Beranda / Romansa / SANG KAPTEN / Bab 12. HILANG

Share

Bab 12. HILANG

Penulis: Ai
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-11 09:17:12

 Hai ini jadwal Headline yang Arbia kerjakan akan diluncurkan. Gadis itu sudah bersiap dari pagi untuk menerbitkan Headlinenya. 

5 menit yang lalu, dia mendapat telpon langsung dari sang kekasih, tidak bisa mengantar karena ada tugas mendadak di luar kota. Agak nyesek juga mendengar sang kapten meninggalkannya ke luar kota, meski nanti malam pun kalau tugasnya selesai juga bisa pulang ke rumah.

Kapten Axelle, hari ini bertugas menangkap peneror disalah satu rumah petinggi negara yang masih berkaitan dengan kepemilikan senjata tajam dan kasus uang  negara.

Peneror itu anak dari pejabat itu adalah anak dibawah umur yang masih berusia 8 tahun, dan peristiwa ini sama persis yang dialami Arbia tatkala dia berumur segitu.

"Drtttt ..."

"Arbi! Apa kamu siap menerbitkan Headline kita hari ini?"

"Siap, Pak! Tapi mungkin, Saya sedikit terlambat berhubung kendaraan Saya ada masalah!" seru Arbi menjawab telpon dari bosnya. Dia meliha

Ai

Up

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SANG KAPTEN   Bab 13. PENCARIAN

    "Mama!" Teriak Arka sambil berlari menubruk wanita yang dia panggil mama itu. Pria muda itu mengguncang badan wanita separuh baya yang sedang berbaring di tempat tidur. Ada dokter dan perawat di sekelilingnya. Ada juga asisten rumah tangga yang sudah mengabdi lama di rumahnya. "Bi ...! Mama, kenapa? Kenapa Mama ada di tempat ini?" tanyanya pada asisten rumah tangga mamanya dengan panik. "Iya Den, nyonya sakit. Biar pak dokter saja yang menjelaskannya." jawab wanita yang sudah berumur sekita 50 tahunan itu. "Dok, ada apa dengan Mama, Saya?" Masih dengan kepanikan maksimal, Arka bertanya sama dokter yang entah kapan datangnya di situ, di rumah lamanya. "Nyonya Syailla, mengalami syok ringan, beliau pingsan. Tapi, jangan khawatir untuk sementara kita tunggu kesadaran." jelas dokter itu. "Syok ringan, Dok? Tapi mama, Saya dalam keadaan tidak sadar diri, bahkan kondisinya begitu lemah. Apa iya, cuma syok ringan?" Arka semakin garang melihat sikap d

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-12
  • SANG KAPTEN   Bab 14. JATUH KE JURANG

    Ternyata untuk sampai ke tempat di mana, ditemukan titik GPS ponsel Arbia Siquilla, tidaklah mudah. Kapten Axelle harus menempuh waktu yang panjang untuk mencari alamat tempat terpencil itu. Suasana malam yang sudah hampir larut semakin mempersulit pencarian alamatnya. Beberapa kali dia sempat salah jalan dan memutar arah lagi untuk kembali ke tempat semula. Jalan menuju alamat yang dituju harus melewati jalan yang berkelok-kelok seperti jalan kampung yang di penuhi batu terjal. Alangkah jauhnya penculik itu membawa kekasihnya. Apakah ini bertujuan untuk menghilangkan semua bukti yang sudah dikumpulkan Arbia. Hari inipun Headline yang bertajuk Pembunuhan Berantai 15 Tahun Silam, itu batal diterbitkan. Seolah semua sudah direncanakan. Kasus 15 tahun silam ini, sengaja diulas kembali untuk mencari tahu siapa anak dari korban pembunuhan itu. Apakah ini ada hubungannya dengan pekerjaan Arbia? Tidak ada satupun yang tahu bahwa Arbia adalah anak dari korban p

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-12
  • SANG KAPTEN   Bab 15. MASA KRITIS

    "Kapten-!! Teriakan itu melengking dari mulu Gerald Kailland, tangan kanan kepercayaan kapten Axelle. Bersamaan dengan menggelincirnya mobil sang kapten bersama kekasihnya. Semua anak buah sang kapten berteriak histerus di iringi dengan anak buah geng mafia yang langsung mencoba kabur dari tempat itu. Namun dengan sigap pasukan polisi itu menangkap sisa anak buah Zakaria Lawalata. Di malam yang hanya di sinari cahaya bulan itu, sang kapten bersama kekasihnya Arbia Siquilla terperosok ke dalam jurang yang dalam sekali. Suasana malam yang begitu pekat, tidak bisa memastukan apakah ke dua orang itu masih hidup. Komandan Li bersama pasukan tim inti segera bergerak meminta bantuan untuk melacak keberadaan mobil kapten Axelle yang terperosok di jurang dengan ke dalaman yang tidak bisa di ukur lagi. Malam semakin larut namun usaha untuk mencari mobil beserta yang jatuh ke jurang belum juga mendapatkan hasil. Komandan Li mengerahkan semua pasuka

