Home / Romansa / SANG KAPTEN / Bab 4. ADA RINDU BUAT DIA

Share

Bab 4. ADA RINDU BUAT DIA

Author: Ai
last update Last Updated: 2021-06-20 00:24:21

Mendengar suara tembakan, kapten Axelle bergegas masuk ke rumah Arbia. Tidak lupa sinyal GPS ponsel nya dinyalakan. Dia mengirim pembaruan informasi pada timnya.

Di bukanya pintu rumah Arbia dengan hati-hati. Dengan sikap tenangnya inilah seorang Narendra Axelle, selalu berhasil menjalankan tugas. Dia bersama timnya selalu sukses.

Dilihatnya Arbia meringkuk ketakutan di samping tangga rumahnya. Seluruh tubuhnya gemetaran. Sedangkan seseorang yang menembakkan pistol dengan peluru kematian itu, masih berjalan dengan tenang mendekati gadis muda itu. Dia belum menyadari kedatangan kapten Axelle.

" Kenapa kamu harus ketakutan seperti ini, Arbi?" Mendengar nama kecilnya dipanggil, Arbia menoleh sesaat ke arah laki-laki itu. Ditatapnya dalam-dalam sosok mafia itu. Ada yang dia cari di sana. Dan dia merasa begitu familiar dengan nama panggilan itu.

"Sebenarnya kamu ini siapa, kenapa kamu bisa tahu nama panggilanku waktu kecil?"

Arka Abianta, sang mafia tertawa terkekeh mendengar kenaifan sang reporter. Masih persis 15 tahun yang lalu. Anak perempuan kecil yang polos. Lugas dan keras kepala.Terkenang masa kecilnya, Arka menekan perasaannya. Ada gemuruh dada yang menyesakan. Dia tidak mau terlena dengan perasaan itu.

Dengan tangan kekarnya, dia mencengkram rahang Arbia.

"Bagaimana, kamu terima tawaranku? Kita hancurkan kapten Axelle! Kita bekerja sama jadi satu tim." ucapnya tandas.

"Jangan mimpi kamu! Aku dan kamu beda misi! Kamu urus saja urusan kamu!" teriak Arbia meringis menahan sakit. Merasakan kuatnya tangan Arka meneka rahangnya.

"Dasar gadis bodoh! Plakk-kk!"

"Aukh-kh ...,

Darah itu keluar dari sudut bibir sensual Arbia. Dia tambah meringis sambil memegangi pipinya. Raut mukanya menjadi tegang. Amarahnya menyeruak ke kepalanya. Ditatapnya dengan tajam sosok Arka.

"Ternyata kamu sa-kit-! Beraninya hanya sama perempuan-!" Arbia menekan ucapannya dengan rahang mengeras. Seperti punya kekuatan. Dia berdiri dengan tegak.

Arka tambah terkekeh dengan sinis. Ada seringai menyeramkan dari sudut bibirnya yang simetris. Wajah tampannya tiba-tiba menghilang dengan tatapannya yang berubah menyeramkan. Sisi lain seorang Arka yang tidak pernah diketahui oleh Arbia.

Semakin mendekat,  Arka semakin beringas. Dia menekan tubuh Arbia ke dinding. Di sisi lain, Axelle terus mengamati dari jarak 500 meter di bawah remang-remang lampu sudut. Di luar rumah Arbia, satu kontingen anak buah Axelle sudah menyebar dan menunggu aba-aba dari sang kapten.

Karena kepekaan insting yang begitu tajam. Arka Abiant, menyadari kehadiran tamu tak diundang. Dia terus menekan Arbia dengan pistolnya. Gadis itu mulai gemetar. Keringat dingin mulai berjatuhan dari keningnya.

"Apa yang kamu mau dari aku?" suara Arbia bergetar. Dia merasakan benda tajam itu menyentuh pinggangnya, kedua tangan Arbia begitu dingin. Sang mafia menyadari ada bayangan melintas, Arka menarik peluru pistolnya.

Bumb- ...

