Adrian menciumi punggung Sarah yang putih dan mulus."Aku bisa gila sayang, tubuhmu sungguh indah dan menggairahkan!" Bisik Adrian menciumi kulit mulus punggung istrinya. Ia membantu Sarah berposisi membungkuk dengan tangan Sarah mencengkram erat ke kedua sisi bathtub putih itu. Tangan Adrian membelai kulit putih itu di sepanjang punggung sampai ke bokongnya. Lalu ia mencengkram kedua pinggul Sarah yang luar biasa indah. Kedua tangan Adrian mencengkram pinggul Sarah dengan kuat. "Pinggulmu indah sekali sayang. Aku suka melihatnya bergerak dari belakang sini, itu membuatku gila sayang!"Adrian segera meraba celah sempit istrinya yang sudah basah kuyup itu. Ia menaruh ujung kepala kejantanannya dan membelai-belai bibir celah sempit Sarah yang sudah berdenyut-denyut ketika kejantanan Adrian mengeseknya dengan kasar."Ah Adrian, please jangan menggodaku baby!" Sarah mendesah hebat merasakan kenikmatan yang menyiksa tubuhnya.Menjawab rengekan istrinya, Adrian mendorong pinggulnya membenam
Keesokan harinya setelah sarapan pagi, Adrian mengajak Sarah untuk berjalan-jalan pergi ke pantai. Mereka telah menyiapkan pakaian ganti karena Adrian ingin pergi surfing.Dengan mobil sportnya Adrian menyetir dengan membuka jendela mobil yang terbuka menikmati sinar matahari pagi Bali. Jalanan menuju pantai Canggu tidaklah terlalu ramai, namun mereka harus beberapa kaki menepi karena Sarah ingin mengambil foto upacara adat yang sedang berlangsung di Pura yang ada di tepi jalan.Adrian memandang istrinya yang cantik dengan dress pantainya bermotif bunga-bunga berwarna biru. "Istriku sangat cantik sekali, meski hanya memakai sendal jepit dan tanpa make up, wajah Laura yang ditutupi kacamata hitamnya yang penuh membuat penampilannya tetap memukau di mata Adrian."Apa kamu sudah selesai honey?" kata Adrian menghampiri Sarah yang sedang memandang ke salah satu anak kecil yang sedang berdoa di pura itu. Adrian memeluk tubuh Sarah lalu mengelus perutnya dengan mesra. "Kit
Mereka berkendara pulang kembali ke Villa. Jalanan sudah semakin padat dengan lalu lintas kendaraan yang lalu lalang. Jalanan yang ditempuh mereka juga semakin sempit karena ada pembangunan gorong-gorong air di sisi jalan.Adrian masih saja tersenyum di sepanjang perjalanan mereka karena mendengar Sarah mengomel tentang kejadian tadi. Apalagi ketika Sarah berhasil mengejar Adrian, laki-laki itu malahan membopong Sarah di pelukannya dan berteriak-teriak seperti orang gila."Ini istriku, dia sangat cantik kan kalau lagi marah. Aku sangat mencintainya dan aku tidak sabar untuk dihukumnya di kamar tidur!" Mendengar suaminya yang berteriak-teriak seperti itu Sarah menjadi kesal benaran karena malu. Ia memukul pelan dada Adrian lalu bersembunyi malu di pelukan suaminya."Lihatkan dia juga begitu mencintaiku. Dia sudah tidak sabar memelukku sekarang." mendengar Adrian yang berbisik Sarah kembali menepuk dadanya dan mencubitnya gemas. "Sudah jangan menggodamu lagi Adrian!"