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-13
  • SANG KAPTEN   Bab 16. PENUH MISTERI

    Di luar ruang unit gawat darurat, baik dari komandan Li dan anak buah kapten Axelle, juga ada keluarga besar dari keluarga kapten Axelle. Mereka menunggu operasi ke dua korban. Mirisnya, tak ada satupun keluarga dari Arbia Siquilla hadir. Entah, gadis muda itu punya keluarga atau tidak. Di dalam ruang operasi itu sudah hampir 2 jam dokter beserta timnya bekerja. Tapi belum ada tanda-tanda kalau pintu ruang operasi akan segera di buka. Sesaat terdengar suara sepatu mendekati ruangan itu. Beberapa anak buah kapten Axelle bergerak cepat di pintu depan. Komanda Li, selaku pimpinan memerintahkan kepada anak buahnya, untuk memperketat penjagaan untuk ke dua korban. Siapapun yang datang menjenguk kapten Axelle dan Arbia harus diperiksa terlebih dahulu. Suara sepatu itu berhenti tepat di depan penjaga. Di periksa sebentar lalu di perbolehkan masuk. Dua orang yang masuk itu adalah Arka dan Praditia. Dia berbicara sebentar dengan Kom

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-14
  • SANG KAPTEN   Bab 17. KAGUM

    Mata Arbia semakin tajam menatap sosok yang sudah ada di depannya, setelah beberapa saat yang lalu mengerjap-ngerjap terkejut, melihat siapa yang menunggunya membuka mata. Hatinya terguncang, jantungnya berdegub kencang. Tidak menyangka secepat itu akan bertemu dengan orang yang selama ini di carinya. Namun mulut Arbia terkatup rapat, lidahnya seakan kelu. Bahkan matanya pun hanya bisa menatap tajam tanpa berkedip. Soepomo Hadiningrat, Tersenyum dengan wibawa yang maksimal. Memandang wajah Arbia yang pucat dengan senyum ramah. "Hallo, Arbia. Kamu sudah bangun?" tanyanya dengan suara khasnya yang begitu tenang, penuh dengan kasih sayang. Sesaat Arbia terhipnotis dengan suara dan penampilan orang tua itu. Bahkan untuk menyahut pun Arbia belum mampu membuka mulutnya. Lidahnya masih terkunci. Soepomo Hadiningrat yang lebih akrab disapa dengan pak Hadi, menarik kursinya untuk lebih dekat dengan gadis itu. Sekilas Hadi menatap Arbia

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • SANG KAPTEN   Bab 18. TERBANGUN

    Arbia Siquilla dengan tangan thremornya memegang tepi kursi rodanya. Jantungnya berdebar kencang dengan perasaan cemas yang begitu kuat. Ada rasa takut menyeruak di hatinya. Berkali-kali di lihatnya ruang operasi itu. Lampunya masih menyala. Arka menggenggam tangan thremornya yang mulai berkeringat. Pria tampan itu memberi keyakinan pada gadis kecilnya, kalau di dalam sana sang kapten mampu melewati masa kritisnya. Axelle Narendra, mengalami pendarahan di otak dan harus kembali di operasi. Seluruh kelarga besarnya dan pasukan intinya sudah menunggu di ruang operasi. Mereka memanjatkan doa untuk kesembuhan sang kapten. Berharap ada mukzizat dari Tuhan. Tragedi yang terjadi kemarin malam adalah peristiwa maut paling menyeramkan. Mobil kapten Axelle dan kekasihnya terperosok ke dalam jurang, setelah terjadi kejar-kejaran dengan geng mafia yang menculik Arbia. 45 menit sudah berlalu, lampu ruang operasi tiba-tiba padam. Semua orang yang ada di

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • SANG KAPTEN   Bab 19. RAHASIA YANG HAMPIR TERUNGKAP