Lampu sudut itu pecah berkeping-keping. Suara riuh terdengar dari luar rumah. Gelap tiba-tiba memenuhi ruang keluarga itu. Arbia bersimpuh lemas. Dia menutup kedua kupingnya. Badannya gemetar. Keringat dingin menyeruak masuk ke pori-porinya.

Dirasakan ada tangan menyentuhnya. Tapi bukan tangan sang mafia. Tangan kokoh itu milik sang kapten. Super heronya. Dengan tergesa di peluknya laki-laki tegap itu. Dia menubruk Axelle dan menangis sejadi-jadinya di dada bidang sang kapten. Rasa trauma membuat dia menjadi lemah.

"Tenang-tenang, semua baik-baik saja." Axelle mengelus punggung ringkih itu lembut. Di dalam kegelapan itu Arbia merasa sangat nyaman dan terlindungi dari orang yang sangat ia benci.

"Lapor kapten! Target berhasil lolos! Laporan selesai! Anak buahnya melaporkan kondisi terkini.

"Kurang ajar! Masih bisa kabur dia! Dasar ular! Licik!" Dengusnya kesal. Dan mengiyakan laporan anak buahnya.

"Perbaiki arus listrik! Ada konsleting akibat lampu yang tertembak tadi!" Perintahnya tegas.

"Baik kapten! Laksanakan!" Bergegas mereka melaksanakan perintah kaptennya.

******

Arka Abianta, berhasil lolos dan kabur dari kepungan satuan tim khusus dibawah pimpinan kapten Axelle. Dia merupakan target operasi yang selama ini dicari-cari.

Berita ini jadi trending topik. Diberitakan, peristiwa penyanderaan Arbia Siquilla mencuat ke media sosial.

Situasi di rumah Arbia malam ini hening. Tinggal kapten Axelle yang menemaninya. Anak buah satu kompinya sudah lepas tugas sejam yang lalu. 

Arbia masih merasa syok dengan kejadian tadi. Trauma masa kecilnya kembali memenuhi benaknya.

Kapten Axelle menyodorkan teh hangat kepadanya. Gadis itu mengerjap sesaat. Dan meneguk tehnya sedikit.

"Kamu dah bisa tenang sekarang. Semua sudah berlalu. Biar lebih aman, aku akan perintahkan beberapa anak buahku untuk berjaga di rumahmu." ucapnya tegas . Dia melihat pias di raut wajah Arbia.

Arbia menggeleng."Tidak perlu! Aku tidak perlu pengawal! Tidak perlu dijaga juga!" tambahnya angkuh dengan wajah sedingin salju.

"Jangan keras kepala, ini semua demi keamanan dan kebaikanmu!" timpal kapten Axelle masih tegas.

"Ini semua karena kamu! Hidupku dari kecil hancur karena ulah ayah kamu! Sekarang aku tidak aman juga karena kamu! Arka punya dendam pribadi sama kamu! Dan ingin melibatkan aku!" teriak histeris Arbia. Punggungnya terguncang hebat. Ada derai air mata lagi di pipinya. Isaknya mulai terdengar.

Axelle menghela nafas panjang. Ditariknya gadis cantik itu ke dalam pelukannya. Ditepuknya punggung ringkih yang berguncang itu. Ditenangkannya jiwa rapuh itu. Sesaat Arbia terlena.

Direnggangkannya pelukan hangat itu. Wajah mereka bersinggungan. Nafas mereka begitu hangat. Dan mata mereka beradu. Axelle menggapai wajah pias itu. Menyeka lembut air mata Arbia. Wajahnya mendekati wajah gadis itu. Menyeruakan aroma lembut tubuhnya yang begitu melenakan. Aroma wangi yang menyejukkan. Membuat Arbia nyaman dan tenang.

Ketika bibir mereka berjarak 3 senti. Arbia menahan nafas kuat-kuat. Dadanya bergemuruh. Ada debar jantung yang berkejaran. Axelle menatap dalam-dalam mata gadis cantik itu. Mencari-cari kedamaian di sana. Sesaat kemudian bibirnyan sudah beradu dengan bibir Arbia. Matanya terpejam. Menikmati suasana yang ia ciptakan.

