Beranda / Romansa / SANG KAPTEN / Bab 61. TRAUMA

Share

Bab 61. TRAUMA

Penulis: Ai
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Gadis itu terguncang, bukan hanya kejang-kejang, tapi napasnya tersedak, ada sesak di sana.

Axelle panik demikian juga Arka. Kedua laki-laki hanya bisa berdiri di belakang dokter Celine. Dihadirkan juga dokter terapis yang sudah berpengalaman.

Arbia Siquilla, kembali mengalami trauma ketika dirinya membuka sebuah memo yang diberikan oleh seseorang. Yang ternyata memo itu berisi gambar potongan kepala dirinya sendiri yang terpisah dengan lehernya. Berlumuran darah kemana-kemana.

Seketika itu rasa traumanya kambuh begitu tragis dan histeris. Ketakutan akan sesuatu memicu hormon adrenalinnya untuk memberontak.

Namun apa ada daya badannya tak mampu melakukan itu. Tubuhnya seketika terkulai setelah mendapatkan suntikan penenang dan akhirnya tertidur.

Axelle merasa sangat kasihan melihat sang kekasih dalam kondisi seperti ini. Ternyata Praditia sudah mencuri start dia lebih dahulu.

Dokter spesial kejiwaan Arbia mengarahkan agar untuk sementa

Ai

😊

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SANG KAPTEN   Bab 62. LEMBARAN BARU

    Hampir sebulan Arbia di rumah sakit. Melakukan terapis mental dan pemulihan kondisinya. Aktifitas Axelle pun sudah tidak dalam penyelidikan. Menyangkut perusahaan penerbit yang ditutup oleh si empunya kantor hanya menjadi desas-desus saja. Zakaria Lawalata sebagai orang tua menyadari perbuatan Praditi Wicaksana adalah sebuah kesalahan. Tapi bercermin pada masa lalu mungkin dirinyalah yang sangat berperan penting dala sikap dan karakter praditia yang tiba-tiba berubah drastis. Maka dari situ orang tua yang umurnya sudah menginjak 60 tahun itu hanya meminta kapten Axelle, kekasih dari putrinya agar bijaksana menyikapi persoalan ini. Apalagi belum ada cukup bukti yang menyatakan bahwa Praditia adalah sosok yang selalu disebut-sebut sebagai dalang dari permasalahan ini. Akhirnya pihak kepolisian menghentikan penyelidikan yang dipimpin langsung oleh tim Axelle, dan kasus ini dinyatakan ditutup. Seperti siang itu, kala Arbia sedang menjalani terapinya

  • SANG KAPTEN   Bab 63. HAMPIR-HAMPIR

    Badan itu tetap diam tak bergerak ketika dilarikan ke rumah sakit. Hanya denyut nadinya yang sangat begitu lemah. Sesampainya di rumah sakit dokter Celine yang beberapa menit yang lalu sudah dihubungi segera menyiapkan alat pemacu jantung. Berkalu-kali dicobanya untuk mengembali denyut nadi Arbia. Bahkan air matanya sudah meleleh ketika dia dapati usahanya seolah gagal. Harus ngomong apa dirinya sama keluarga Arbia terutama Arka dan Axelle. Sudah semakin sembab dan buram pandangan matanya. Semua kebingungan itu membuatnya akhirnya sesenggukan. "Dok!" teriakan itu membuatnya tetsadar dan harus sesegra mungkin menyatakan kematian Arbia "Denyut nadi pasien kembali!" Lengkingan perawat itu membuatnya berjengkit ke belakang satu langkah. Di pandanginya wajah sahabatnya yang terdiam dalam tidurnya itu. Sungguh miris, dia tak menyangka Arbia akan semenderita ini. Setelah memeriksa kondisi Arbia, dokter Celine ke luar dari ruang ICU. Dan di depa

  • SANG KAPTEN   Bab 64. TRAGEDI DI RUMAH SAKIT

    Dengan cepat dokter Celine Dan Gama memakai kembali bajunya dan segera berlari ke arah suara tembakan yang mengagetkan seluruh penghuni rumah sakit. Semua berhamburan ke luar seolah mereka mendengar bom pecah. Dokter Celine terkejut setengah mati melihat orang itu sudah tergeletak bersimbah darah. Bukan Lukman ayahnya tapi Arka Abianta sudah tergeletak berlumuran darah di lantai dengan posisi tertelungkup. "Arka---! Mengundang srmua penghuni rumah sakit berbondong-bondong datang ke lantai 3 ruang VIP. Dengan kepanikan yang luar biasa Gama dan beberapa staf keamanan mengangkat tubuh Arka yang sudah bersimbah darah ke atas pembaringan rumah sakit. Sedang di ruang ICU, dokter perawat sudah menemukan Arbia terjatuh dari pembaringan tempat tidurnya dalam keadaan selang infus sudah terpotong oleh seseorang. "Oh Tuhan! Kenapa bersamaan?!" lenking dokter Celine melihat situasi gawat seperti itu. Kedua korban langsung masuk ruan ICU. Subuh dini h