    "Jangan sembarangan bicara kau Hadi! Dari dulu kau selalu mengadu domba kami sampai kami terpecah belah!" Hadi terkekeh mendengar ucapan laki-laki yang berstatus narapidana itu. "Kenyataannya memang begitukan, Zakaria. Kamu dari kuliah memang sudah suka sama ibunya, sampai kamu bela-belain berkorban apa saja. Tapi dia lebih memilih sahabat kamu sendiri." "Cukup Hadi!" Zakaria Lawalata berdiri dan menghentakkan tangannya ke meja. Petugas yang ada di balik pintu masuk dan mencoba menenangkannya. "Semoga bukan karena itu kamu menghabisi mereka Zakaria, walau bagaimanapun kalau itu benar-benar anak kamu, kamu sudah sangat menyakitinya dan menyiksanya." Sekali lagi ucapan Soepomo Hadiningrat mampu membuat laki-laki yang berstatus narapidana itu berapi-api matanya, pertanda ada amarah yang luar biasa. "Aku memaafkan perbuatanmu untuk anakku, Zakaria. Tapi aku nggak tahu apakan gadis itu memaafkanmu. Karena kamu sudah menyiksanya." Hadi

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • SANG KAPTEN   Bab 20. TERBONGKAR

    Entah bagaimana caranya dan pakai pengacara model seperti apa, Zakaria Lawalata sudah keluar dari hotel prodeo. Pagi itu, Dengan gayanya yang sebenarnya tidak sombong. Di sombong-sombongkannya mukanya, berjalan menuju rumah sakit di mana Arbia dan Axelle dirawat. Setelah memasuki lift yang menuju lantai 3 ruang VIP, Zakaria Lawalata keluar dan berbicara dengan seseorang. Tampak di ke dua ruang VIP terlihat penjagaan ketat oleh anggota tim khusus pasukan polisi di bawah perintah komandan Li. Ketika Zakaria dan anak buahnya menuju ruang VIP tersebut beberapa anggota polisi itu sudah menghadang. Hadi, selaku orang yang paling di tuakan di situ dan paling di hormati juga paling di segani, melambaikan tangan sebagai gesture tubuhnya mengizinkan Zakaria Lawalata untuk masuk. Sedang anak buahnya hanya di izinkan menunggu di luar penjagaan. Dengan tenang, Zakaria memasuki ruangan itu. Tanpa di suruh duduk pun dia sudah menghenyakkan tubuhnya di

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-18

Bab terbaru

  • SANG KAPTEN   Bab 143(S2). MENDAMAIKAN HATI

    Arbia mendesah sekilas melihat notif pesan yang sudah dia baca. Ada rasa enggan tiba-tiba menghinggapi hatinya. Entah kenapa semenjak kejadian demi kejadian ini, dia hanya ingin fokus pada kekasihnya saja. Disimpannya kembali benda pipih itu ke dalam sakunya lalu kendala berjalan di samping Axelle untuk kembali ke mobilnya. Axelle pun dengan sigap memeluk pinggang Arbia dan membawanya langsung pulang ke apartemennta. Tragedi demi tragedi sudah bantak di lewatinya. Dia ingina itu segera semua berakhir di pelaminan. Tak ingin dipisahkan lagi dengan kekasih yang teramat dia cintai itu. Mungkin dalam beberapa hari ini Axelle akan menyuruh Sang Ayah untuk melamarkan dirinya ke orang tua Arbia. Berharap kali ini tidak ada kendala sedikit pun. Selalu berdoa agar Tuhan selalu memberikan jalan keluar dan kesehatan. "Kita harus secepatnya menikah, Sayang." Arbia terpana mendengar ucapan Axelle barusan. Ketidak percayaannya mampu membuat seperti orang te

  • SANG KAPTEN   Bab 142(S2). TEGEDI YANG TERBONGKAR

    Plak! Plak! Tamparan keras itu mendarat tepat di wajah mulus Aa-Ri. Gadis cantik berwajah Korea itu tak menyangka semua perbuatannya akan tertangkap basah. Bahkan oleh kamera cctv. Saat ini ayahnya sedang murka besar dan tak sedikit pun memberi pembelaan apalagi jaminan kepada putri tunggalnya itu. Komandan Li menyerahkan putri satu-satunya kepada pihak polisi yang berada di bawah naungannya. Harga diri dan kehormatan sebgai komansan hancur seketika dan terancam akan turun jabatan dan di mutasi ke tempat lain. Permintaan maaf berkali-kali diucapkan oleh pihak Komandan Li dan keluarga. Arbia dengan lapang dada tapi Axelle masih bungkam seputar permintaan maaf Komandan Li yang diumumkan lewat media berita. Demikian juga denga Zakaria Lawalata Laki-laki tua itu sampai detik ini belum buka suara mengenai konferensi pers yang di gelar oleh Komandan Li dan keluarganya sebagai bentuk perminta maafan atas terjadin