Sedangkan Arbia terbelakak kaget, ketika bibir sang kapten begitu dalam mengecup bibirnya. Semakin dalam dan semakin terbuai. Matanya kian meredup dan terpejam.

Beberapa saat lamanya, mereka kembali ke alam  sadar. Mereka jadi salah tingkah. Arbia membuang muka malu. Dia memaki dalam hati. Mengumpat sesukanya.

"Dasar bodoh kamu Arbia! Dia orang yang akan kamu bunuh! Kenapa bisa malah terjadi kissing?" Arbia terus merutuk dalam hati. Mengutuk dirinya sendiri. Orang yang sangat ia benci tiba-tiba menempati ruang hatinya.

"Maaf!" suara itu membuyarkan semua lamunan Arbia. Ada tatapan tenang di mata sang kapten. Arbia memicingkan matanya lalu membuang muka kesamping. Bukan karena benci tapi karena dia tidak bisa mengontrol detak jantungnya yang berlarian tak karuan.

"Kamu bisa pulang!" suaranya bergetar. Nada pengusiran itu membuat Axelle tersenyum simpul. Dia kembali mendekati gadis itu dan mendekatkan wajahnya.

Arbia merasa jengah. Ditariknya mukanya kebelakang beberapa centi.

"Apa sikapmu selalu seperti ini sama setiap perempuan?" pertanyaan itu mampu membuat laki-laki dengan sejuta pesona itu mengubah raut mukanya. Lebih serius dan tegas. Wajahnya berubah lebih dingin dan angkuh. Tidak  seramah tadi.

Ada penyesalan menguar di dada Arbia. Tidak dia sangka pertanyaannya itu ditanggapi serius oleh sang kapten.

Tanpa berkata apa-apa, laki-laki tampan itu memakai jasnya.

"Tidurlah lebih awal, agar kondisimu besok pagi lebih segar." ucapnya seraya berlalu meninggalkan Arbia yang masih dalam penyesalan.

BERSAMBUNG

Ai

Pembaca yang baik hati terima kasih atas partisipasinya Harap klik bintang, vite, like dan koment nya, ya

| Like

Related chapters

  • SANG KAPTEN   Bab 5. KAPTEN VS EDITOR

    3 minggu dari masa cutinya, Arbia sudah beraktivitas kembali. Tampak wajah cantiknya sudah memenuhi meja kerjanya hari ini. "Selamat datang kembali kak Arbi," sapa teman-temannya yang diiringi lambain tangannya, juga senyum manisnya. Memang agak berbeda penampilan baru Arbia hari ini. Lebih fresh dan sedikit feminim dengan berat badan Arbia yang sedikit menurun. Menambah gadis muda itu lebih cantik dan menarik. "Kak, Headline hari ini. Oh ya, kak Arbi dipanggil bos!" Suasana sibuk hari ini. Padahal baru pertama dia masuk. Baru saja pantatnya menyentuh kursi duduknya tapi sudah ada panggilan mendesak. Dia harus menghadap pimpinan direksi. "Ok! Aku segera datang." jawabnya sambil mengedipkan sebelah matanya dengan riang. Arbia Siquilla, terkenal reporter yang kritis dan keras kepala. Punya prinsip dan komit sesuai dengan pekerjaanya. Sekaligus gadis yang supel dan periang. Mudah bergaul dan membaur dengan teman-teman satu liftingnya. Tak heran kalau dia