  • SANG KAPTEN   Bab 65. SANG KAISAR

    Axelle mengumpulkan semua anak buahnya setelah membuat laporan penyelidikan terhadap Praditia Wicaksana dan menghadap ke ruang pimpinan. Dengan berbekal surat persetujuan penyelidikan dan penangkapan atas nama Praditia Wicaksana, mulai hari ini juga dia dan timnya akan segera bertugas. Berbekal bukti jejak tangan di selang infus Arbia yang terpotong, tertinggal sidik jari seorang Praditia Wicaksana. Menjadikan dirinya resmi sebagai buronan polisi. Razia besar-besaran digelar baik tempat kejadian peristiwa maupun di jalan-jalan besar, untuk menghindari kemungkinan besar laki-laki yang berusia tepat 30 tahun itu akan melarikan diri. Di rumah sakit di mana tempat terjadinya peristiwa tragis subuh pagi dijaga ketat oleh satuan polisi. Dari satuan kepolisian restart menurunkan satu kompi pasukannya untuk razia yang digelar satu bulan ke depan. Selain aksinya membalas dendam terhadap keluarga Zakaria yang sudah membesarkan dan memberi kehidupan sedari kecil,

  • SANG KAPTEN   Bab 66. GAIRAH SEORANG BURONAN

    Masih dengan ketidakpercayaannya, Praditia Wicaksana memandangi wajah gadis yang sudah berdiri di hadapannya itu. "Kenapa ke sini, dan dari mana kamu tahu alamat apartemenku?" Sebuah pertanyaan itu merasuk ke telinga gadis itu. Ratu Putri Prameswari, putri dari Prabu Mangkunegara yang semula ditangkap dan masuk kehotel prodeo karena kepemilikan senjata tajam ilegal. Dan kini harus menjalani perawatan terapis khusus gangguan kejiwaan. Sudah menjejakkan kaki di apartemen seorang buronan oleh kepolisian seantero negeri ini. "Aku di suruh mengantar ini sama kak Cathrine, karena kakak sedang pergi ke luar negeri." ucap gadis itu sambil mengangkat sebuah map biru yang pastinya berisi file-file penting. Cathrine partner kerjanya itu bukan ke luar negeri untuk bersenang-senang melainkan untuk bersembunyi dan lebih tepatnya melarikan diri. "Oh ya sudah! Tapi kamu nggak diikuti siapa-siapa, kan?" tanya Praditia gugup. Baru kali ini dia men

  • SANG KAPTEN   Bab 67. ENGGAN BERPISAH

    Ratu Prameswari sudah selesai merapikan diri. Dia sudah bersiap untuk pulang. Diliriknya jam diatas nakas, sudah hampir jam 11 malam. Dia harus pulang dan mencari tahu apa isi file itu. File yang sudah dipindahkan datanya ke usb. "Harus pulang sekarang?" tanya Praditia yang masih berbaring di atas kasurnya. "Hem!" jawab Ratu singkat lalu berdiri dari tempat duduknya. "Aku pulang, ya?" Entah bernada pamit atau bertanya. Tapi yang jelas gadis itu berjalan menuju pintu menjauhi tempst di mana Praditia berbaring. Praditia terkejut ketika menyadari bahwa perempuan yang beberapa menit yang lalu sudah membuatnya mabuk dan gila itu benar-benar ingin pergi meninggalkannya. Ddngan cepat dia menyamvar tubuh sintal gadis itu dan menggendobgnya. "Eh-eh! Kenapa?" Ratu berusaha memberontak halus, namun, rontaannya jadi desahan ketika bibir Praditia sudah mengunyah lembut bibirnya. Memainkannya dengan birahi tinggi. Dengan perlahan laki-laki i

