Beranda / Romansa / SEBELUM BERPISAH / 58. Kegelisahan Hendy 2

Share

58. Kegelisahan Hendy 2

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-20 14:46:52

"Kami baik-baik saja," jawab Hendy singkat tanpa menjawab pertanyaan terakhir. Kemudian ia menyalami tantenya Herlina. Wanita yang terbaring lemah itu tersenyum senang karena dibesuk.

"Istrimu sudah hamil?" Tidak puas, wanita itu kembali bertanya.

"Belum." Hendy duduk di kursi samping brankar. Kemudian bertanya pada tantenya Herlina tentang bagaimana kondisinya. Sedapat mungkin ia mencoba menghindari berbincang dengan Bu Karlina.

"Kamu kan dekat dengan Herlin, kenapa nggak mencoba mengajak istrimu untuk konsultasi pada Herlin."

"Maaf, Tante. Ini privasi saya dan istri saya. Saya tidak ingin membahasnya," jawab Hendy diselingi senyuman. Tapi sorot matanya menunjukkan rasa tidak suka. Kemudian ia kembali fokus pada tante yang berbaring. Memberinya semangat supaya tidak menyerah dengan sakitnya.

Pintu ruangan terbuka dan sosok Herlina masuk, tampak bahagia melihat Hendy ada di dalam. Ia masih mengenakan jas dokter berwarna putih, rambutnya diikat ke belakang dengan rapi, dan senyum di wa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ayu Cla
emak sama anak sama aja yaaa, sama² wanita gatel, emaknya dukung lagi anaknya jadi pelakor?? ini kali ya alasan ortunya hendy ga' setuju sama herlina?
goodnovel comment avatar
Yanyan
mungkin inilah salah satu penyebab mmh nya hendy gak setuju sama Herlina ..
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
ada gitu emak yg dukung anaknya jadi velakor.. beneran gk waras deh..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SEBELUM BERPISAH   59. Kegelisahan Hendy 3

    Ranty menyebut alamat lengkap kantor pusat perusahaannya. Hendy mundur dan mencari bangku kosong di belakang pasien yang sedang menunggu diikuti oleh Ranty. Kemudian mencatat alamat yang disebutkan di ponselnya."Antrian Mbak masih lama?" tanya Hendy setelah menyimpan ponselnya."Masih. Karena kami juga baru datang, Dok.""Saya ingin menanyakan sesuatu kalau Mbak Ranty tidak keberatan."Dada Ranty berdegup kencang. Ini pasti pertanyaan tentang Elvira dan Rizal. Duh, gimana ini. "Silakan, Dok." Ranty duduk mengambil jarak satu bangku dari Hendy.Tanpa banyak basa-basi, Hendy terus terang menanyakan hubungan Elvira dengan Rizal waktu dulu. Ranty adalah sosok yang tepat untuk ditanyai.Meski gugup dan bingung, Ranty dengan berani menceritakan semuanya. Tak segan memuji bagaimana sosok Rizal yang dulu sangat mencintai dan melindungi Elvira. Treat like a queen, meski hubungan mereka ditentang oleh keluarga Elvira. Namun sampai sekarang tidak ada dendam dari Rizal dan ibunya. Ranty memang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • SEBELUM BERPISAH   60. Semalam di Jakarta 1

    SEBELUM BERPISAH - Semalam di Jakarta "Mas Hendy." Elvira terpaku.Hendy mendekat. Senyumnya merekah. Dia sudah hampir dua jam menunggu di lobi. Pihak resepsionis hotel tentu tidak mengizinkannya masuk kamar meski dia menunjukkan bukti kalau ia suaminya Elvira.Elvira menatap sang suami dengan perasaan kaget, heran, bingung, dan entah ada perasaan senang yang tidak bisa disembunyikan. Baginya ini kejutan. Padahal Hendy sangat sibuk. Terkadang akhir pekan ada panggilan dadakan dari rumah sakit. "Mas, bisa tahu aku di sini?""Ya." Dikecupnya kening Elvira. Kemudian mereka melangkah ke arah lift untuk naik ke lantai tujuh.Wanita itu masih bingung dengan kehadiran Hendy yang tiba-tiba menyusul. Hal yang tidak pernah ia pikirkan sama sekali. Suaminya jarang melakukan hal-hal impulsif seperti ini."Siapa yang ngasih tahu Mas, alamat kantorku di sini?" Elvira meletakkan tas setelah mereka masuk kamar."Nanti kita cerita. Bajumu basah. Kamu mau mandi dulu?""Eh, iya. Aku tinggal mandi dulu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • SEBELUM BERPISAH   61. Semalam di Jakarta 2

