"Bagus, ya? Masa idah belum selesai tapi udah punya gebetan baru." Tiwi tiba-tiba datang dari arah dapur menghampiri Darmi yang sedang menggoda Lastri. Tiwi memang belum pulang ke rumahnya lagi. Dia bilang, anak-anaknya masih betah berada di sana. Padahal yang sebenarnya adalah Tiwi ingin memantau semua yang Lastri lakukan. Sedangkan suaminya sendiri sudah berangkat sehari setelah keributan yang terjadi di keluarganya. Tiwi pun tak serta merta memberi tahu Joko kalau Lastri masih ada di rumah ibunya. Tiwi pikir, jika adiknya itu tahu, bisa-bisa Joko akan kembali mendekati Lastri. Entah kenapa Tiwi sangat tak menyukai Lastri dari semenjak adiknya menikah dengan Lastri. "Apaan kamu, Wi? Gak usah fitnah kamu!" sentak Darmi tak terima. "Siapa yang fitnah to, Buk'e. Wong udah jelas keliatan depan mata kalo dia itu udah bawa gandengan baru. Cerai aja belum, tapi udah kegatelan! Cih! Bisa aja nuduh Joko selingkuh sama janda gatel, gak taunya dia sendiri sekarang jadi janda gatel!" cibir
"Duh, Mas Teguh ke mana, sih? Kok di hubungin gak bisa. Aku kan, mau minta laporan laba rugi!" gerutu Tiwi yang kini sibuk berulang kali menghubungi suaminya tapi tak tersambung juga. "Ish! Nyebelin. Mentang-mentang gak aku awasin, kayaknya dia seenaknya sekarang hamburin duitnya."Selama ini, ternyata Tiwi bukan hanya mengatur Joko. Tapi, uang suaminya juga dialah yang mengatur. Teguh, suami Tiwi itu adalah seorang pemilik toko bahan bangunan yang cukup besar di Desanya. Dia merintis usahanya semenjak menikah dengan Tiwi. Dan tentu saja, modal awal yang di miliki Teguh untuk membuka toko tersebut adalah dari uang tabungan Tiwi. Maka dari itu, Tiwi mengatur semua keuangan yang masuk dan keluar dari toko tersebut. Kini, setelah seminggu dirinya tinggal di rumah Darmi, suaminya itu berubah menjadi sangat mencurigakan. Jarang menghubungi Tiwi dan bahkan tak memberikan laporan tentang uang yang masuk dan keluar setiap hari. Tiwi kemudian iseng membuka-buka stroy WAnya karena Teguh tak
Lastri pulang setelah dirawat selama seharian. Hidung yang terbentur ternyata mengalami infeksi, belum lagi kepalanya yang terluka juga membuatnya sering merasa pusing. Banyak hal yang Putra lakukan seharian menunggu Lastri. Selain banyak mengobrol tentang kehidupan sehari-hari, lelaki itu juga banyak bertanya tentang rencana kuliah Lastri. Dia bilang, dia juga seorang Dosen di universitas tempat Lastri akan menimba ilmu. Putra sangat antusias melihat semangat Lastri yang mau kembali mengejar cita-cita meskipun sedikit terlambat. Lelaki itu juga bercerita kalau dirinya memiliki usaha kecil di bidang otomotif. Jual beli dan servis dan reparasi. Sebuah kebetulan yang aneh menurut Lastri. Awalnya Lastri canggung dengan lelaki yang telah menolongnya dari kejaran Joko tersebut karena dia adalah seorang dosen, tapi karena pembawaan Putra yang santai dan ramah membuat Lastri mulai merasa nyaman untuk bercerita. Darmi juga seharian menemani Lastri bersama Putra. Dia sangat merasa antusias
Tiwi akhirnya memutuskan pulang tanpa memberikan kabar pada suaminya. Entah kenapa firasatnya mengatakan bahwa suaminya tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Di tambah lagi, ucapan Yu Tati kemarin sore membuat pikirannya jadi tak tenang. "Suami itu jangan di tinggal lama-lama, Dek Tiwi. Lihat tuh, Dek Lastri dan Joko. Akhirnya Joko memiliki perempuan lain, kan, gara-gara Lastri tinggal-tinggal? Kita gak boleh biarin ada celah untuk pelakor."Kata-kata Yu Tati itu membuat Tiwi berpikir semalaman sebelum memutuskan untuk pulang menyusul suaminya. Apalagi, dia melihat story WA Jenita yang terus menunjukkan kemesraan dengan seseorang yang sepertinya sangat Tiwi kenali, membuat dirinya akhirnya memutuskan untuk pulang. "Kamu serius mau pulang, Wi? Padahal gak usah di dengerin itu omongan si pan tat. Bisa-bisanya dia malah bergosip seperti itu soal suamimu. Selama ini Buk'e lihat, suamimu itu sangat baik dan penurut. Tak pernah macam-macam. Lihat itu Dani dan Hani, kasihan mereka seperti