  • SANG KAPTEN   Bab 68. HARUSKAH MENYERAH

    Praditia menatap dalam-dalam gadis yang sudah semalaman itu menjadi candunya. Rasanya dia benar-benar mencintai gadis bertubuh sintal itu. Bahkan subuh tadi dia sudah membatalkan penerbangan untuk melarikan diri ke luar negeri. Dia seakan nggak rela meninggalkan gadis itu serang diri di sini. Kebingungan sekarang melanda dirinya. Apakah dia akan menyerahkan diri kepada polisi, agar proses hukumnya cepat selesai. Dan mungkin hukumannya akan menjadi lebih ringan. Dan apabila du sudah keluar dari sel tahana, dia ingin menikah dan membangun rumah tangga menjadi keluarga kecil dengan gadis yang masih tergolek dengan nyenyaknya di pembaringannya, dengan dengkuran kecilnya. Berkali-kali di belainya rambut hitam mengkilat itu, sentuh lembut bibir tipis yang sekarang menebal itu, dan disibakkan selimut yang menutupi tubuh gadis itu. Ada senyum yang terlihat sangat puas di sudut bibirnya melihat tanda merah lebam yang dia berikan di setiap inci badan gadis itu.

  • SANG KAPTEN   Bab 69. HISTERIS

    Mata Axelle nanar melihat siapa yang mengucapkan kata-kata itu. "Aku haus," suara lemah itu menatap lemah ke arah Axelle dan Zakaria. Seolah terhipnotis kedua laki-laki itu hanya terpana, bergeming tanpa merespon suara lemah dan seakan baru tersadar, baik Axelle dan Zakaria sama berlari menghampiri sosok lemah yang ada di pembaringan. "Aku haus," sekali lagi suara lemah itu meminta. "Oh, iya! Kamu sudah bangun, Sayang," suara lembut Axelle sambil membantu menyesapkan air putih ke mulut Arbi menggunakan sedotan. Zakaria mengelus rambut hitam putrinya. "Syukurlah, kamu sudah bangun, Sayang." Orang tua itu juga merasa bahagia dan lega. Satu putranya sudah membuka mata dalam keadaan normal. "Arka," dengan suara lemahnya Arbia memangggil kakanya yang terbaring tak jauh dari pembaringannya. "Arka kenapa?" tanya lemah, sambil tangannya mencoba menggapai jarak yang memisahkan antara dirinya dan sang kakak. "Arka--

Bab terbaru

  • SANG KAPTEN   Bab 143(S2). MENDAMAIKAN HATI

    Arbia mendesah sekilas melihat notif pesan yang sudah dia baca. Ada rasa enggan tiba-tiba menghinggapi hatinya. Entah kenapa semenjak kejadian demi kejadian ini, dia hanya ingin fokus pada kekasihnya saja. Disimpannya kembali benda pipih itu ke dalam sakunya lalu kendala berjalan di samping Axelle untuk kembali ke mobilnya. Axelle pun dengan sigap memeluk pinggang Arbia dan membawanya langsung pulang ke apartemennta. Tragedi demi tragedi sudah bantak di lewatinya. Dia ingina itu segera semua berakhir di pelaminan. Tak ingin dipisahkan lagi dengan kekasih yang teramat dia cintai itu. Mungkin dalam beberapa hari ini Axelle akan menyuruh Sang Ayah untuk melamarkan dirinya ke orang tua Arbia. Berharap kali ini tidak ada kendala sedikit pun. Selalu berdoa agar Tuhan selalu memberikan jalan keluar dan kesehatan. "Kita harus secepatnya menikah, Sayang." Arbia terpana mendengar ucapan Axelle barusan. Ketidak percayaannya mampu membuat seperti orang te

  • SANG KAPTEN   Bab 142(S2). TEGEDI YANG TERBONGKAR

    Plak! Plak! Tamparan keras itu mendarat tepat di wajah mulus Aa-Ri. Gadis cantik berwajah Korea itu tak menyangka semua perbuatannya akan tertangkap basah. Bahkan oleh kamera cctv. Saat ini ayahnya sedang murka besar dan tak sedikit pun memberi pembelaan apalagi jaminan kepada putri tunggalnya itu. Komandan Li menyerahkan putri satu-satunya kepada pihak polisi yang berada di bawah naungannya. Harga diri dan kehormatan sebgai komansan hancur seketika dan terancam akan turun jabatan dan di mutasi ke tempat lain. Permintaan maaf berkali-kali diucapkan oleh pihak Komandan Li dan keluarga. Arbia dengan lapang dada tapi Axelle masih bungkam seputar permintaan maaf Komandan Li yang diumumkan lewat media berita. Demikian juga denga Zakaria Lawalata Laki-laki tua itu sampai detik ini belum buka suara mengenai konferensi pers yang di gelar oleh Komandan Li dan keluarganya sebagai bentuk perminta maafan atas terjadin

