Share

BAB 67

Penulis: irma_nur_kumala
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-08 07:28:10

Tangan Abigail bergetar saat dia melihat gaun yang akan dipakainya di acara pesta Tuan Geovani tercabik-cabik di lantai kamarnya nampak begitu mengenaskan. Gaun malam selembut sutra berwarna hitam itu sudah tidak berbentuk lagi. Padahal dia hanya pergi sebentar untuk mengambil wine yang diinginkan Lucca sesuai instruksi Serafine.

Kenapa? Kenapa dia harus mengalami hal seperti ini?

Abigail berjalan mendekat, terduduk lemas di lantai dan memungut serpihan gaun dengan air mata yang menetes. Bayangan akan senyuman Tuan muda Geovani dan sebaris pesan yang ditulisnya membuat Abigail tidak bisa menahan kesedihannya.

Gaun ini akan cocok sekali denganmu, Abigail.

Undangan pesta itu diartikan Abigail seperti sebentuk oase dari sesaknya mansion Lucca. Acara yang dia harapkan bisa sedikit saja memberikan kegembiraan dalam hatinya yang mendung. Tapi sekarang, kegembiraan itu menguap. Mungkin, memang seharusnya dia tidak boleh merasakan sedikit kegembiraan.

Abigail memeluk gaunnya, merunduk dalam-
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 68

    Senyuman Abigail memudar, membiarkan Dom membawanya berputar dengan gemulai, bergerak pelan dengan dagu yang disandarkan di bahu Abi yang juga meletakkan kepalanya di bahu Dom. Menghayati gerakan samar mereka meski hanya ke kanan dan kekiri atau kedepan juga kebelakang. Abigail mencoba menyamankan diri dengan perhatian juga kehadirannya yang memberikan banyak perbedaan. Tanpa sadar Abigail menangis membuat Dom tersentak. Saat akan melihat wajahnya, Abigail memalingkan muka ke arah berlawanan. "Abi, kenapa?" "Dom—" Abigail memeluknya erat. "Aku tidak pantas berada di sana. Aku tidak akan datang ke pesta itu. Maafkan aku." Dirasakannya Dom membeku sesaat, membuat Abigail mengeratkan pelukannya dan lega saat Dom balik memeluknya lalu berucap lirih. "Kalau begitu berdansalah denganku sekarang, Abigail." ***** Abigail menyeret langkahnya semakin cepat, berada tidak jauh di belakang seseorang berjubah hitam yang berjalan agak di depan. Seseorang yang begitu mencurigakan di saat waktu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 69

    Gerakan mereka terhenti saat Artur memegangi kaki Dom dan berusaha menahannya membuat setengah badan lelaki itu di luar tebing. "Dommmm....." Abigail menangis, berusaha keras tetap berpegangan padanya. "Abi, aku akan menolongmu. Jangan lepaskan tanganku." "Tolong aku Dom." Abigail sangat ketakutan. Ketika melihat ke bawah dilihatnya wanita itu memeganginya erat dengan senyuman cantik meski mulutnya mengeluarkan darah. "ARTURRR, TARIK KE BELAKANG!!" Teriak Dom. "AKU SEDANG BERUSAHA!!" Abi merasakan tangannya sakit tidak terkira, mereka bahkan tidak bergerak sesentipun, tetap menggantung dipinggir tebing menunggu jatuh dan menghilang di telan lautan ganas. "Aku akan menyelamatkanmu," ucap Abi pada wanita di bawahnya yang tetap tersenyum. Saat menoleh, dilihatnya Lucca berdiri di pinggir tebing tidak jauh dari mereka hanya memandangi dengan mata berkobar amarah. Tatapannya begitu tajam, auranya begitu menakutkan. Coat hitam panjangnya yang berkibar membaur dengan keremangan malam

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 70

    Lucca POVFlashback On."Saya sangat mengkhawatirkan kondisi Tuan saat ini."Butuh beberapa menit sampai Lucca menjawab kegusaran yang disampaikan Serafine sembari memeriksa beberapa berkas penting yang harus dia selesaikan sebelum keluar untuk makan malam."Jangan berucap hal yang tidak masuk akal. Aku baik-baik saja.""Bukan kondisi fisik tapi kondisi hati Tuan."Gerakan tangannya yang sedang menuliskan sesuatu terhenti, melayangkan tatapan menusuk tanda tidak menerima argumen yang diungkapkan secara frontal. Wanita cantik bertangan dingin itu memandanginya penuh keyakinan. Berdiri serupa cermin yang menampilkan bayangan sesungguhnya. Selama bertahun-tahun kebersamaan mereka selama ini, melewati banyaknya pertarungan berdarah di luar sana, menjadi satu tubuh dalam perperangan yang tidak bisa dipisahkan atas nama kesetiaan, Serafine sangat menyadari perubahan Tuannya. Seseorang yang sama-sama pernah mengalami sakitnya dikhianati, mengerti betul perasaan ketika tidak diinginkan oleh