    Last Updated : 2021-06-22
  • SANG KAPTEN   Bab 6. TENTANG RASA

    Arbia mempercepat langkahnya ketika memasuki kawasan komplek di rumahnya. Setumpuk berkas yang di pondongnya hampir jatuh berserakan. Dia menengok ke arah kanan dan kiri. Ada kecemasan di raut mukanya yang cantik. Dia berjalan dengan tergesa. Tak sengaja dia menabrak seseorang yang bersinggungan jalannya. "Eh maaf, Saya tidak sengaja!" ucap Arbia sambil tangannya disatukan di depan dada. Tapi ketika dilihatnya orang yang ada di depannya, secepat kilat Arbia berlari sambil memeluk erat-erat berkas yang ada di tangannya. Dengan terengah Arbia terus berlari menyusuri jalan sepi itu. Satu tanganya merogoh tas kerjanya. Mecari-cari ponselnya. Agak susah dia menemukan posel di tasnya. Di belakang sosok itu mulai mendekat. Arbia dengan sekuat tenaga berusaha berlari menjauh dari orang itu. Orang yang seharian ini menerornya lewat telpon dan pesan. Pagi tadi, Arbia mendapatkam bukti berupa surat kabar tahun 2005 silam. Dia mengejar deadline nya untuk Headline y

    Last Updated : 2021-06-25
  • SANG KAPTEN   Bab 7. MENYERAH KALAH

    Arbia tak menyangka, kalau dia benar-benar jatuh di pelukkan sang kapten. Begitu mudahkah? Rasanya baru kemarin dia sangat membenci laki-laki tampan itu. Terus bagaimana dengan ambisinya, mengungkap kasus pembunuhan kedua orang tuanya? Itu beda cerita. Kebenaran tetap harus diungkap. Kecupan itu mendarat mulus di kening Arbia. Pagi itu dengan gagahnya Axelle membukakan pintu buat tuan putrinya. Hari ini, hari pertama dia mengantar kekasihnya. Dari dalam ruangan kerja, karyawan riuh rendah bergosip. Pemandangan indah pagi ini, menjadi bahan gosipan mereka. Dengan langkah ringan Arbia memasuki tempat kerjanya. "Hemm-hem!" Mereka berdehem meledek Arbia. Arbia bukannya tidak tahu, tapi sengaja bersikap cuek bebek. "Udah ada yang move-on ni dari sang editor." Ledek mereka kompak. Ada senyum simpul di bibir sensual Arbia. Gadis itu menghenyakkan tubuhnya di kursi kerjanya. Dia kembali membuka Headline kemarin. Setidaknya hari ini dia sudah bisa meng

    Last Updated : 2021-06-27
  • SANG KAPTEN   Bab 8. DIA TERLUKA

    Baru saja Arbia menghenyakkan tubuhnya di kursi kerjanya, ponselnya bergetar. "Arbi!" Sang editor di jaringan telpon. "Iya, Pak!" jawabnya tegas. Semenjak kejadian kemarin yang di hotel Buana Arbia merasa canggung dan tidak nyaman dekat dengan bosnya. "Deadline, siaran langsung di Jl. Cempaka, pusat perbelanjaan mall, terjadi penyanderaan oleh teroris. Kamu cepat kesini, bawa camera perekam!" Secepat kilat Arbia menyambar cameranya. Tanpa menghiraukan pertanyaan teman-temannya. Tugas dari bosnya langsung merupakan tantangan tersendiri buat Arbia. Apalagi kalau sudah menyangkut perampokkan dan teroris itu adalah tantangan buat adrenalinnya. Tidak sampai 15 menit, Arbia sudah memarkirkan motor kebesarannya. Dengan tergesa dia berlari ke arah keramaian. Yang ternyata sudah banyak banget pihak polisi dan wartawan di sana. Matanya mengerjap nggak percaya melihat siapa yang ditodongkan pistol di pelipisnya. "Kapte