"Hannah jangan tidak sopan dengan tuan Adrian?" kata ibu Panti dengan nada tinggi. "Maafkan tuan Adrian, biasanya Hannah ini sangat sopan sekali!" kata ibu Panti meminta maaf untuk Hannah."Kenapa aku harus minta maaf kalau dia juga tidak sopan bu." kata Hannah memberi argumen."Hannah, ayo minta maaf!" kata ibu panti menyuruh Hannah segera."No, maaf bu aku nggak mau. Maaf ya Bu." kata Hannya mendelik kasar pada Adriannlalu berlalu pergi dari ruangan itu."Maaf ya tuan Adrian itu Hannah dia besar di panti ini sekarang membantu saya mengelola panti ini. Maaf ya.""Tidak apa-apa kok bu, itu ibu saya datang saya permisi dulunya bu. Mau ke kamar kecil!" kata Adrian berbohong, padahal ia ingin mengejar gadis muda itu.***Setelah mencarinya ke seluruh panti dan bertanya pada orang-orang akhirnya Adrian menemukan gadis itu sedang bermain bersama anak-anak panti di halaman belakang."Hallo... Hai!" kata Adrian menyapa ramah pada Hannah dan anak-anak kecil di se
Hannah begitu cantik menunggu Adrian di depan pintu pant di hari sabtu yang sudah mereka janjikan. Dengan memakai mini dress berwarna hitam yang ia rancang sendiri dan sebuah tas jinjing berwarna senada, ia menggandeng tangan Adrian menuju mobilnya. "Apa kamu suka masakam Italia nona?" kata Adrian melajukan mobilnya menuju pusat kota."Sejak kecil aku tidak dibiasakan untuk memilih-milih makanan tuan, sehingga aku selalu menikmati nikmat dari makanan yang Tuhan berikan." kata-kata Hannah yang tidak terdengar seperti menggurui membuat Adrian tersentuh. Ia tahu Hannah adalah anak yatim piatu tapi ia tidak tahu bagaimana ia dibesarkan di panti itu. Tapi dari cara Hannah bersikap selama ini Adrian bisa menebak kalau hidup tidak selalu berlaku adil pada gadis cantik di di sebelahnya. Dengan pemikiran itu, ingin rasanya ia membawa Hannah hidup di rumahnya alih-alih dibesarkan di panti asuhan itu."Tidak usah mengasihaniku Adrian, hidupku tidak melulu keras. Aku punya ibumu,
Adrian melumat mulut Hannah, menyusuri kehangatan mulutnya dengan lidahnya. Adrian mencoba merasai bibir Hannah dengan lidahnya yang basah. Adrian lalu beralih ke leher Hannah yang indah dan gundukan payudara Hannah yang membuncah. Adrian kembali melumat puncak payudara Hannah yang tegak meruncing. Mencecap dengan lidahnya dan mengisap dengan mulutnya dari satu puncak payudaranya ke puncaknya yang lain. Lumatan Adrian yang rakus membuat Hannah bergerak gaduh dan mendesah-desah. Ia mengerang panjang, menikmati hangat mulut Adrian yang melumat habis payudaranya.Adrian menyusuri perut Hannah yang begitu langsing dan seksi. Pinggulnya yang berlekuk seperti gitar Spanyol, membuat Adrian terus mendesah. Ia ingin tahu bagaimana rasanya diguncang oleh bokong Hannah yang montok.Hannah mendesah keras, sentuhan dan lumatan mulut Adrian padanya saat ini sangat luar biasa nikmat. Begitu bergairah dan menuntut sehingga menimbulkan sensasi luar biasa pada tubuh Hannah. Tubuhnya suda