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 71

    "Geovani pasti akan kecewa sekali jika melihat gaunnya tercabik seperti ini." Lucca mengangkat serpihan gaun yang ada di kotak yang disimpan dalam lemari penyimpanan di kamar Abigail yang hening. Nada suaranya tidak terdengar menyesal sama sekali. "Aku yakin, Geovani sendiri yang menyiapkannya. Ck. Tidak ada manfaatnya dia mengundang pelayan ke pesta mewahnya."Lucca berdiri tegak, mengamati area sekitar kamar Abi dalam diam. Matanya melihat beberapa foto di kaca rias dan berjalan mendekat. Satu tangan disandarkan di meja untuk menyanggah tubuhnya agar bisa melihat foto-foto itu lebih jelas. Kumpulan foto Abigail dengan Shine Aurora juga wanita cantik paruh baya yang terlihat sepertinya ibunya melihat kemiripan mereka. Abigail nampak jauh lebih muda di sana. Juga foto bersama seorang lelaki yang pernah Lucca lihat sebelumnya dan foto mereka bertiga bersama-sama.Lucca mengambil satu foto Abigail yang tersenyum lebar lalu menyeringai, "Kasihan sekali sepertinya kau tidak akan bisa berj

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 72

    Lucca kehilangan semua kata-katanya untuk membalas amarah yang dilontarkan Abigail. Hanya bisa berdiri bergeming tanpa daya setelah Abigail memalingkan wajahnya, dipapah Dom bergerak menjauh. Dia tahu betul semua yang dikatakan Abigail sebuah kebenaran. Dia sudah lama menyadari monster dalam dirinya. Sejak tidak lagi memiliki kehangatan yang memeluknya, dia hanya mengandalkan dirinya sendiri untuk keluar dari keterpurukan. Bertemankan kesepian dan dingin yang membeku, Lucca bertekad membuktikan tidak ada yang bisa menyakitinya lagi di masa depan. Dia ingin menjadi yang berkuasa dan kuat agar tidak ada yang meremehkannya lagi. Tapi ketika semua itu diucapkan oleh Abigail, semuanya terasa berbeda. Lucca meletakkan telapak tangannya di dada, tepat di jantung dan mencengkramnya dengan erat. Menggertakkan giginya kuat, tangan yang lain mengepal erat, udara dalam rongganya menyempit, sesak, memejamkan mata dengan kepala menunduk. Sakit. Hatinya kembali sakit. "Tuan..." suara Serafine m

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 73

    Seminggu berlalu setelah kematian Brianna yang menyedihkan, Abigail tidak bisa mengendalikan pikirannya sendiri untuk tidak mencemaskan keadaan Lucca Alonzo. Begitu penasaran, bagaimana keadaan laki-laki itu saat ini setelah mengungkap sedikit kepedihan yang dia simpan rapat sejak bertahun-tahun lalu. Pasti begitu berat baginya mengingat semua hal itu. Kepedihan memang sanggup membuat seseorang berubah total. Apa mungkin sebenarnya laki-laki itu tidak seseram apa yang dia tampakkan saat ini? Abigail tidak bisa berhenti memikirkan seperti apa sosok Lucca Alonzo yang sebenarnya jika semua kesakitan itu tidak menghampiri kehidupannya. Mungkin, semua itu akan menjadi sebentuk pertanyaan yang akan terus menguap di batin Abigail, tidak mungkin terjawab karena untuk melihat sosok aslinya membutuhkan pengorbanan yang besar. Seperti memaksanya mengalami kesakitan itu lagi. Jika saja Lucca mau merelakan dan berdamai dengan masa lalunya, mungkin laki-laki itu bisa menjadi seseorang yang lebih