    "Mas, tahu dari mana alamat kantor dan hotelku?""Dari Ranty." Hendy jujur kalau bertemu dengan sahabat istrinya di poliklinik rumah sakit. Namun ia tidak menceritakan tentang obrolannya dengan Ranty yang sempat membakarnya jadi abu. Cerita yang membuatnya panas dan menyusul istrinya ke Jakarta. "Padahal nggak sampai dua puluh empat jam, aku besok sudah sampai rumah lagi.""Mas nggak tahu bagaimana menjelaskannya, El. Tapi tiga hari sejak kamu pergi. Rumah terasa begitu sepi. Tidak ada yang mas kelonin." Elvira mencebik dengan candaan garing itu. Hendy tersenyum memandangnya. Bilang kangen saja gengsi lelaki ini. Sudah dipancing-pancing tetap saja tidak mau bicara. Malah menanyakan tentang kegiatan Elvira di Jakarta. Kemudian pintu diketuk dari luar bersamaan dengan teriakan "room service." Hendy yang membuka pintu dan mengambil pesanannya. Lantas mereka makan sambil duduk di atas sofa. Hujan di luar dan suhu AC membuat suasana cukup dingin. "Kapan jadwal fashion show-nya?" tanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • SEBELUM BERPISAH   62. Semalam di Jakarta 3

    Setelah Hendy keluar, ponselnya berdering. Elvira memperhatikan nama yang tertera di layar. Untuk apa dokter gatal itu menelepon malam-malam. "Angkat nggak, ya?"Sejenak berpikir, akhirnya Elvira menerima panggilan. Namun tidak langsung bicara. Di dengar dulu apa yang hendak diomongkan dokter obgyn itu. Tidak lupa ia merekam percakapan mereka."Hen, kamu di mana?""Halo ... kamu di rumah, kan? Bisa ke rumah sakit sebentar nggak?"Elvira masih diam."Tanteku drop malam ini.""Maaf, Dokter Herlina. Mas Hendy-nya lagi ada bersama saya di Jakarta.""Oh."Telepon dimatikan, Elvira juga berhenti merekam. Lalu mengirimkan hasil rekaman itu ke ponselnya untuk disimpan. Berhadapan dengan perempuan seperti Herlina harus hati-hati dan penuh perhitungan. Belajar dari pengalaman yang kemarin. Ia heran, kenapa Herlina sibuk menghubungi Hendy untuk mengabarkan kondisi tantenya. Memang mereka berteman, tapi tidak juga sampai seperti itu. Apalagi menghubungi malam hari. Bukankah dia tahu kalau Hendy

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • SEBELUM BERPISAH   63. Sebuah Rahasia 1

    SEBELUM BERPISAH - Sebuah Rahasia Elvira turut menyalami lelaki itu. Dia tidak mengenalinya, tapi Elvira ingat siapa dia. Sering Elvira melihatnya di toko furniture milik sang ayah. Tampaknya mereka berdua cukup akrab.Kenapa dia memeluk Bu Karlina begitu mesra. Duduk juga saling berdekatan, seperti suami istri. Padahal setahu Elvira, istri lelaki itu berjilbab dan sering diajak ke kantor ayahnya. Elvira terakhir melihat, menjelang hari pernikahannya. Ada hubungan apa dengan Bu Karlina? Apa ... ah, Elvira menepis praduganya. Herlina juga tampak akrab. Dia mencium tangan dan lelaki itu mengelus kepalanya sejenak. "Sabar, ya. Sudah takdirnya Tante harus meninggalkan kita sekarang," ujarnya."Makasih, Pa," jawab Herlina yang membuat Elvira kaget. Oh, benar. Lelaki itu papa tirinya Herlina. Kemudian mereka saling berbincang. Elvira diam mendengarkan. Hingga terdengar azan maghrib berkumandang. Hendy izin numpang untuk maghriban. "Mari, Dok. Bareng saya." Lelaki tua itu mengiringi Hen