"Adrian, my baby kamu kenapa?" suara Sarah tidak didengar Adrian. Ia masih begitu syok sehingga dirinya sedang larut di dalam masa lalu bersama Hannah. Mulai dari awal pertemuan mereka, kencan pertama mereka sampai ketika Adrian memuthskan untuk menikahi Hannah. Lalu kecelakaan mereka yang membuat pikiran Adrian terus berkutat di situ.Mobilnya yang disalip, mobilnya yang berputar dan terguling, suara teriakan Hannah. Kengerian pemandangan mobil yang terpelanting lalu ketika ia melihat dirinya dan Hannah terbentur sisi-sisi mobil dan kegelapan yang cepat meliputinya ketika mobil itu sudah terpenuhnya terbalik.Tidak ada yang diingat Adrian lagi selain ia bangun dengan luka-luka di sekujur tubuhnya dan ibunya yang menangis mengetahui ia sudah tersadar. Lalu ia melihat Hendri berdiri dengan wajah yang sangat sedih, seolah ada sedeorang yang meninggal di ruangan itu. Tapi Adrian hidup dan ia hanya menderita luka-luka saja, tapi di mana Hannah. Sejak ia tersadar ia tidak melihat
"Siapa Hannah, perempuan yang dipanggil-panggil terus oleh suamiku?" tanya Sarah langsung terus terang pada Hendri."Maaf Nyonya, bukan saya bermaksud untuk kurang ajar tapi saya tidak bisa menjawabnya Nyonya. Mungkin Nyonya bisa bertanya lansung pada Tuan.""Bagaimana aku bisa bertanya jika Adrian saja tidak merespon semua pertanyaanku dan perlakuanku padanya. Ia sedang mengalami syok yang berat Hendri!" kata Sarah dan mulai menangis terisak."Ia tidak tahu harus mengadu pada siapa tentang kondisi suaminya ini selain pada Hendri. Sejak ibunya Adrian mengata-ngatainya Sarah tidak merasa nyaman untuk bercerita pada Nyonya Eliza. Apalagi Adrian dalam kondisi seperti ini ketika mereka sedang berlibur bersama di Bali."Pak Adrian syok? Apa yang sebenarnya terjadi Nyonya?" tanya Hendri mulai merasa khawatir ini berhubungan dengan trauma Adrian terhadap Hannah tunangannya dulu. Apalagi di awal Sarah menyebutkan nama Hannah yang terus disebut-sebut Adrian katanya.
Leo meraup tubuh Becca dan membawanya ke kamar mandi. Menurunkannya di bawah shower. Leo menyalakan air di shower itu dengan kecepatan yang pelan. Membuat air menimpa tubuh mereka yang panas."Akuilah Becca kamu masih mencintaiku, kalau tidak bagaimana kamu bisa mengerang begitu keras saat ku setubuhi tadi!""Tidak, aku tidak mencintaimu! Aku membencimu!"Melihat pemandangan tubuh Becca yang basah dan molek dan penolakannya yang munafik membuat hasrat Leo meledak.Dengan bernafsunya, Leo melumat bibir wanita itu, Becca menggigit bibir Leo sehingga pria itu menghukumnya dengan menarik putingnya keras dan saat Becca mengaduh, lidahnya membelit dengan bergairah memberikan kenikmatan luar biasa bagi mereka berdua.Leo mendesak kasar tubuh Becca hingga menempel ke tembok marmer dingin tempat mandi shower itu. Sehingga kedua bokong Becca menempel, menekan marmer yang terasa dingin di kulitnya itu."Aku akan membuktikan kalau kamu masih mencintaiku Becca! Aku akan m
Becca sangat cantik sekali, Leo mengakui itu. Ia seorang laki-laki normal. Apalagi ketika ia melihat puncak payudara Becca yang lebih menonjol dari yang diingat Leo. Mungkin karena ia menyusui putranya sehingga kedua putingnya terlihat lebih menggairahkan.Apalagi bagian intim Becca yang sangat dirindukan Leo untuk dimasukinya, membuat Leo meneguk ludahnya berkali-kali.Kejantanan Leo berdenyut-denyut. Miliknya telah menegang maksimal ketika membayangkan membenamkan dirinya jauh-jauh ke dalam tubuh Becca.Leo meruntuki dirinya sendiri karena merasa terangsang hanya karena melihat tubuh Becca yang telanjang."Please Leo...." desah Becca memohon, entah apa yang ia minta.Erangan pelan keluar dari mulut Becca ketika Leo melumat bibirnya. Lidahnya sangat menuntut Becca untuk membalas ciumannya. Mereka berciuman dengan tergesa membuat nafas Becca tersengal-sengal."I want you to ride me !" Leo mengangkat Rebecca ke atas pangkuannya.