  • SANG KAPTEN   Bab 143(S2). PEMBUNUH ARBIA

    Dominic menyipitkan matanya. Bergerak maju dengan kondisi tubuhnya yang masih lemah . Dia mencoba mendekati gadis berwajah Korea itu. Jarak itu cuma 5 centi dari tempatnya berdiri. Dia ingat betul sekarang siapa gadis Korea itu. Gadis yang sudah membuatnya menggendong Arbia waktu itu. Ketika Arbia merasa dikhianati Axelle. "Jadi ini rupanya, biang kerok dari semua musibah yang sudah terjadi," gumam Domimic. Beberapa kali pria itu mengangkat jameta ponselnt dan mencoba merekam pembicaraan gadis itu dengan orang yang ada di sebdrang telpon. [Apa dia mati?] [Sebentar lagi dia pasti mati. Alu sudah pastikan reporter muda itu tewas kehabisan darah. Kalau tidak ginjal sebelah kanannya pasti sudah rusak kena nelagiku.] [Bagaimana dengam calon suaminya, Sang Kapten? Apa dia baik-baik saja?] [Iya, Mom. Thanks more, atas dukungannya Nanti Aa-Ri kanati lahi. Nye om. Love you.] Klik! Pembicaraan itu sudah selesai. Dominic han

  • SANG KAPTEN   Bab 142(S2). MUSUH TERSELUBUNG

    Oh! Mata Arbia mendelik dengan tubuh terhuyung bertumpu pada westafel toilet rumah sakit. Dia mersdakan ada hawa dingin yang mengalir di sebelah dada kirinya. Matanya seperti menggelap kepalanya berkunang dan wajah perlahan memucat. Darah segar mengalir berurutan dari dada kirinya turun merambat lalu menetes ke lantai toliet. Tbuhnya seketika tumbang dan ambruk ke lantai yang dipijaknya. Tetsungkur dengan mrmrgangi bagian dadanya sebelah kiri yang masih tertancap pisau. Darah itu mengalir terus. Ada sebentuk seringai dari sosok lain yang sedari tadi sudah menyakdikan kesakiran Arbia. Sosok bercadar hitam itu hanya membuang muka melihat Arbia tertelungkup dengan darah terus mengalir dari luka tusuknya. Tanpa ada niatmenolong sosok bercadar hitam itu meninggalkan toilet wanita itu dengan cepat. Beberapa menit kemudian sosok itu sudah menghilang. Sedang di ruang intensif, Axelle baru bisa membuka matanya. Melihat satu-satu orang yang mengelilingi

  • SANG KAPTEN   Bab 141(S2). TRAGEDI LAGI

    Arbia berlari di samping pembaringan pasien yang di dorong oleh suster itu. Air matanya berhamburan seakan berlomba untuk mencari jalan keluar di matanya. "Mbak Arbia di sini saja. Biar kami dan dokter yang menanganinya," ucap perawat itu sambil membuka pintu operasi dan membawa Axelle ke dalam ruang operasi. Gadis itu seketika berhenti di depan pintu ruang operasi. Dari arah lift Arka dan keluarga Axelle juga papa dan mamanya datang. Dengan tangis pilu Amber menjatuhkan tubuh kecilnya ke pelukan Sang Ayah. Zakaria Lawalata yang melihat putrinya dalam kondisi putu asa mendekapnya sangat erat sekali. Soepomo Hadiningrat dan istrinya pun hadir. Lelaki Tua itu mondar-mandir dengan kegelisahan yang luar biasa. Dia meminta Kaifan menjelaskan kronologi yang terjadi. Dengan suara bergetar dan bibir bergetar Kaifan selaku wakil dari Kapten menjelaskan sedatail mungkin. Tubuh Soepomo terhuyung dan hampir saja jatuh kakau tidak