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • SEBELUM BERPISAH   64. Sebuah Rahasia 2

    Mereka masuk rumah dan langsung pamitan. Herlina masih sempat menawari makan malam, tapi Hendy menolak dengan halus. Ia menggandeng sang istri hingga ke mobil yang terparkir di luar pagar."Sebelum pulang kita makan dulu," kata Hendy saat mereka sudah duduk di mobil."Iya."Mobil meninggalkan depan rumah Herlina. Setelah tantenya tiada, otomatis Herlina yang akan menempati rumah itu bersama seorang asisten rumah tangga."Laki-laki tadi siapa namanya, Mas?""Pak Danu.""Ayah tirinya dokter Herlina?""Ya.""Aku pernah melihat laki-laki itu. Tapi bukan Bu Karlina yang bersamanya. Seorang wanita anggun berhijab.""Di mana kamu melihatnya?""Di kantor ayah. Apa Bu Karlina istri kedua?"Hendy mengangguk samar. Dan Elvira tidak melanjutkan pembahasan. Kelihatannya sang suami tidak ingin menceritakan kisah keluarga teman baiknya. Oke. Bukan masalah buat Elvira. Malas kalau ujungnya berdebat dengan suami gara-gara perempuan yang sama.Dia bisa tahu cerita tentang Pak Danu dengan menanyakannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • SEBELUM BERPISAH   65. Sebuah Rahasia 3

    Apa benda itu dari Rizal? Bukankah Ranty bilang kalau lelaki itu menunjukkan perhatiannya dengan memberikan beberapa benda. Kadang buket bunga, makanan kesukaan Elvira, atau hanya sekedar kalimat puitis."Rizal bukan orang kaya, Dok. Tapi dia pekerja keras. Kalau gajian, ia sempatkan membeli sesuatu untuk El. Meski itu bukan barang mahal. Sebagai bentuk perhatian, bahwa El itu sangat berarti dalam hidup dia."Hendy memperhatikan kotak kaca dengan teliti saat menyadari ada tulisan di sana. "Happy B'day, El." Hanya itu saja. Kemudian ada tanggal di bawahnya. 3 September. Segera Hendy bangkit dari duduknya. "Mas tunggu di kamar, ya.""Iya," jawab Elvira seraya menoleh sekilas.Masuk kamar, Hendy langsung membuka laci lemari paling bawah. Di mana ia menyimpan surat-surat penting di sana. Diambilnya kartu keluarga. Ternyata benar, Elvira lahir di tanggal 3 September. Berarti gelang itu hadiah untuk ulang tahunnya. Dan ia semakin yakin kalau benda itu yang memberikan adalah Rizal. Hati ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • SEBELUM BERPISAH   66. Jangan Kasih Tahu 1

    SEBELUM BERPISAH - Jangan Kasih TahuElvira memperhatikan sekeliling. Daripada menelepon dan menunggu di sana, sementara gerimis mulai deras, lebih baik ia menaiki motornya mencari tempat berteduh.Mana suasana mulai gelap. Ia takut kalau ada orang yang berniat jahat. Dalam keadaan ban bocor, Elvira menaiki motornya pergi dari tempat itu. Agak kesusahan, tapi dia harus pergi juga dari sana.Motor yang ia kendarai oleng. Suara ban berdecit pelan terdengar samar di antara suara hujan. Jalanan itu sepi, hanya beberapa kendaraan yang sesekali lewat dengan kecepatan tinggi, mengabaikan keberadaannya.Telepon suaminya belum tentu dijawab. Dia pasti sibuk. Telepon Arman, kakaknya tidak ada di kantor. Telepon Ranty jelas tidak mungkin. Rizal? Sudahlah, jangan menambah masalah lagi.Di tengah kekalutan itu, sekelompok pemuda dengan tiga motor melintas dan memperlambat laju kendaraan mereka ketika melihat Elvira. Salah satu dari mereka menoleh dan tersenyum lebar. Merapatkan motornya pada El

