hendy menghampiri sambil membawa ponselnya. "El, maaf. Mas harus ke rumah sakit. Ada operasi mendadak untuk pasien di IGD."

"Oh, iya. Kalau gitu aku nggak jadi masak. Nanti aku bikin mie instan saja."

"Pulang dari rumah sakit nanti, mas belikan makanan. Tiga sampai empat jam lagi. Kira-kira pukul tujuh mas sampai rumah."

Elvira mengangguk. Hendy kembali ke kamar. Mandi dengan cepat, la
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (13)
goodnovel comment avatar
Mita Aprilia
untungnya El sudah cerita duluan sama suaminya. kalau gak gimana tanggapan Hendy dapat aduan dari kakaknya. Pengen cubit nih mulutnya Herlina. gemes.
goodnovel comment avatar
PiMary
Baguss.....Hendy sudah ada kemajuan gak terlalu percaya sama Herlina
goodnovel comment avatar
Ayu Cla
waaaah.... sampe segitunya si ulet keket jelek²in orang, cari muka bnget?? untung aja el sudah cerita semua pada dokter hen
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SEBELUM BERPISAH   56. Cemburu 3

    Ema terlihat bingung. Dia tidak mengerti ada apa sebenarnya. Yang jelas Sabtu kemarin, waktu mau pulang, mereka berbincang sejenak di halaman hotel. Herlina bercerita dengan nada sedih. Apa semua itu fake? Bukankah adiknya dan Herlina sudah saling mengenal lama. Hubungan mereka juga baik selama ini, kendati orang tua melarang Hendy serius dengan Herlina. "Hen, Elvira terlihat terlalu dingin sama kamu. Kamu pantas mendapatkan pasangan yang lebih ekspresif, yang benar-benar menunjukkan bahwa dia mencintaimu. Coba kalau dulu kamu mau mengusahakan hubunganmu dengan Herlina." Hendy mengerutkan kening. "Elvira tidak dingin, Mbak. Kami baik-baik saja." "Oke. Mbak mau ke poli. Jangan lupa ada jadwal SC jam dua nanti." "Iya." Ema meninggalkan ruangan sang adik. Hendy melihat kebingungan di wajah kakaknya. Namun ia tidak bisa menjelaskan. Jika dia cerita, maka akan terbongkar kalau di acara pesta itu hadir mantannya Elvira. Bisa jadi kaburnya Elvira menjelang pernikahan akan terungkap. He

    Last Updated : 2024-12-19
  • SEBELUM BERPISAH   57. Kegelisahan Hendy 1

    SEBELUM BERPISAH- Kegelisahan HendyHendy berhenti sejenak di samping mobilnya. Memandang ke angkasa, di ujung atas sana sebuah pesawat terlihat melintas. Elvira ada di dalamnya dan ia merasa hampa.Mobil melaju meninggalkan bandara. Ada yang kosong. Jujur perasaan itu teramat asing. Belum pernah ia sekhawatir itu.Elvira tidak takut apapun tampaknya. Termasuk kehilangan pernikahan mereka jika keadaan menyudutkannya. Justru Hendy yang khawatir. Resah menggema menyusup sudut hati. Masuk rumah. Sepi. Meski sebenarnya setiap hari juga seperti ini kalau Elvira sudah berangkat kerja lebih dulu. Namun kali ini terasa berbeda. Tidak ada aroma kopi, tak ada aroma masakan. Juga tidak ada nota di atas meja rias yang bertuliskan :[Aku berangkat, Mas. Sarapan sudah kusiapkan. Kopinya di cangkir tinggal ngasih air panas.]Catatan itu selalu ditemukan saat ia bangun tidur. Ketika ia terlambat bangun karena pulang terlalu larut malam setelah ada panggilan mendadak untuk operasi.Mulai pagi ini da