    Last Updated : 2021-07-01
  • SANG KAPTEN   Bab 9. MASA KECIL KITA

    Dari peristiwa itu, kapten Axelle menyempatkan diri, menjenguk Arka Abianta. Kali ini, dia bukan untuk menangkap seorang pimpinan mafia atau sejenisnya, tapi dia akan menjenguk karena sifat manusiawinya masih berjalan normal. Setidaknya, seandainya, waktu itu tidak ada Arka, mungkin dirinya sudah tak bisa bertemu dengan orang yang baru beberapa hari dipacarinya. Saat ini, Arbia Squilla, sedang memandangi wajah tirus yang mulai pias itu. Sudah hampir setengah jam dia duduk di sisi pembaringan rumah sakit itu. Tapi si empunya tempat tidur, belum juga sadar dari tidur panjangnya. Ada perasaan sedih yang tiba-tiba menyeruak ke hati gadis muda ini. Dicobanya, mengingat kenangan masa kecilnya, yang benar-benar hilang dari memorinya. Padahal, sebagian masa lalunya waktu Sekolah Menengah Pertama, masih jelas terbayang dibenaknya. Ketika pertama kalinya, dia merasa suka pada kakak kelasnya, dan dari semenjak itu, Arbia tidak pernah ingin merasakan pacaran itu se

    Last Updated : 2021-07-07
  • SANG KAPTEN   Bab 10. CEMBURUNYA SANG KAPTEN

    Pelukan itu seketika terlepas, tatkala terlihat seseorang itu berada tepat di depan pintu ruang rawat Arka Abianta. Baik Arka dan Arbi sama-sama terkejut mengetahui ada orang yang sudah berdiri diujung pintu. Dengan gugup, Arbi beranjak berdiri menyambut kedatangan orang yang sudah sangat dikenalnya itu. Sedangkan Arka sudah kembali bersikap normal setelah beberapa saat menguasai dirinya. Kapten Axelle, berjalan tegap ke arah Arka Abianta, pandangannya lurus ke depan tanpa menghiraukan keberadaan sang kekasih. Wajahnya terlihat begitu angkuh dan dingin. Arbia menelan salivanya, menyadari perubahan sikap sang kekasih. Dia yakin perubahan sikap Axelle dipicu rasa cemburu melihat dirinya berpelukan dengan Arka sang mafia. Tepat di depan pembaringan Arka, sang kapten berhenti, menatap wajah yang terlihat pias itu. Dengan masih bergeming, laki-laki bertubuh six-pack itu mengamati setiap pergerakkan yang dilakukan oleh sang mafia. Seorang mafia yang masih b

    Last Updated : 2021-07-10
  • SANG KAPTEN   Bab 11. TERNYATA DIA

    "Arbi! Tolong, Headline nya, Please ...! Suara itu terdengar dijaringan line telpon yang tersambung di meja kerja Arbia Siquilla. Suara yang terdengar menyentak dengan nada marah mutlak. Arbia hanya menarik nafas kesal. Bukannya dia nggak mau mengerjakan Headline itu dengan cepat, tapi dia sengaja mengulur waktu untuk mengumpulkan bukti-bukti yang akurat, setelahnya baru dia akan meluncurkan Headline itu ke seluruh media surat kabar lengkap dengan bukti beserta orang-orang yang tersandung di dalamnya. "Dikejar deadline ya,Kak?" sapa OB yang sudah berada di sampingnya, menaruh segelas minuman dingin dan sekotak kecil dissert pesanannya. "Eh, Virza, makasih ya," sambil tangannya merogoh kantung sakunya dan menyelipkan selembar uang kertas berwarna merah ke tangan anak muda itu. Pemuda itu terkesiap dengan muka terkejut, tapi akhirnya tersenyum kalem. "Makasih ya, Kak." balasnya. Arbia hanya tersenyum tanpa menoleh, matanya fokus ke layar laptop yang ada