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22

Bab terbaru

  • SEBELUM BERPISAH   122. Hari yang Berat 3

    Hari keenam langit mendung seakan mencerminkan apa yang akan terjadi. Hendy baru saja selesai operasi dan ingin menemui istrinya di ruang ICU. Saat mendekati tempat itu, ia mendengar tangisan dari arah depan ruang ICU. Pria itu segera berlari cepat saat melihat Elvira terjatuh di lantai, menangis histeris."Ayah!" jerit Elvira. Suaranya penuh dengan kesedihan yang tidak bisa dilukiskan. Hendy meraih tubuh Elvira yang ditahan oleh Hasna. Dipeluknya tubuh sang istri yang menggigil dan terguncang. Ia tahu tidak ada kata-kata yang bisa menghapus rasa sakit itu. Yang bisa ia lakukan hanyalah menjadi pelindung bagi Elvira dalam momen kehilangan ini.Sejak tadi malam, Hendy sebenarnya sudah tahu kalau kondisi mertuanya semakin menurun. Namun ia hanya bicara pada Arman dan Amar.***L***Rumah Pak Azman dipenuhi para pelayat. Mulai dari kerabat, tetangga perumahan, hingga rekan bisnis, dan para pelanggan. Para dosen rekan Amar, rekan kerja Isti juga. Ranty dan Angel juga datang. Ranty hanya

  • SEBELUM BERPISAH   121. Hari yang Berat 2

    Elvira menepis ketakutan yang teramat sangat. Sedangkan Hendy lebih khawatir lagi karena istrinya sedang hamil. Lelaki itu mengusap pelan perut yang membulat disaat Elvira sibuk menghapus air mata dengan tisu. Semoga bayi mereka selalu baik-baik saja. Sejak awal kehamilan, Elvira mengalami banyak tekanan."Ayo, Mas. Kita pergi sekarang." Elvira tidak ingin terlambat."Oke." Hendy bangkit dari duduknya. Meraih ponselnya di nakas. Elvira mengambil tas dan mengenakan masker dobel. Dalam perjalanan, Elvira hanya diam. Rasa khawatir membuncah tidak bisa dibendung meski Hendy mengatakan kalau ayahnya pasti baik-baik saja.Sampai di rumah sakit, Elvira disambut oleh dua kakak lelaki dan juga iparnya. "Ayah bagaimana, Mas?" tanya Elvira pada Arman."Ayah masih di pantau oleh dokter," jawab Arman."Kita doakan ayah segera sadar." Amar mengusap bahu sang adik."Mas, aku ingin bertemu ayah!" Elvira memandang suaminya. Hendy mengangguk, lalu merangkul bahu sang istri dan membawanya masuk ruang

  • SEBELUM BERPISAH   120. Hari yang Berat 1

    SEBELUM BERPISAH - Hari yang BeratUsai mandi, Hendy tidak langsung keluar. Dia mengirimkan pesan pada asistennya yang masih di rumah sakit untuk menanyakan kondisi sang mertua. Ketika sudah mendapatkan balasan, Hendy baru keluar menemui istrinya."Sudah selesai?" Hendy menghampiri Elvira yang baru mematikan kompor."Hu um. Mas, mau makan sekarang?""Kita makan sama-sama.""Aku belum mandi.""Makan dulu baru mandi. Karena mas mau ngajak kamu ke luar.""Ke mana?" Elvira heran."Makan dulu, mandi, baru mas kasih tahu." Hendy tersenyum seraya mengambil dua piring di rak. Elvira yang bingung manut saja. Mau diajak ke mana? Biasanya sang suami langsung saja bicara tanpa berteka-teki.Dikarenakan dirinya juga lapar, Elvira pun duduk dan makan. Tapi entah kenapa perasaannya tidak enak. Namun ia tidak banyak bertanya. "Mau tambah lagi nasinya?""Nggak, Mas. Aku dah kenyang. Oh ya, kita mau ke mana?" Tidak sabar juga, akhirnya Elvira bertanya lagi. Perasaannya pun tak enak.Hendy tersenyum,