    Last Updated : 2024-12-20
  • SEBELUM BERPISAH   58. Kegelisahan Hendy 2

    "Kami baik-baik saja," jawab Hendy singkat tanpa menjawab pertanyaan terakhir. Kemudian ia menyalami tantenya Herlina. Wanita yang terbaring lemah itu tersenyum senang karena dibesuk."Istrimu sudah hamil?" Tidak puas, wanita itu kembali bertanya."Belum." Hendy duduk di kursi samping brankar. Kemudian bertanya pada tantenya Herlina tentang bagaimana kondisinya. Sedapat mungkin ia mencoba menghindari berbincang dengan Bu Karlina."Kamu kan dekat dengan Herlin, kenapa nggak mencoba mengajak istrimu untuk konsultasi pada Herlin.""Maaf, Tante. Ini privasi saya dan istri saya. Saya tidak ingin membahasnya," jawab Hendy diselingi senyuman. Tapi sorot matanya menunjukkan rasa tidak suka. Kemudian ia kembali fokus pada tante yang berbaring. Memberinya semangat supaya tidak menyerah dengan sakitnya.Pintu ruangan terbuka dan sosok Herlina masuk, tampak bahagia melihat Hendy ada di dalam. Ia masih mengenakan jas dokter berwarna putih, rambutnya diikat ke belakang dengan rapi, dan senyum di wa

    Last Updated : 2024-12-20
  • SEBELUM BERPISAH   59. Kegelisahan Hendy 3

    Ranty menyebut alamat lengkap kantor pusat perusahaannya. Hendy mundur dan mencari bangku kosong di belakang pasien yang sedang menunggu diikuti oleh Ranty. Kemudian mencatat alamat yang disebutkan di ponselnya."Antrian Mbak masih lama?" tanya Hendy setelah menyimpan ponselnya."Masih. Karena kami juga baru datang, Dok.""Saya ingin menanyakan sesuatu kalau Mbak Ranty tidak keberatan."Dada Ranty berdegup kencang. Ini pasti pertanyaan tentang Elvira dan Rizal. Duh, gimana ini. "Silakan, Dok." Ranty duduk mengambil jarak satu bangku dari Hendy.Tanpa banyak basa-basi, Hendy terus terang menanyakan hubungan Elvira dengan Rizal waktu dulu. Ranty adalah sosok yang tepat untuk ditanyai.Meski gugup dan bingung, Ranty dengan berani menceritakan semuanya. Tak segan memuji bagaimana sosok Rizal yang dulu sangat mencintai dan melindungi Elvira. Treat like a queen, meski hubungan mereka ditentang oleh keluarga Elvira. Namun sampai sekarang tidak ada dendam dari Rizal dan ibunya. Ranty memang

    Last Updated : 2024-12-20
  • SEBELUM BERPISAH   60. Semalam di Jakarta 1

    SEBELUM BERPISAH - Semalam di Jakarta "Mas Hendy." Elvira terpaku.Hendy mendekat. Senyumnya merekah. Dia sudah hampir dua jam menunggu di lobi. Pihak resepsionis hotel tentu tidak mengizinkannya masuk kamar meski dia menunjukkan bukti kalau ia suaminya Elvira.Elvira menatap sang suami dengan perasaan kaget, heran, bingung, dan entah ada perasaan senang yang tidak bisa disembunyikan. Baginya ini kejutan. Padahal Hendy sangat sibuk. Terkadang akhir pekan ada panggilan dadakan dari rumah sakit. "Mas, bisa tahu aku di sini?""Ya." Dikecupnya kening Elvira. Kemudian mereka melangkah ke arah lift untuk naik ke lantai tujuh.Wanita itu masih bingung dengan kehadiran Hendy yang tiba-tiba menyusul. Hal yang tidak pernah ia pikirkan sama sekali. Suaminya jarang melakukan hal-hal impulsif seperti ini."Siapa yang ngasih tahu Mas, alamat kantorku di sini?" Elvira meletakkan tas setelah mereka masuk kamar."Nanti kita cerita. Bajumu basah. Kamu mau mandi dulu?""Eh, iya. Aku tinggal mandi dulu