Leo memecah jalanan Ibukota yang ramai dengan mobil sport nya. Informasi terbaru tentang Rebecca membuat ia melupakan sejenak gairahnya yang membludak. Ini teramat penting sehingga Leo menambah kecepatan mobilnya seperti pembalap yang sedang mengikuti lomba."Lacak di mana Rebecca sekarang berada dan tahan sampai saya datang!" Leo memberi perintah melalui pengeras suara teleponnya di mobil oada orang kepercayaannya.Konsentrasinya kembali terpusat pada jalanan di depannya. Ia tidak sabar untuk menemui wanita itu. Hanya dalam lima belas menit ia telah sampai di parkir VIP tempat Rebecca telah ditahan oleh orang kepercayaannya.Leo turun dari mobil dan menghampiri Rebecca yang tampak ketakutan dihadang orang tidak dikenal. Ternyata ia dipancing oleh orang kepercayaan Leo dengan iming-iming informasi terbaru tentang kedua orangtuanya yang masih ia cari sampai sekarang. Ia ditahan di sebuah mobil di parkiran VIP ini sambil menunggu Leo datang menjemputnya."Ikut aku!" Leo menarik tangan
Leo menemani Abigail berbelanja hampir ke seluruh store di mall itu. Mulai berbelanja tas, sepatu, pakaian dan juga aksesoris branded.Selama berbelanja, tubuh Leo bebas untuk digelayuti Abigail untuk bersandar, dipeluk dan digandeng."Okey sekarang barang-barang ini akan diantar langsung ke Penthouse mu Abigail! Karena sudah waktunya makan malam maka sebaiknya kita pergi ke sebuah restoran." usul Leo langsung ditanggapi Abigail dengan anggukan dan gandengan tangannya. Mengajak Leo ke sebuah restoran favorit gadis itu tidak jauh dari sana."Aku akan memanggil driver, jadi kita bisa membuka sebotol Champagne!" Leo memanggil pelayan dan segera menyuruhnya membawa dua gelas dan sebotol Champagne untuk mereka berdua.Abigail menyesap Champagne-nya, lalu Leo mengajaknya bertoast dan meminum Champagne itu sampai habis.Ketika ia lihat Abigail tampak sedikit mabuk, Leo mulai mengajukan pertanyaannya."Abi, apa benar Allen sudah menikah sekarang?" tanya Leo serius pada gadis yang mulai tersen
Selama lima tahun pria itu terus bersembunyi. Ia tidak bisa mempercayai siapapun sekarang. Tidak seperti lima tahun lalu saat ia mempercayai semua orang kepercayaannya dan juga asistennya yang tidak akan pernah mengkhianatinya. Tapi ternyata ia salah. Sampai ia mengetahui kebenarannya dari asisten yang telah menjadi orang terpercayanya sejak dulu.Kalau ia telah menikahkan putrinya pada orang yang hendak membalas dendam pada keluarganya. Pria itu marah dan menyesal setengah mati ketika putri tersayangnya sudah berada di negara belahan dunia yang lain.Pria itu pun sedang membangun kembali perusahaannya. Ia bekerja dengan diam-diam dengan menggunakan identitas lain dibantu oleh orang kepercayaannya.Di dunia bisnis ia dikenal sebagai pebisnis handal. Dalam jangka satu tahun satu perusahaannya berkembang menjadi 10 lalu dua tahun kemudian menjadi 50 perusahaan dan di tahun ke lima ini perusahaannya sudah bisa disejajarkan dengan perusahaan lamanya yang sudah diambil alih menantunya."Ap