Lastri mematung sesaat ketika pandangannya beradu dengan sosok yang akhir-akhir ini sedang berusaha dia lupakan. Beruntung, tiba-tiba Putra datang dan memanggil laki-laki yang sudah memporak-porandakan hatinya kemarin. Lastri langsung menunduk dan bersembunyi, dia berusaha untuk menghindari Joko. Joko yang di panggil masuk oleh Putra ke ruangannya, sekilas kembali melirik ke arah mobil bosnya itu, ternyata tak ada siapapun di dalam sana. 'Apa aku tadi cuma berhalusinasi? Ah, mungkin ini karena efek aku terlalu merindukan Lastri,' batin Joko. Diapun bergegas masuk ke ruangan bosnya. "Ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanya Joko pada Putra atau yang selalu dia panggil Rendi. "Ini, Mas. Herry kan, hari ini gak bisa masuk. Dia mendadak harus ke luar kota katanya. Jadi, dia gak bisa handle bengkel hari ini. Mas Joko bisa handle untuk hari ini kan? Gantiin Herry.""Ga-gantiin, Mas Herry?" tanya Joko tak percaya. Pasalnya dia baru saja bekerja beberapa hari, dan kini dia malah di tunjuk u
Di ruang khusus kasir itu sayangnya CCTV tiba-tiba mati. Bukan tanpa sebab karena memang para pegawai yang sengaja membuatnya mati sehingga mereka bebas membuat drama seolah Joko yang telah mencuri uang. "Mas Joko, maaf sebelumnya, tapi ... apa kamu tadi mengambil uang di laci kasir saat Wulan ke toilet?" Bukan Putra yang bertanya, tapi Wulan. Dia yang diminta memanggil Joko malah langsung bertanya, bukan membiarkan sang bos yang melakukannya. "Uang? Enggak, aku gak ngambil uang, Lan. Memangnya ada apa?" ucap Joko heran. Wulan terlihat menggigiti kuku jarinya. Dia juga takut menjadi tersangka. Kalau bukan Joko berarti dialah yang harus tanggung jawab. "Ada yang mengambil uang. Selisih 500ribu, dan Bos marah," ucap Wulan pelan. "Mas Joko diminta datang ke ruangan Bos. Ayok!" Wulan mengajak Joko menemui Putra. Wulan mengetuk pintu dan langsung dipersilakan masuk. Putra sudah mengecek CCTV. Dan ternyata memang mendadak mati sebelum kejadian hingga sekarang. "Wulan sudah menjelaska
Setahun berlalu ....Kehidupan memang selalu berputar. Jika dulu, Joko adalah seorang suami yang selalu otoriter dan selalu pelit terhadap istri, sekarang justru dia yang mendapatkan istri yang sangat perhitungan. Berulang kali dia menemui Lastri, tapi berulang kali juga dia gagal. Bukan hanya karena Lastri tak mau menemuinya, tapi juga karena Darmi yang tak pernah mengizinkan Joko untuk mendekat pada Lastri. Apalagi sekarang hubungan Lastri dan Putra semakin dekat. Darmi lebih setuju Lastri dengan dosennya daripada kembali pada anaknya sendiri. Meski jauh di lubuk hati Darmi, dia menyayangi Joko, tapi Darmi enggan mengorbankan masa depan Lastri. Dia pikir, Lastri takkan pernah bahagia jika hidup dengan Joko. Sebenarnya Joko berniat ingin mengajak Lastri rujuk. Hanya saja, dia belum bisa meninggalkan Surti, karena istrinya itu ternyata kini hamil anaknya. Pagi ini, Joko kembali ingin menemui Lastri. Rasa-rasanya, dia mulai lelah dengan segala keinginan Surti yang semakin mengada-ad
Flashback satu bulan lalu ...."Kita mau ke mana ini, Mas?" tanya Lastri pada Putra. Pasalnya malam-malam seperti ini, Putra datang ke rumah Darmi dan mengajaknya pergi. Lastri bahkan sudah memakai setelan piyamanya untuk tidur. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. "Kita mau ke suatu tempat. Kamu pasti suka. Sekalian Mas mau ngomong sesuatu," ucap Putra. "Ngomong sekarang aja kenapa, Mas? Aku males ganti baju kalo keluar," tolak Lastri. "Udah kayak gitu aja, gak usah ganti. Yuk, keburu kemaleman." Akhirnya Lastri terpaksa ikut. Akhir-akhir ini memang mereka mulai dekat. Putra yang selalu menempel pada Lastri. Mengajak berangkat dan pulang kampus bersama. Mengajak makan bersama dan juga memberikan perhatian-perhatian kecil pada Lastri. Padahal, selama ini Lastri selalu menjaga jarak agar tak terlalu dekat dengannya. Bukan karena apa, dia merasa minder dengan statusnya yang seorang janda, sedangkan Putra adalah seorang pria lajang yang belum pernah menikah sama seka