    Last Updated : 2024-12-21
  • SEBELUM BERPISAH   61. Semalam di Jakarta 2

    "Mas, tahu dari mana alamat kantor dan hotelku?""Dari Ranty." Hendy jujur kalau bertemu dengan sahabat istrinya di poliklinik rumah sakit. Namun ia tidak menceritakan tentang obrolannya dengan Ranty yang sempat membakarnya jadi abu. Cerita yang membuatnya panas dan menyusul istrinya ke Jakarta. "Padahal nggak sampai dua puluh empat jam, aku besok sudah sampai rumah lagi.""Mas nggak tahu bagaimana menjelaskannya, El. Tapi tiga hari sejak kamu pergi. Rumah terasa begitu sepi. Tidak ada yang mas kelonin." Elvira mencebik dengan candaan garing itu. Hendy tersenyum memandangnya. Bilang kangen saja gengsi lelaki ini. Sudah dipancing-pancing tetap saja tidak mau bicara. Malah menanyakan tentang kegiatan Elvira di Jakarta. Kemudian pintu diketuk dari luar bersamaan dengan teriakan "room service." Hendy yang membuka pintu dan mengambil pesanannya. Lantas mereka makan sambil duduk di atas sofa. Hujan di luar dan suhu AC membuat suasana cukup dingin. "Kapan jadwal fashion show-nya?" tanya

    Last Updated : 2024-12-21
  • SEBELUM BERPISAH   62. Semalam di Jakarta 3

    Setelah Hendy keluar, ponselnya berdering. Elvira memperhatikan nama yang tertera di layar. Untuk apa dokter gatal itu menelepon malam-malam. "Angkat nggak, ya?"Sejenak berpikir, akhirnya Elvira menerima panggilan. Namun tidak langsung bicara. Di dengar dulu apa yang hendak diomongkan dokter obgyn itu. Tidak lupa ia merekam percakapan mereka."Hen, kamu di mana?""Halo ... kamu di rumah, kan? Bisa ke rumah sakit sebentar nggak?"Elvira masih diam."Tanteku drop malam ini.""Maaf, Dokter Herlina. Mas Hendy-nya lagi ada bersama saya di Jakarta.""Oh."Telepon dimatikan, Elvira juga berhenti merekam. Lalu mengirimkan hasil rekaman itu ke ponselnya untuk disimpan. Berhadapan dengan perempuan seperti Herlina harus hati-hati dan penuh perhitungan. Belajar dari pengalaman yang kemarin. Ia heran, kenapa Herlina sibuk menghubungi Hendy untuk mengabarkan kondisi tantenya. Memang mereka berteman, tapi tidak juga sampai seperti itu. Apalagi menghubungi malam hari. Bukankah dia tahu kalau Hendy

    Last Updated : 2024-12-21
  • SEBELUM BERPISAH   63. Sebuah Rahasia 1

    SEBELUM BERPISAH - Sebuah Rahasia Elvira turut menyalami lelaki itu. Dia tidak mengenalinya, tapi Elvira ingat siapa dia. Sering Elvira melihatnya di toko furniture milik sang ayah. Tampaknya mereka berdua cukup akrab.Kenapa dia memeluk Bu Karlina begitu mesra. Duduk juga saling berdekatan, seperti suami istri. Padahal setahu Elvira, istri lelaki itu berjilbab dan sering diajak ke kantor ayahnya. Elvira terakhir melihat, menjelang hari pernikahannya. Ada hubungan apa dengan Bu Karlina? Apa ... ah, Elvira menepis praduganya. Herlina juga tampak akrab. Dia mencium tangan dan lelaki itu mengelus kepalanya sejenak. "Sabar, ya. Sudah takdirnya Tante harus meninggalkan kita sekarang," ujarnya."Makasih, Pa," jawab Herlina yang membuat Elvira kaget. Oh, benar. Lelaki itu papa tirinya Herlina. Kemudian mereka saling berbincang. Elvira diam mendengarkan. Hingga terdengar azan maghrib berkumandang. Hendy izin numpang untuk maghriban. "Mari, Dok. Bareng saya." Lelaki tua itu mengiringi Hen