"Rebecca, berhenti kamu! Berhenti!" suara Leo terdengar keras memerintah.Tubuh Rebecca gemetar seketika, ia harus memikirkan jalan keluar untuknya secepatnya. Ia tidak ingin bertatapan dengan Leo sekarang ini."Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan!" bisik Rebecca berdoa dalam hatinya sementara ia mendengar langkah Leo terus mendekat di belakangnya.Saat ia mengira Leo sudah ada di belakangnya, Rebecca pun berbalik. Ia memasang wajah dingin dan acuh pada Leo di depannya."Oh Tuhan ini benar kamu Rebecca!" suara Leo begitu bergetar seperti seseorang yang sedang menemukan harta karun terbesarnya.Rebecca diam, memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Leo selanjutnya."Kemana saja kamu selama ini! Aku terus mencarimu tanpa henti!" Leo maju satu langkah namun secara refleks Rebecca pun mundur satu langkah. Menjauhi mantan suaminya itu."Maaf tapi aku harus pergi sekarang!" Rebecca menghindari tatapan Leo dan bermaksud seger
Matheo merogoh saku celananya, ia melihat kartu nama yang sempat diberikan Leo padanya."Apa aku boleh meneleponmu di nomer ini?" tanya Matheo pada Leo saat ia memberikan kartu namanya itu di lobi."Of course, kalau aku senggang tentu aku akan mengangkat telepon kamu. Kalau aku sibuk nanti aku akan menelepon kamu balik."Biasanya dia akan merasa terganggu dengan adanya anak-anak yang berisik tapi dia tidak merasa seperti itu pada Matheo."Baiklah kalau begitu aku akan meneleponmu jika kau tidak keberatan dengan itu!" Matheo mengulurkan tangannya mengajak Leo krmbali berjabat tangan menyetujui idenya.Leo tertawa sambil menyambut uluran tangan bocah itu. Entah mengapa dalam hatinya ia merasa sangat senang menghabiskan waktu bersama Matheo.Matheo memandang kembali kartu nama itu dan menaruh kontaknya di ponselnya. Ia lalu memandang Rebecca dengan lembut."Aku akan senang sekali kalau mom bisa berpacaran dengan pria baik i
"Tuan anda sangat tampan, apa anda sudah memiliki kekasih?" Matheo memperhatikan kenalan barunya itu, pria yang sangat tinggi dan tampan. tubuhnya bagus dan kokoh. Belum lagi pria itu sangat baik dan ramah terhadapnya.Leo tertawa anak kecil itu menanyakan apa ia memiliki kekasih, untuk apa ia perlu bertanya padanya."Kenapa? Apa ada seseorang yang ingin kau kenalkan padaku nak?" tanya Leo sambil tersenyum tipis."Tentu ada jika anda berminat berkenalan." jawab Matheo dengan cepat.Matheo memperhatikan jas yang dipakai pria itu dan jam tangannya terlihat sangat mahal dan pas di badan pria itu. Menyebabkan penampilan pria itu sangat sempurna dan tampak mahal.Leo tertawa, ia lalu mengelus rambut anak laki-laki itu."Itu bisa kamu lakukan nanti, mengenalkanku dengan wanita cantik dan baik tapi sekarang lebih baik kita mencari ibumu dulu. Mungkin sekarang dia sudah sangat khawatir kepadamu."Matheo mengangguk lalu berjalan bersama Leo, mencari ibunya di sekitar lobi. Namun ia tidak nelih
"Apakah itu tuan Leonardo Davis?" seorang wanita bergaun hitam berbelahan dada terbuka menatap penuh minat ke arah Leo yang sedang melintas di depannya."Ya betul itu tuan Leo, semakin tampan dan gagah saja setiap harinya. Tapi lihat siapa itu yang berada di sisinya? Pasti nona Abigail Burke!" wanita muda lainnya yang duduk bersama wanita bergaun hitam ikut memandang dan menimpali kata-katanya."Betul itu Abigail, gadis yang selalu berlagak seperti istri tuan Leo. Betapa menyebalkan! Lihat betapa mesranya dia menggandeng tangan tuan Leo. Aku benci tingkahnya yang seperti memiliki tuan Leo sepenuhnya padahal dia bukan siapa-siapa tuan Leo!" wanita ketiga yang duduk bersama itu menatap penuh iri ke arah Abigail.Pembicaraan ketiga wanita di restoran yang didatangi Leo dan Abigail terdengar samar di telinga Abigail dan membuat gadis itu semakin mengencangkan rangkulannya di lengan Leo."Dasar wanita-wanita yang iri! Lihat aku Abigail, satu-satunya wa