  • SANG KAPTEN   Bab 140(S2). BOOM DI APARTEMEN

    "Arbia!" Teriakan itu membuat Dominic dan Arbia terkejut. Gadis itu berjengkit kaget melihat Axelle yang sudah di depan pintu. Berdiri dengan wajah merah padam menyeramkan. Tangannya mengepal siap melayangkan tinju. Arbia srgera melompat turun tak mempedulikan kondisi Dominic yang jesakitan akibat kakinya menginjak paha Dominic. "Apa-apaan kamu. Di ruang pasien tidur satu ranjang. Dia siapa? Kamu siapa?" Meledak sudah amarah Axelle. Hatinya kalut dibakar cemburu yang membabi buta. "Pantas nggak yang kamu lakukan?" tanya Axelle dengan tinggi. Arbia hanya menunduk dan menggeleng. Sedang Dominic merasa ulu hatinya berdenyut sakit mana kala melihat Arbia di sentak oleh Axelle. Tapi Dominic tidak bisa berbuat apa-apa. Mana kala Axelle menarik dengan kuat tangan Arbia untuk menjauhi ruang rawat inapnya. Hanya dengan mengandalkan anak buahnya sekarang dia ingin melacak informasi setiap detik tentang Arbia yang sedang di hakimi oleh Axel

  • SANG KAPTEN   Bab 139((S2). CEMBURU YANG POSESIF

    "Arbia!" teriak Axelle yang melihat gadis itu memeluk seorang pria dengan luka sabetan yang begitu dalam. "Tolong! Tolong dia," ucapnya sambil meratap pilu. Axelle mengabaikan sesaat perasaan posesifnya, hatinya lebih berperikemanusiaan untuk menolong korban tawuran. "Flower satu, dua, ganti. Butuh pertolongan pertama, tolong segera dikirim ambulans. Di jalan Besar Raya, ganti," Axelle masih terus mengupayakan pertolongan pertama untuk Dominic. Sambil menunggu ambulans datang kapten muda itu melepas baju kebesarannya lalu menyobek kaos dalaman putihnya untuk diikatlan dibagian luka Dominic. Berharap cara itu bisa sedikit menghambat darah agar tidak keluar. Axelle segera berlari ke arah Ambulans ketika mendenģgar sirine itu datang. Dengan brankar yang sudah disiapkan dibaringkannya tubuh Dominic yang sudah bersimbah darah. Keterkejutan tampak dari wajah Axelle ketika melihat Arbia ikut masauk dalam ambulans itu. Dia seolah mengabaikan pria tamp

  • SANG KAPTEN   Bab 138(S2). TINDAKAN ANARKIS

    Dominic dalan sepersekian detik membeku mendengar suara Arbia yang sudah bergetar. Ada kristal bening yang sudah meleleh tanpa di minta. Dominic menggeretakkan giginya melihat gadis kesayangannya menggulirkan kristal bening di pipi tirusnya. Sekilas tadi dilihatnya kapten muda itu berlari mengejar gadis yang ada di pelukannya. Sedang di belakangnta seorang gadis berwajah Korea menyusul. "Sedang apa mereka? Kejar-kejaran petak umpet? Dasar laki-laki brengsek! Nggak cukup apa punya satu aja?" Wajah Dominic menggelap melihat pria yang berstatus calon tunangan Arbia itu sepertinya punya wanita simpanan. "Cih! Dasar laki-laki brengsek!" Tak henti-hentinya Pria bule itu memaki Axelle. Dengan kecepatan tinggi dia mengemudikan mobil sportnya pergi meninggalkan gedung kepolisian itu. Axelle berhenti tepat ketika Arbia menghilang bersama mobil yang membawanya pergi. "Kapten! Apa Arbia diculik lagi?" tanya Kaifan yang sudah berada di belakang tempatnya b

  • SANG KAPTEN   137(S2). GODAAN AXELLE

    "Siap, Kapten! Laksanakan!" Axelle memimpin apel pagi itu. Ada gurat kelelahan di wajahnya karena semalaman kerja lembur di ranjang. Setelah selesai memimpin apel pagi kapten muda itu langsung ke ruang kerjanya. Fokus membuat laporan tentang kegiatan bulan. Bulan besok mu gkin diaxakan sibuk dengan mengurus acara pertunanganya dengan Arbia. Makannya kerjaan harus segera di selesaikan cepat-cepat agar tak terbengkelai. "Masuk!" titahnya setelah mendengar ketukan 3 kali di pintu ruangannya. Bahkan matanya pun tak di arah pada tamunya. "Axelle." Barulah setelah mendengar namanya disebut pria tampan itu mendongakkan wajahnya. Hatinya seakan mencelos mengetahui siapa yang sudah ada di hadapannya. Sedikit menyesal, kenapa tadi dia langsung mempersilakan masuk begitu saja tamu yang mengetuk pintu ruang kerjanya. "Aa-Ri! Kok kamu datang ke sini?" tanya gugup melihat gadis keturunan Korea itu. "Nggak usah gugup, Axelle. Aku ke sin

DMCA.com Protection Status