    Last Updated : 2024-12-21

Latest chapter

  • SEBELUM BERPISAH   194. Pernikahan 3

    Ingat bagaimana dulu mereka berjuang untuk sampai ke tahap sekarang. Tentang bagaimana mereka melawan konflik dalam batin, Hendy yang memperjuangkan pernikahan supaya bisa tetap bertahan, dan bagaimana Elvira berusaha melupakan kisah lama yang baginya sangat sempurna. Rizal yang masih sanggup mempertaruhkan keselamatannya demi Elvira. Sungguh kisah cinta yang rumit. Memang benar, kunci sebuah hubungan ada pada suami. Sekuat apapun Elvira berontak, jika Hendy berpendirian teguh, perceraian tidak akan pernah terjadi. "I love you," bisik Hendy menatap lembut sang istri. "I love you too," balas Elvira sambil tersenyum. Disaat mereka berpandangan mesra, Keenan dan Kirana tiba-tiba berebutan untuk memeluk. Kirana langsung naik ke pangkuan sang papa, sedangkan Keenan memeluk mamanya. ***L*** Angin siang bertiup pelan, menggerakkan tirai jendela rumah Herlina. Suasana di dalam rumah terasa tenang. Musik instrumental mengalun lembut dari ruang dalam. Herlina duduk di meja makan, men

  • SEBELUM BERPISAH   193. Pernikahan 2

    Bu Karlina tampak canggung. Ada rasa malu yang membelenggu perasaannya. Namun diam-diam, ia bisa mengambil pelajaran dari peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Di depan mata sendiri, ia ditunjukkan betapa orang-orang yang ia sakiti hidup bahagia berkecukupan. Bahkan putrinya sendiri yang selama ini ia sia-siakan, mendapatkan pasangan yang sempurna.Pak Kuswoyo duduk di sofa seberang, memperhatikan mantan istrinya yang tampak canggung. Kemudian memandang ke arah Herlina. "Bagaimana acara pernikahannya Agnes? Semua berjalan lancar?" tanyanya, memecah keheningan."Alhamdulillah, lancar, Pa," jawab Herlina.Setelah beberapa jam berbincang, Herlina dan Bu Karlina berpamitan. "Kamu juga harus memikirkan tentang pernikahan, Her. Papa menunggumu untuk datang mengenalkan calon suami." Sambil melangkah ke depan, Pak Kuswoyo bicara pelan pada putrinya. Herlina mengangguk.Sopir keluarga mengantar mereka ke bandara. Dalam perjalanan, Bu Karlina terlihat lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Se

  • SEBELUM BERPISAH   192. Pernikahan 1

    SEBELUM BERPISAH- Ekstra PartJogjakarta ...."Mbak, jadi pulang ke Surabaya pagi ini?" tanya Agnes setelah masuk ke kamar yang ditempati mama dan kakaknya.Malam itu mereka menginap di rumah Pak Beny, papanya Aryo. Dan rumah itu yang selama ini ditinggali oleh Aryo. Karena Banyuaji sudah punya tempat tinggal sendiri. Nanti setelah usai acara pernikahan, papa dan mamanya Aryo kembali ke Jakarta.Mereka yang memegang kantor di Jakarta, juga sudah menetap di sana."Kami mau mampir dulu ke rumah Papa Kuswoyo, Nes." Sambil berkemas, Herlina memandang sang adik yang tampak lelah. Lelah karena seminggu ini mempersiapkan acara pernikahan yang padat, juga mungkin karena semalam adalah malam pertama bagi Agnes dan suaminya. Hmm ... rambut adiknya terlihat masih belum seberapa kering.Kemarin memang acara resepsi ngunduh mantu yang diselenggarakan secara megah di hotel berbintang. Dilanjutkan dengan acara keluarga di rumah orang tuanya Aryo yang ada di Jogja. Agnes sungguh beruntung. Keluarga