    Last Updated : 2021-07-10
  • SANG KAPTEN   Bab 12. HILANG

    Hai ini jadwal Headline yang Arbia kerjakan akan diluncurkan. Gadis itu sudah bersiap dari pagi untuk menerbitkan Headlinenya. 5 menit yang lalu, dia mendapat telpon langsung dari sang kekasih, tidak bisa mengantar karena ada tugas mendadak di luar kota. Agak nyesek juga mendengar sang kapten meninggalkannya ke luar kota, meski nanti malam pun kalau tugasnya selesai juga bisa pulang ke rumah. Kapten Axelle, hari ini bertugas menangkap peneror disalah satu rumah petinggi negara yang masih berkaitan dengan kepemilikan senjata tajam dan kasus uang negara. Peneror itu anak dari pejabat itu adalah anak dibawah umur yang masih berusia 8 tahun, dan peristiwa ini sama persis yang dialami Arbia tatkala dia berumur segitu. "Drtttt ..." "Arbi! Apa kamu siap menerbitkan Headline kita hari ini?" "Siap, Pak! Tapi mungkin, Saya sedikit terlambat berhubung kendaraan Saya ada masalah!" seru Arbi menjawab telpon dari bosnya. Dia meliha

    Last Updated : 2021-07-11

Latest chapter

  • SANG KAPTEN   Bab 143(S2). MENDAMAIKAN HATI

    Arbia mendesah sekilas melihat notif pesan yang sudah dia baca. Ada rasa enggan tiba-tiba menghinggapi hatinya. Entah kenapa semenjak kejadian demi kejadian ini, dia hanya ingin fokus pada kekasihnya saja. Disimpannya kembali benda pipih itu ke dalam sakunya lalu kendala berjalan di samping Axelle untuk kembali ke mobilnya. Axelle pun dengan sigap memeluk pinggang Arbia dan membawanya langsung pulang ke apartemennta. Tragedi demi tragedi sudah bantak di lewatinya. Dia ingina itu segera semua berakhir di pelaminan. Tak ingin dipisahkan lagi dengan kekasih yang teramat dia cintai itu. Mungkin dalam beberapa hari ini Axelle akan menyuruh Sang Ayah untuk melamarkan dirinya ke orang tua Arbia. Berharap kali ini tidak ada kendala sedikit pun. Selalu berdoa agar Tuhan selalu memberikan jalan keluar dan kesehatan. "Kita harus secepatnya menikah, Sayang." Arbia terpana mendengar ucapan Axelle barusan. Ketidak percayaannya mampu membuat seperti orang te

  • SANG KAPTEN   Bab 142(S2). TEGEDI YANG TERBONGKAR

    Plak! Plak! Tamparan keras itu mendarat tepat di wajah mulus Aa-Ri. Gadis cantik berwajah Korea itu tak menyangka semua perbuatannya akan tertangkap basah. Bahkan oleh kamera cctv. Saat ini ayahnya sedang murka besar dan tak sedikit pun memberi pembelaan apalagi jaminan kepada putri tunggalnya itu. Komandan Li menyerahkan putri satu-satunya kepada pihak polisi yang berada di bawah naungannya. Harga diri dan kehormatan sebgai komansan hancur seketika dan terancam akan turun jabatan dan di mutasi ke tempat lain. Permintaan maaf berkali-kali diucapkan oleh pihak Komandan Li dan keluarga. Arbia dengan lapang dada tapi Axelle masih bungkam seputar permintaan maaf Komandan Li yang diumumkan lewat media berita. Demikian juga denga Zakaria Lawalata Laki-laki tua itu sampai detik ini belum buka suara mengenai konferensi pers yang di gelar oleh Komandan Li dan keluarganya sebagai bentuk perminta maafan atas terjadin

  • SANG KAPTEN   Bab 143(S2). PEMBUNUH ARBIA

    Dominic menyipitkan matanya. Bergerak maju dengan kondisi tubuhnya yang masih lemah . Dia mencoba mendekati gadis berwajah Korea itu. Jarak itu cuma 5 centi dari tempatnya berdiri. Dia ingat betul sekarang siapa gadis Korea itu. Gadis yang sudah membuatnya menggendong Arbia waktu itu. Ketika Arbia merasa dikhianati Axelle. "Jadi ini rupanya, biang kerok dari semua musibah yang sudah terjadi," gumam Domimic. Beberapa kali pria itu mengangkat jameta ponselnt dan mencoba merekam pembicaraan gadis itu dengan orang yang ada di sebdrang telpon. [Apa dia mati?] [Sebentar lagi dia pasti mati. Alu sudah pastikan reporter muda itu tewas kehabisan darah. Kalau tidak ginjal sebelah kanannya pasti sudah rusak kena nelagiku.] [Bagaimana dengam calon suaminya, Sang Kapten? Apa dia baik-baik saja?] [Iya, Mom. Thanks more, atas dukungannya Nanti Aa-Ri kanati lahi. Nye om. Love you.] Klik! Pembicaraan itu sudah selesai. Dominic han