  • SANG KAPTEN   Bab 143(S2). PEMBUNUH ARBIA

    Dominic menyipitkan matanya. Bergerak maju dengan kondisi tubuhnya yang masih lemah . Dia mencoba mendekati gadis berwajah Korea itu. Jarak itu cuma 5 centi dari tempatnya berdiri. Dia ingat betul sekarang siapa gadis Korea itu. Gadis yang sudah membuatnya menggendong Arbia waktu itu. Ketika Arbia merasa dikhianati Axelle. "Jadi ini rupanya, biang kerok dari semua musibah yang sudah terjadi," gumam Domimic. Beberapa kali pria itu mengangkat jameta ponselnt dan mencoba merekam pembicaraan gadis itu dengan orang yang ada di sebdrang telpon. [Apa dia mati?] [Sebentar lagi dia pasti mati. Alu sudah pastikan reporter muda itu tewas kehabisan darah. Kalau tidak ginjal sebelah kanannya pasti sudah rusak kena nelagiku.] [Bagaimana dengam calon suaminya, Sang Kapten? Apa dia baik-baik saja?] [Iya, Mom. Thanks more, atas dukungannya Nanti Aa-Ri kanati lahi. Nye om. Love you.] Klik! Pembicaraan itu sudah selesai. Dominic han

  • SANG KAPTEN   Bab 142(S2). MUSUH TERSELUBUNG

    Oh! Mata Arbia mendelik dengan tubuh terhuyung bertumpu pada westafel toilet rumah sakit. Dia mersdakan ada hawa dingin yang mengalir di sebelah dada kirinya. Matanya seperti menggelap kepalanya berkunang dan wajah perlahan memucat. Darah segar mengalir berurutan dari dada kirinya turun merambat lalu menetes ke lantai toliet. Tbuhnya seketika tumbang dan ambruk ke lantai yang dipijaknya. Tetsungkur dengan mrmrgangi bagian dadanya sebelah kiri yang masih tertancap pisau. Darah itu mengalir terus. Ada sebentuk seringai dari sosok lain yang sedari tadi sudah menyakdikan kesakiran Arbia. Sosok bercadar hitam itu hanya membuang muka melihat Arbia tertelungkup dengan darah terus mengalir dari luka tusuknya. Tanpa ada niatmenolong sosok bercadar hitam itu meninggalkan toilet wanita itu dengan cepat. Beberapa menit kemudian sosok itu sudah menghilang. Sedang di ruang intensif, Axelle baru bisa membuka matanya. Melihat satu-satu orang yang mengelilingi

  • SANG KAPTEN   Bab 141(S2). TRAGEDI LAGI

    Arbia berlari di samping pembaringan pasien yang di dorong oleh suster itu. Air matanya berhamburan seakan berlomba untuk mencari jalan keluar di matanya. "Mbak Arbia di sini saja. Biar kami dan dokter yang menanganinya," ucap perawat itu sambil membuka pintu operasi dan membawa Axelle ke dalam ruang operasi. Gadis itu seketika berhenti di depan pintu ruang operasi. Dari arah lift Arka dan keluarga Axelle juga papa dan mamanya datang. Dengan tangis pilu Amber menjatuhkan tubuh kecilnya ke pelukan Sang Ayah. Zakaria Lawalata yang melihat putrinya dalam kondisi putu asa mendekapnya sangat erat sekali. Soepomo Hadiningrat dan istrinya pun hadir. Lelaki Tua itu mondar-mandir dengan kegelisahan yang luar biasa. Dia meminta Kaifan menjelaskan kronologi yang terjadi. Dengan suara bergetar dan bibir bergetar Kaifan selaku wakil dari Kapten menjelaskan sedatail mungkin. Tubuh Soepomo terhuyung dan hampir saja jatuh kakau tidak