  • SEBELUM BERPISAH   119. Ketahuan 3

    Lima belas menit kemudian, Herlina baru menyusul. Hendy langsung memesan minum dan mix plater yang berisi kentang goreng dan nugget."Jadi Rizal itu akunmu?" tanpa basa-basi, Hendy langsung bertanya setelah Herlina duduk."Ya. Akhirnya kamu tahu." Tidak ada pilihan selain mengakui. Dia sudah tertangkap basah."Kenapa membuat email dengan nama pria itu? Dia lelaki yang baik. Tega kamu memfitnahnya. Aku kenal Rizal lebih dari yang kamu tahu."Dahi Herlina mengernyit heran. "Dia mantan kekasih istrimu yang sekarang masih terikat hubungan pekerjaan atau bisa juga lebih dari itu."Hendy tidak menanggapi. Sepertinya Herlina belum tahu kalau sudah tiga hari ini Elvira berhenti kerja. "Dari mana kamu mendapatkan foto-foto mereka?""Apa susahnya mendapatkan semua itu. Akun lama Facebook Rizal selalu mengunggah kebersamaan mereka." Herlina kembali penuh percaya diri untuk menutupi ketakutan karena sudah kepergok tadi."Siapa yang kamu bayar untuk mengambil video pertemuan mereka tiga hari yang

  • SEBELUM BERPISAH   118. Ketahuan 2

    Sudah tiga hari ini Elvira menjalani perannya sebagai ibu rumah tangga. Ada yang aneh dan ia merasa kesepian. Biasa aktif dengan pekerjaan, sekarang menjadi pengangguran. Ah, tidak juga. Di rumah dia masih mendesain setelah Hendy berangkat ke rumah sakit dan selesai beres-beres.Elvira memasak pagi dan sore. Siang sambil mendesain ia menonton televisi. Tidak lagi sibuk dengan media sosialnya. Sudah tiga hari ini ia tidak melihat acara 'live' akunnya Nirvana Elegance. Sebab jujur saja hatinya masih sedih dan merasa kehilangan.[Sepi tanpamu, El.] Ranty mengirimkan pesan. Mungkin meluangkan waktu di sela jam kerjanya. Saat itu baru menunjukkan pukul 10.00.[Nanti kamu akan terbiasa juga, Ran. Tetap semangat, ya. Raih mimpimu.][Bagaimana denganmu?][Aku sedang bahagia menikmati hari-hariku. Awalnya sepi. Tapi kalau ingat calon bayiku, aku kembali bersemangat. Ini keputusanku dan aku nggak akan menyesalinya.][Semua kehilangan karena kamu resign.][Hanya beberapa hari saja dan setelah i

  • SEBELUM BERPISAH   117. Ketahuan 1

    SEBELUM BERPISAH- Ketahuan Hendy menghubungi seseorang usai menerima email, yang mengirim video pertemuan Elvira, Rizal, dan Ranty di sebuah kafe. Ini tidak bisa dibiarkan. Siapa sebenarnya pemilik akun dengan atas nama Rizal itu. Sampai bisa mengambil video saat mereka melakukan pertemuan sore tadi di kafe."Kasih saya waktu dua hari sampai seminggu, Dok. Saya akan menemukan pemiliknya," jawab Ndaru di seberang."Oke, Pak Ndaru. Saya tunggu."Untuk melakukan pencarian seperti ini, Hendy tidak punya waktu untuk mengerjakannya. Dia membayar kembali Ndaru. Sebenarnya ia pun tahu, kalau untuk mengetahui identitas seseorang dari hanya dari email saja, belum tentu akan berhasil. Tapi ia yakin, Ndaru yang sudah berpengalaman mungkin punya cara untuk menemukan siapa pemilik akun itu.Lelaki itu menghela nafas panjang. Elvira memang sudah meminta izin menemui Rizal, Ranty, dan Angel untuk perpisahan mereka. Tapi di video itu Angel tidak ada. Apa yang ditampilkan di video mengusik jiwa Hend