  • SANG KAPTEN   Bab 142(S2). MUSUH TERSELUBUNG

    Oh! Mata Arbia mendelik dengan tubuh terhuyung bertumpu pada westafel toilet rumah sakit. Dia mersdakan ada hawa dingin yang mengalir di sebelah dada kirinya. Matanya seperti menggelap kepalanya berkunang dan wajah perlahan memucat. Darah segar mengalir berurutan dari dada kirinya turun merambat lalu menetes ke lantai toliet. Tbuhnya seketika tumbang dan ambruk ke lantai yang dipijaknya. Tetsungkur dengan mrmrgangi bagian dadanya sebelah kiri yang masih tertancap pisau. Darah itu mengalir terus. Ada sebentuk seringai dari sosok lain yang sedari tadi sudah menyakdikan kesakiran Arbia. Sosok bercadar hitam itu hanya membuang muka melihat Arbia tertelungkup dengan darah terus mengalir dari luka tusuknya. Tanpa ada niatmenolong sosok bercadar hitam itu meninggalkan toilet wanita itu dengan cepat. Beberapa menit kemudian sosok itu sudah menghilang. Sedang di ruang intensif, Axelle baru bisa membuka matanya. Melihat satu-satu orang yang mengelilingi

  • SANG KAPTEN   Bab 141(S2). TRAGEDI LAGI

    Arbia berlari di samping pembaringan pasien yang di dorong oleh suster itu. Air matanya berhamburan seakan berlomba untuk mencari jalan keluar di matanya. "Mbak Arbia di sini saja. Biar kami dan dokter yang menanganinya," ucap perawat itu sambil membuka pintu operasi dan membawa Axelle ke dalam ruang operasi. Gadis itu seketika berhenti di depan pintu ruang operasi. Dari arah lift Arka dan keluarga Axelle juga papa dan mamanya datang. Dengan tangis pilu Amber menjatuhkan tubuh kecilnya ke pelukan Sang Ayah. Zakaria Lawalata yang melihat putrinya dalam kondisi putu asa mendekapnya sangat erat sekali. Soepomo Hadiningrat dan istrinya pun hadir. Lelaki Tua itu mondar-mandir dengan kegelisahan yang luar biasa. Dia meminta Kaifan menjelaskan kronologi yang terjadi. Dengan suara bergetar dan bibir bergetar Kaifan selaku wakil dari Kapten menjelaskan sedatail mungkin. Tubuh Soepomo terhuyung dan hampir saja jatuh kakau tidak

  • SANG KAPTEN   Bab 140(S2). BOOM DI APARTEMEN

    "Arbia!" Teriakan itu membuat Dominic dan Arbia terkejut. Gadis itu berjengkit kaget melihat Axelle yang sudah di depan pintu. Berdiri dengan wajah merah padam menyeramkan. Tangannya mengepal siap melayangkan tinju. Arbia srgera melompat turun tak mempedulikan kondisi Dominic yang jesakitan akibat kakinya menginjak paha Dominic. "Apa-apaan kamu. Di ruang pasien tidur satu ranjang. Dia siapa? Kamu siapa?" Meledak sudah amarah Axelle. Hatinya kalut dibakar cemburu yang membabi buta. "Pantas nggak yang kamu lakukan?" tanya Axelle dengan tinggi. Arbia hanya menunduk dan menggeleng. Sedang Dominic merasa ulu hatinya berdenyut sakit mana kala melihat Arbia di sentak oleh Axelle. Tapi Dominic tidak bisa berbuat apa-apa. Mana kala Axelle menarik dengan kuat tangan Arbia untuk menjauhi ruang rawat inapnya. Hanya dengan mengandalkan anak buahnya sekarang dia ingin melacak informasi setiap detik tentang Arbia yang sedang di hakimi oleh Axel