  • SANG KAPTEN   Bab 140(S2). BOOM DI APARTEMEN

    "Arbia!" Teriakan itu membuat Dominic dan Arbia terkejut. Gadis itu berjengkit kaget melihat Axelle yang sudah di depan pintu. Berdiri dengan wajah merah padam menyeramkan. Tangannya mengepal siap melayangkan tinju. Arbia srgera melompat turun tak mempedulikan kondisi Dominic yang jesakitan akibat kakinya menginjak paha Dominic. "Apa-apaan kamu. Di ruang pasien tidur satu ranjang. Dia siapa? Kamu siapa?" Meledak sudah amarah Axelle. Hatinya kalut dibakar cemburu yang membabi buta. "Pantas nggak yang kamu lakukan?" tanya Axelle dengan tinggi. Arbia hanya menunduk dan menggeleng. Sedang Dominic merasa ulu hatinya berdenyut sakit mana kala melihat Arbia di sentak oleh Axelle. Tapi Dominic tidak bisa berbuat apa-apa. Mana kala Axelle menarik dengan kuat tangan Arbia untuk menjauhi ruang rawat inapnya. Hanya dengan mengandalkan anak buahnya sekarang dia ingin melacak informasi setiap detik tentang Arbia yang sedang di hakimi oleh Axel

  • SANG KAPTEN   Bab 139((S2). CEMBURU YANG POSESIF

    "Arbia!" teriak Axelle yang melihat gadis itu memeluk seorang pria dengan luka sabetan yang begitu dalam. "Tolong! Tolong dia," ucapnya sambil meratap pilu. Axelle mengabaikan sesaat perasaan posesifnya, hatinya lebih berperikemanusiaan untuk menolong korban tawuran. "Flower satu, dua, ganti. Butuh pertolongan pertama, tolong segera dikirim ambulans. Di jalan Besar Raya, ganti," Axelle masih terus mengupayakan pertolongan pertama untuk Dominic. Sambil menunggu ambulans datang kapten muda itu melepas baju kebesarannya lalu menyobek kaos dalaman putihnya untuk diikatlan dibagian luka Dominic. Berharap cara itu bisa sedikit menghambat darah agar tidak keluar. Axelle segera berlari ke arah Ambulans ketika mendenģgar sirine itu datang. Dengan brankar yang sudah disiapkan dibaringkannya tubuh Dominic yang sudah bersimbah darah. Keterkejutan tampak dari wajah Axelle ketika melihat Arbia ikut masauk dalam ambulans itu. Dia seolah mengabaikan pria tamp

  • SANG KAPTEN   Bab 138(S2). TINDAKAN ANARKIS

    Dominic dalan sepersekian detik membeku mendengar suara Arbia yang sudah bergetar. Ada kristal bening yang sudah meleleh tanpa di minta. Dominic menggeretakkan giginya melihat gadis kesayangannya menggulirkan kristal bening di pipi tirusnya. Sekilas tadi dilihatnya kapten muda itu berlari mengejar gadis yang ada di pelukannya. Sedang di belakangnta seorang gadis berwajah Korea menyusul. "Sedang apa mereka? Kejar-kejaran petak umpet? Dasar laki-laki brengsek! Nggak cukup apa punya satu aja?" Wajah Dominic menggelap melihat pria yang berstatus calon tunangan Arbia itu sepertinya punya wanita simpanan. "Cih! Dasar laki-laki brengsek!" Tak henti-hentinya Pria bule itu memaki Axelle. Dengan kecepatan tinggi dia mengemudikan mobil sportnya pergi meninggalkan gedung kepolisian itu. Axelle berhenti tepat ketika Arbia menghilang bersama mobil yang membawanya pergi. "Kapten! Apa Arbia diculik lagi?" tanya Kaifan yang sudah berada di belakang tempatnya b

  • SANG KAPTEN   137(S2). GODAAN AXELLE

    "Siap, Kapten! Laksanakan!" Axelle memimpin apel pagi itu. Ada gurat kelelahan di wajahnya karena semalaman kerja lembur di ranjang. Setelah selesai memimpin apel pagi kapten muda itu langsung ke ruang kerjanya. Fokus membuat laporan tentang kegiatan bulan. Bulan besok mu gkin diaxakan sibuk dengan mengurus acara pertunanganya dengan Arbia. Makannya kerjaan harus segera di selesaikan cepat-cepat agar tak terbengkelai. "Masuk!" titahnya setelah mendengar ketukan 3 kali di pintu ruangannya. Bahkan matanya pun tak di arah pada tamunya. "Axelle." Barulah setelah mendengar namanya disebut pria tampan itu mendongakkan wajahnya. Hatinya seakan mencelos mengetahui siapa yang sudah ada di hadapannya. Sedikit menyesal, kenapa tadi dia langsung mempersilakan masuk begitu saja tamu yang mengetuk pintu ruang kerjanya. "Aa-Ri! Kok kamu datang ke sini?" tanya gugup melihat gadis keturunan Korea itu. "Nggak usah gugup, Axelle. Aku ke sin

DMCA.com Protection Status