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 74

    Abigail tersentak, "Siapa?" "Seorang pria pastinya," kekehnya. "Sahabat baikku. Nanti aku akan mengenalkan kalian dan dia bisa sangat diandalkan." Geovani nampak begitu bersemangat, entah karena apa. "Ah, aku begitu excited dengan pesta ini lebih dari sebelumnya." Tatapannya melembut, seakan Abigail adalah sesuatu yang tidak terduga dia libatkan. Geovani mengusap telapak tangannya sendiri, nampak senang, "Kau pasti akan menikmatinya." Abigail spechless, apa dia pantas diperlakukan seperti ini. "Tidak usah Tuan. Saya tidak mau merepotkan. Sebaiknya saya pergi ke pesta sendirian saja." "Ck, sendirian?" Geovani menggelengkan kepala. "Bisa berbahaya jika tidak ada yang menjagamu karena kau bisa mengundang banyak lelaki buas untuk mendekat dan memaksamu bersamanya. Kau ikuti saja perkataanku ya." Abigail tidak memiliki pilihan selain mengangguk. "Good. Kau hanya harus menikmati pestanya." "Tuan muda, apa anda sudah bertemu dengan Tuan Lucca?" Abigail nekat bertanya. "Lucca?" Tanyanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 75

    "Abigail, kuperkenalkan kau dengan tiga wanita penting dalam hidupku." Tuan muda Geovani bergerak mendekati ibunya, melingkarkan lengannya di leher dan memeluknya dari belakang. "Ini ibuku. Kau bisa memanggilnya nyonya Carla." Sebelum beralih ke wanita yang satunya, Geovani mengecup pipinya penuh sayang. "Kalau yang ini adik perempuanku, Obelia." Geovani merangkul dan mengacak rambutnya."Ahh, kau merusak rambutku yang baru keluar dari salon. Menjauhlah sepuluh meter dariku," dengusnya kesal, yang dibalas kekehan Geovani. Obelia kemudian menatap Abigail dari atas sampai bawah. "Jadi wanita ini yang harus aku seret ke salon. Hmm." Obelia mendekati Abi yang berdiri kaku dan berputar mengelilinya seperti sedang menilai sesuatu. "Gaun yang kau bawa itu benar-benar sesuai dengan tubuhnya. Aku sudah tahu harus merubahnya seperti apa.""Good, adikku yang cantik. Aku serahkan masalah itu padamu."Abigail kaget saat Obelia tersenyum tipis saat melewatinya untuk kembali ke tempatnya."Nah wanit

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-10

Bab terbaru

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 190

    Perlahan matanya terbuka, retinanya mencoba menyesuaikan dengan sekitar hingga perlahan semua panca indranya mulai berfungsi kembali. Dadanya terasa panas dan di perutnya terasa sakit. Lucca mengerjapkan mata dan menyadari jika dia sedang berada di sebuah ruangan. "Thanks God." Bisikan lembut itu membelai indra pendengarnya. Suara seseorang yang akan dia respon dan dengar di manapun dia berada. Nada suaranya terdengar sarat dengan kekhawatiran dan juga kelegaan. Sentuhan tangannya membuat Lucca perlahan mencari keberadaan istrinya yang berada tepat di sampingnya. Menatap dengan lembut meski nampak merah akibat dari menangis. "Kau membuatku hampir jantungan," ocehnya, mengelus permukaan telapak tangannya dengan tangannya sendiri. "Aku sampai tidak bisa melakukan apapun dengan benar." Lucca tersenyum, untuk satu-satunya wanita yang bisa melihat senyumannya di dunia ini. "Aku berhasil membunuhnya." Kenyataan bahwa dia sendiri yang sudah membunuh Ravel membuat Lucca sangat puas. Lela

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 189

    Entah kenapa, Lucca tidak terlalu suka mendengar kata-kata itu meskipun benar kalau Serafine hanya pengawalnya. Tapi dia lebih dari itu. Bagi Lucca sendiri, dia sudah seperti sosok teman yang sudah lama sekali menemaninya melakukan banyak kejahatan. Kesetiaan wanita itu padanya membuat Lucca kagum. Meskipun tidak pernah mengatakannya ataupun memikirkannya, keberadaan wanita itu begitu berarti. Bukan dalam arti berarti seperti Abigail yang dia cintai tapi perasaan lain yang sulit sekali dia jelaskan. Tapi dia tidak akan memberikan orang kepercayaanya itu untuk Mike yang pastinya akan menjualnya nanti dengan harga tinggi. "Dia sudah tidak bersamaku. Jadi, kalau kau tidak menginginkan hal yang lain dan tetap bersikeras seperti ini. Aku akan pakai cara kasar untuk membuka mulutmu itu!!" Lucca menghunuskan tatapan membunuhnya membuat Mike nampak terlihat waspada. "Kalau begitu lupakan tentang Ravel Brigton." Tidak ada rasa takut sedikitpun dalam suara Mike yang wajahnya nampak serius. "