  • SANG KAPTEN   Bab 139((S2). CEMBURU YANG POSESIF

    "Arbia!" teriak Axelle yang melihat gadis itu memeluk seorang pria dengan luka sabetan yang begitu dalam. "Tolong! Tolong dia," ucapnya sambil meratap pilu. Axelle mengabaikan sesaat perasaan posesifnya, hatinya lebih berperikemanusiaan untuk menolong korban tawuran. "Flower satu, dua, ganti. Butuh pertolongan pertama, tolong segera dikirim ambulans. Di jalan Besar Raya, ganti," Axelle masih terus mengupayakan pertolongan pertama untuk Dominic. Sambil menunggu ambulans datang kapten muda itu melepas baju kebesarannya lalu menyobek kaos dalaman putihnya untuk diikatlan dibagian luka Dominic. Berharap cara itu bisa sedikit menghambat darah agar tidak keluar. Axelle segera berlari ke arah Ambulans ketika mendenģgar sirine itu datang. Dengan brankar yang sudah disiapkan dibaringkannya tubuh Dominic yang sudah bersimbah darah. Keterkejutan tampak dari wajah Axelle ketika melihat Arbia ikut masauk dalam ambulans itu. Dia seolah mengabaikan pria tamp

  • SANG KAPTEN   Bab 138(S2). TINDAKAN ANARKIS

    Dominic dalan sepersekian detik membeku mendengar suara Arbia yang sudah bergetar. Ada kristal bening yang sudah meleleh tanpa di minta. Dominic menggeretakkan giginya melihat gadis kesayangannya menggulirkan kristal bening di pipi tirusnya. Sekilas tadi dilihatnya kapten muda itu berlari mengejar gadis yang ada di pelukannya. Sedang di belakangnta seorang gadis berwajah Korea menyusul. "Sedang apa mereka? Kejar-kejaran petak umpet? Dasar laki-laki brengsek! Nggak cukup apa punya satu aja?" Wajah Dominic menggelap melihat pria yang berstatus calon tunangan Arbia itu sepertinya punya wanita simpanan. "Cih! Dasar laki-laki brengsek!" Tak henti-hentinya Pria bule itu memaki Axelle. Dengan kecepatan tinggi dia mengemudikan mobil sportnya pergi meninggalkan gedung kepolisian itu. Axelle berhenti tepat ketika Arbia menghilang bersama mobil yang membawanya pergi. "Kapten! Apa Arbia diculik lagi?" tanya Kaifan yang sudah berada di belakang tempatnya b

  • SANG KAPTEN   137(S2). GODAAN AXELLE

    "Siap, Kapten! Laksanakan!" Axelle memimpin apel pagi itu. Ada gurat kelelahan di wajahnya karena semalaman kerja lembur di ranjang. Setelah selesai memimpin apel pagi kapten muda itu langsung ke ruang kerjanya. Fokus membuat laporan tentang kegiatan bulan. Bulan besok mu gkin diaxakan sibuk dengan mengurus acara pertunanganya dengan Arbia. Makannya kerjaan harus segera di selesaikan cepat-cepat agar tak terbengkelai. "Masuk!" titahnya setelah mendengar ketukan 3 kali di pintu ruangannya. Bahkan matanya pun tak di arah pada tamunya. "Axelle." Barulah setelah mendengar namanya disebut pria tampan itu mendongakkan wajahnya. Hatinya seakan mencelos mengetahui siapa yang sudah ada di hadapannya. Sedikit menyesal, kenapa tadi dia langsung mempersilakan masuk begitu saja tamu yang mengetuk pintu ruang kerjanya. "Aa-Ri! Kok kamu datang ke sini?" tanya gugup melihat gadis keturunan Korea itu. "Nggak usah gugup, Axelle. Aku ke sin

DMCA.com Protection Status