  • SEBELUM BERPISAH   191. Satu Momen di Surabaya 3

    Dua bulan kemudian ....Langit Surabaya begitu cerah pagi itu, seolah turut merayakan momen bahagia yang tengah berlangsung di salah satu hotel berbintang di pusat kota. Dekorasi berwarna emas dan putih mendominasi ruangan, menciptakan suasana elegan nan hangat. Hari ini adalah hari pernikahan Agnes dan Aryo.Setelah melangsungkan acara lamaran satu bulan yang lalu di rumah Pak Danu, hari ini menjadi momen kebahagiaan mereka dalam ikatan yang sah.Jam delapan pagi tadi, acara ijab qobul berjalan sangat khidmat.Sekarang Agnes dan Aryo bak raja sehari, duduk di pelaminan yang megah. Mengenakan busana pengantin Paes Ageng. Aryo tampak gagah dengan busana dada terbuka dan kepala yang dihiasi oleh Kuluk Kanigaran. Sedangkan Agnes menggunakan kemben dan kalung sungsun.Aryo di dampingi papa dan mamanya, sementara Agnes di dampingi Bu Karlina yang berdiri tepat di sebelahnya, lalu Herlina, Bu Danu, dan Pak Danu. Pria itu tetap memberikan kesempatan pada mantan istri untuk mendampingi putri

  • SEBELUM BERPISAH   190. Satu Momen di Surabaya 2

    Mendengar itu, dada Agnes berdebar hebat. Merasa malu sekaligus terharu. Ia tahu Aryo serius, tapi mendengar langsung pernyataan cintanya di hadapan sang papa dan mama tirinya, membuat wajah Agnes serasa menghangat karena malu."Saya serius, Pak. Saya sudah menunggu empat tahun untuk bisa datang ke Surabaya bertemu dengan Bapak." Jawaban Aryo yang membuat Agnes kian terharu sekaligus tersanjung.Pak Danu tersenyum bahagia, tampak puas dengan jawaban Aryo. Lelaki yang mencintai putrinya bukan pria sembarangan. Sosok keturunan ningrat yang jelas masa depannya. Dalam hati sangat bersyukur, anak yang menderita batin sejak kecil, kini mendapatkan calon suami yang benar-benar mencintainya."Baiklah. Saya tunggu keluargamu datang untuk melamar." Pak Danu pun tidak terlalu banyak berbasa-basi. Gestur Aryo sangat terbaca jelas, bagaimana dia sangat serius dengan putrinya.Aryo mengangguk. "Ya, Pak. Saya akan mengabari secepatnya."Selesai mereka bicara dengan Pak Danu dan istrinya, Agnes tida

  • SEBELUM BERPISAH   189. Satu Momen di Surabaya 1

    SEBELUM BERPISAH- Satu Momen di Surabaya "Aku hampir nggak pernah bertemu dengan ketiga kakakku dari papa," gumam Agnes."Terakhir aku bertemu mereka sudah lama sekali. Waktu aku datang ke rumah ini untuk menjenguk papa yang tengah sakit. Lama banget itu. Enam atau tujuh tahun yang lalu. Aku masih kuliah.""Mungkin kali ini juga menjadi kesempatanmu untuk bertemu dengan mereka," ujar Aryo.Agnes menghela nafas panjang. Menata hatinya yang kalang kabut. Tidak pernah datang, tiba-tiba ke sana dengan mengajak seorang laki-laki."Kita turun sekarang?""Ya," jawab Agnes sambil menata blouse yang ia pakai. Menyelipkan rambut di belakang telinga. Lantas membuka pintu mobil bersamaan dengan Aryo.Mereka mendekati pagar, Agnes menelpon sang papa. "Aku sudah di depan, Pa," ucapnya setelah panggilan dijawab. "Masuk saja. Papa tunggu di dalam," jawab Pak Danu.Agnes kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas. "Kita masuk, Mas!"Aryo mengikuti Agnes yang membuka pintu pagar. Mereka melangkah di h