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 188

    Washington DC, New YorkMike Lawson bukanlah orang yang bisa ditemui dengan mudah. Memiliki beberapa club yang tersebar di negara bagian Amerika dan memiliki jaringan prostitusi skala besar untuk kalangan elit. Mike Lawson jelas tidak akan mudah diintimidasi tapi bukan Lucca Alonzo namanya jika dia tidak bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkannya."Wah, ini pertama kalinya kita bertemu." Mike yang duduk di sofa mewah di dalam ruangan di salah satu club malamnya tertawa ketika melihatnya masuk, tanpa undangan tentunya. Seseorang berkulit hitam yang sukses membesarkan namanya di Amerika karena kemampuan bisnisnya. "Aku jadi penasaran, apa yang diinginkan seorang Lucca Alonzo dariku." Tatapannya tidak memperlihatkan jika dia takut. "Seorang wanita perawan seksi yang bisa diperlakukan sesuka hati?"Lucca berhenti beberapa meter darinya, memberi jarak dan berdiri dengan santai tapi waspada."Hanya satu hal, aku ingin tahu di mana bajingan Ravel Brigton bersembunyi saat ini.""Ravel--" M

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 187

    "Kau mau main-main dengan Lucca Alonzo,hmm?""Ti-dak-- Erggh."Lelaki yang berada di bawah kakinya mengerang tertahan saat Lucca semakin menekan kepalanya ke lantai. Duduk di kursi dalam ruang tertutup yang gelap, hanya di sinari cahaya matahari yang menembus melalui satu-satunya ventilasi udara yang ada di sana. Mengelus permukaan pistol di tangannya, tidak peduli lelaki di bawah kakinya sudah tergeletak tidak berdaya."To-long--" ucapnya terbata. "Le-pas-kan a-ku."Lucca mengalihkan tatapan ke bawah, tersenyum miring penuh nafsu membunuh."Melepasmu?" Lucca tertawa sarkas. "Kau pikir bisa lolos setelah memata-matai keluargaku. Kau jangan bermimpi!!""A-ku ti-dak--"BUKK!"Uhuukk..Uhuuukk..."Satu hantaman kaki Lucca di punggungnya membuat lelaki itu langsung batuk darah. Lucca berdiri, mendorong tubuh di lantai itu agar terlentang menghadapnya. Satu matanya sudah buta tertembus timah panas, lengan tangannya bengkok dan darah keluar dari sela hidung dan bibirnya. Dihunuskannya mata p

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 186

    "Baguslah kalau kau suka. Lucia juga sepertinya senang sekali."Abigail mengangguk, mengelus pipi bayi perempuannya yang tertawa melihatnya."Tapi kenapa tiba-tiba kita kemari? Aku tidak ingat kau pernah bilang akan membawaku ke sini."Lucca tersenyum miring, begitu mencurigakan. "Nanti kau juga akan tahu."Abigail menyimpitkan mata, "Kau menyembunyikan sesuatu ya?"Lucca tersenyum, "Tentu saja tidak."Abigail mendesah, kembali memalingkan wajah ke depan menikmati leindahan yang terhampar di depannya. Yacht membawa mereka berkeliling kota dari sungai dan Abigail sudah tidak sabar untuk menjelajah di sekitar kota dengan berjalan kaki. Kota impian yang seperti negeri dongeng. Membuat siapapun betah berada di sini meski Swiss mendapat predikat kota yang mahal."Aku membawamu ke sini sesuai permintaanmu," ujar Lucca membuat Abigail langusng menoleh dengan wajah bingung."Aku?""Ya." Lucca mencium pipi Lucia. "Aku hanya mengabulkannya saja seperti jin dalam dongeng."Abigail tertawa, "Oh,