  • SEBELUM BERPISAH   116. Pertemuan Sore Itu 3

    Lelaki itu mengambil ponsel dari saku celana saat ada bunyi notifikasi. Membuka benda itu sambil melangkah di lorong rumah sakit. Kembali ada email masuk yang mengirim foto Elvira dan Rizal. Ketenangannya terusik oleh hal-hal begini. Padahal hubungannya dengan sang istri mulai menghangat belakangan ini. Ia mencurigai Herlina. Dia begitu yakin kalau pelakunya adalah wanita itu. Tidak sulit bagi Herlina untuk mendapatkan foto-foto mereka, entah bagaimana itu caranya.Hendy terus melangkah ke parkiran. Dia tidak akan membiarkan, tapi bukan sekarang. Pasti akan ada waktu yang tepat untuk menegurnya. Kendati mereka masih bertemu setiap hari.Kalau sampai Herlina tahu Elvira berhenti kerja, memang dia membayar orang untuk mencari informasi itu.Sesampainya di rumah, Elvira sudah menyambutnya di depan pintu. Senyum wanita itu merekah, menyembunyikan apa yang terjadi tadi siang. "Aku khawatir Mas pulang malam, padahal aku sudah masak sup iga kesukaan, Mas." "Kalau pulang telat, Mas pasti

  • SEBELUM BERPISAH   115. Pertemuan Sore Itu 2

    "Aku sedih banget. Selama ini kita selalu bersama-sama. Sekolah, kuliah, jalan-jalan, kerja, selalu barengan." Mata Ranty memerah.Elvira tersenyum getir lantas memandang Ranty. "Nggak selamanya selalu bersama, Ran. Tapi kita masih bisa bertemu, berkomunikasi, meski sudah nggak menjadi rekan kerja lagi. "Kalau bukan aku, pasti kamu juga bisa memutuskan hal begini jika ada sesuatu yang membuatmu harus pergi. Dengan Rizal pun sama. Setelah projek selesai, kita pun akan terputus sebagai partner kerja." Elvira memandang Rizal yang saat itu juga memperhatikannya dengan mata yang memerah.Entah ini kesedihan yang ke berapa lagi. Luka dari perempuan yang sama. Dulu dia harus pergi, mulai mengobati hati. Ketika mulai terbiasa, kembali dipertemukan di Jakarta. Dan tuntutan pekerjaan membuat mereka kembali bertemu dan menjadi partner kerja. Rizal kembali terbawa oleh perasaannya yang masih tetap sama. Nyaman dan menjadi lebih bersemangat, meski ia sadar sesadar-sadarnya kalau Elvira itu sudah

  • SEBELUM BERPISAH   114. Perpisahan Sore Itu

    SEBELUM BERPISAH - Perpisahan Sore Itu Ketika Elvira dan Ranty hendak bangkit dari duduknya, saat bersamaan pintu ruangan diketuk lalu masuklah Angel. Wanita yang tengah sarat mengandung itu tampak kepayahan. Ranty mengambilkan kursi untuk duduk bosnya."Ada apa, Mbak?" tanya Ranty."Nggak ada apa-apa. Kalian mau nemui Rizal, kan?""Ya," jawab Ranty."Oke. Aku juga pasrah pada kalian berdua tentang renovasi kantor di Sidoarjo."Hening."Ada apa nih, kalian tampak sedih gitu?" Angel memperhatikan Elvira dan Ranty bergantian. Dia merasakan sesuatu yang berbeda.Ranty memandang Elvira. Biarlah Rizal menunggu, tapi ia harus memberitahu bosnya sekarang juga. Siapa tahu Angel bisa membuat Elvira merubah keputusan. "El mau resign, Mbak."Angel terperanjat. Matanya membulat memandang Elvira. "Kenapa resign?"Elvira memberikan alasan persis seperti yang diucapkan pada Ranty baru saja. Bicara dengan tenang, seolah tanpa beban."Mbak mau lahiran, El. Kalau kamu berhenti kerja, siapa lagi yang

DMCA.com Protection Status