  • SEBELUM BERPISAH   188. Serius 3

    "Sudah empat tahun. Sejak aku mulai bekerja di sini. Dia juga baru tinggal di Jogja tujuh tahunan. Sebelumnya tinggal di Jakarta.""Kamu sudah menceritakan tentangmu padanya?""Sudah.""Dia nggak menjauhimu. Berarti dia bisa menerimamu. Aryo sudah cukup jelas menunjukkan keseriusannya. Minta ke dia untuk memberitahu orang tuanya tentang kamu, Nes."Hening kembali. Mungkin sebenarnya orang tua Aryo sudah tahu. Yang dipikirkan Agnes sekarang memang kakaknya. Dia berharap Herlina menikah lebih dulu.Herlina memandang sang adik. Apa yang membuat adiknya minder, bukankah papanya orang berada. Kakak-kakak yang seayah dengan Agnes juga sukses semua. "Jangan tunggu mbak. Usiamu sudah dua puluh delapan tahun, Nes."Agnes memandang kakaknya sekilas. Kembali mereka terdiam hingga denting ponsel membuat Agnes meraih benda pipih di nakas sebelahnya.[Jam berapa besok kalian mau berangkat ke Surabaya?][Pagi, Mas. Jam 6 berangkat dari sini.][Oke. Setengah enam aku sampai di kosanmu. Pakai mobilk

  • SEBELUM BERPISAH   187. Serius 2

    "Aku sudah lama sekali memaafkan semuanya. Kamu nggak perlu merasa bersalah lagi. Hidup ini terlalu singkat untuk menyimpan dendam. Herlina dan aku serta adik-adiknya juga sudah bisa bertemu dan berkomunikasi dengan baik. "Semua permasalahan sudah berlalu. Kita punya jalan hidup masing-masing. Aku bersyukur kita bisa bertemu seperti ini dalam keadaan masih sehat."Kita hanya manusia. Nggak ada yang sempurna. Semoga kita bisa menjalani hidup ini dengan lebih baik lagi di sisa usia kita."Mendengar itu, Bu Karlina tersentuh, terharu, dan malu. Sebisa mungkin menahan air matanya supaya tidak jatuh.Herlina yang duduk di samping ibunya ikut terharu melihat momen itu. Sebenarnya sang papa adalah pria penyabar sejak dulu. Namun Herlina menutup mata disaat doktrin sang ibu sangat mendominasi dikala masa pertumbuhannya.Sekarang setelah berpuluh tahun, lelaki itu begitu legowo memberikan maafnya.Sedangkan Bu Fatimah hanya menjadi pendengar. Dia tidak boleh ikut campur urusan masa lalu suami

  • SEBELUM BERPISAH   186. Serius 1

    SEBELUM BERPISAH- Serius "Kamu saja yang nemui papamu, Her. Mama nggak usah." Bu Karlina tidak percaya diri bertemu dengan mantan suaminya. "Ma, bukannya ini kesempatan yang bagus. Mama bisa bertemu Papa dan meminta maaf atas apa yang pernah terjadi." Herlina berucap persis seperti apa yang dikatakan Bu Karlina ketika sang anak ragu untuk mencari papanya beberapa bulan yang lalu.Wajah Bu Karlina menegang, sorot matanya penuh kecemasan. "Kamu tahu sendiri apa yang pernah Mama lakukan ke papamu. Mama nggak tahu harus bicara apa kalau bertemu. Mama belum siap, Her.""Papa sudah lama memaafkan kita. Beliau bahkan nggak pernah membahas masa lalu setiap kali kami ngobrol di telepon. Papa sudah bahagia dengan hidupnya sekarang. Lagipula, kalau Mama terus menghindar, kapan lagi Mama bisa meminta maaf."Bu Karlina diam. Herlina benar. Bukankah ini kesempatan untuk bertemu dengan orang yang pernah disakitinya. Namun ia malu. Karena kondisinya yang sekarang terpuruk sedangkan sang mantan san

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status