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 185

    Air laut membasahi baju renangnya, pelukannya semakin menguat, tatapannya lurus ke depan dan rasa kebebasan itu semakin menguat. Untuk sedetik saja dia ingin melupakan hal-hal yang mengganggu pikirannya. Saat ini hanya ada mereka berdua, hanya dua manusia biasa yang memimpikan kebebasan yang sama. Just Abigail dan Lucca. Tanpa nama Alonzo di belakangnya. "Berteriaklah Abi!" Teriak Lucca, melakukan beberapa kali manuver ke sana kemari. Abigail perlahan melebarkan senyumannya, mulai menikmati sampai akhirnya berteriak kencang dan suaranya diterbangkan angin laut. Hingga mereka berteriak dan tertawa bersama. Beginikah rasanya kebebasan itu? Mesin perlahan memelan, riak air yang terciprat tidak sekencang sebelumnya, hingga jetski bergerak pelan mengikuti arus di lautan. Mereka berada jauh dari bibir pantai tapi bisa melihat sosok kecil di kejauhan. "Kau senang?" Lucca memegang lengannya dengan satu tangannya. Abi menyandarkan dagunya di bahu Lucca."Rasanya menyenangkan." "Lucia ya

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 184

    "Abi, kau siap?"Abigail menyambut uluran tangan Lucca yang menunggu di dermaga di mana ada jetski yang akan mereka gunakan berada."Hmm, entahlah." Abigail melihat ke arah lautan luas yang terbentang di depannya. "Rasanya sudah lama sekali aku tidak pernah melakukan ini."Lucca menatapnya dalam, penuh arti. Menarik tubuh mereka merapat dan mengelus pipinya."Aku selalu membuatmu kesulitan ya hingga kau sepertinya lupa bagaimana caranya bahagia seperti orang-orang lainnya."Perkataan Lucca tidak salah. Berurusan dengannya membuat hidup Abigail tidak lagi mudah seperti dulu."Sebelum bertemu denganmu, aku tidak perlu mewaspadai apapun yang ada disekitarku," ucapnya jujur. "Melewati banyak kejadian mengerikan yang mempertaruhkan nyawa membuatku tidak lagi bisa menikmati hal-hal yang dulu membuatku bahagia.""Kau seharusnya membenciku karena membuat hidupmu seperti itu," lirih Lucca, tatapan bersalahnya membuat Abigail tidak bisa memalingkan wajah. Memandangi mata hijaunya, menatap bayan

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 183

    Abigail tertawa dan Lucca bahagia melihat senyuman itu. Sesuatu yang menjadi motivasinya, penyemangatnya juga alasan eksistensinya di dunia ini. Sama seperti dia yang tidak bisa membayangkan Serafine sehidup semati dengan seseorang, wanita itu pasti juga tidak membayangkan jika dia akan berada di titik ini.Lucca menarik Abigail ke depan tubuhnya, memeluknya dari belakang dan menatap kejauhan. Mereka masih berada di Paris dan besok sore akan pulang dan berlayar menggunakan kapal pesiar ke Spanyol."Apa yang akan kau lakukan jika bertemu kembali dengan adik tirimu?"Pertanyaan Abigail menyentaknya sesaat. Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehnya sebelum ini karena dia memang tidak peduli pada wanita itu. Hanya Aldrick satu-satunya yang mungkin akan mencari wanita itu hingga keujung dunia karena lelaki itu menyukai adik tirinya yang dia bela bahkan dengan tubuhnya sendiri yang tidak peduli sekalipun Lucca melubangi jantungnya dengan senjata api. Bukan alibi untuk tidak saling menya

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 182

    Dua bulan kemudian, "Bukankah semua baik-baik saja sekarang?" Lucca yang sedang bermain dengan Lucia diatas tempat tidur mereka di dalam kapal pesiar mewah yang sedang melaju di tengah Samudra menuju ke Spanyol mengalihkan tatapannya ke Abigail. "Tidak. Selama Ravel masih bersembunyi, dia masih menjadi ancaman." Abigail terdiam sesaat, "Aku takut dengan hal yang dia rencanakan di belakang kita selama membiarkan kita bahagia saat ini." "Aku akan menangkapnya. Tenang saja, sayang." Lucca menepuk-nepuk pelan paha Lucua. "Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun." Abigail diam, tersenyum saat Lucca mengelus pipinya lembut. Perasaan takut itu tidak hilang karena Ravel yang menjadi sumber masalah belum berhasil tertangkap. Lucca beberapa kali hampir berhasil menangkapnya namun selalu gagal karena kelicikan lelaki itu. Abigail tidak akan pernah tenang meski beberapa bulan ini, tidak ada hal mengerikan yang terjadi. "Aku rindu Shine," desah Abigail. "Kau bisa menemuinya nanti. Aku janj

DMCA.com Protection Status