"A-! A-! Asih!" Luna terkejut melihat kuntilanak merah itu menempel di jendela kamarnya. Apakah sedari tadi Asih mengikutinya?
"Hihihihihihihihihihihi!"
Tawa asih yang melengking memenuhi kepala Luna. Tawa itu membuat sekujur bulu kuduknya menegang. Kedua telinga Luna juga berusaha ditutupinya dengan kedua tangannya. Sayangnya suara itu masih tetap terdengar.
Luna melihat ke arah Asih kembali. Wajahnya semakin berantakan. Membuat Luna mundur seribu langkah keluar dari kamarnya. Di lorong kamar dia bersimpuh. Sambil mengatur kembali nafasnya yang memburu. "Hosh..! Hosh...! Hosh...!" Dia menyenderkan badannya di dinding terdekat.
"Kenapa dia mengikutiku?" Luna tidak habis pikir. Dia hanya mengikuti instingnya. Menemui Asih untuk mencari tahu kondisi sesungguhnya di kosan Belanda ini. Siapa sangka itu justru membuat Asih penasaran kepadanya. "Kalau tahu kaya gini aku ga akan ke kebun belakang!"
"Kamu ke kebun belakang?" tanya
Malam itu Luna mencoba untuk menutup matanya. Namun setiap kali dia menutup mata wajah Asih selalu terbayang olehnya. Kini Asih berdiam diri di pojok kamar Luna. Kuntilanak Merah itu seakan bahagia mendapat tempat baru di sana.Luna menutup wajahnya dengan guling. Mencoba mengabaikan keberadaan Asih. 'Ah kini aku harus tinggal dengan dua hantu di kamar. Hantu Belanda dan hantu lokal,' batinnya."Hihihihihihihihi!" Asih tertawa lagi. Sudah kesekian kalinya hantu itu tertawa di pojok kamar Luna. Entah apa yang dia tertawakan Luna pun tidak paham."Ah!" Luna membuka kedua matanya kembali. Dia membalikan badannya yang semula berbaring menghadap tembok. Ketika berbalik ternyata Asih tepat berada di samping ranjangnya. Membuat gadis itu terpekik kaget. "Hiiikkk!"Wajah Asih sangat buruk rupa. Rambutnya berantakan. Dia terus menerus tersenyum. Luna akhirnya mengambil selimut miliknya. Ditutupinya seluruh wajahnya dengan
Luna telah keluar dari ruangan kuliahnya. Dia telah berkenalan dengan beberapa teman sekelasnya. Syukurlah mereka semua baik hati dan tidak menganggap Luna aneh. Meskipun demikian untuk berjaga-jaga Luna akan tetap menyembunyikan identitasnya sebagai seorang Indigo."Luna, kita makan siang yu sebelum lanjut mata kuliah nanti!" Ajak Ratna. Dia adalah teman satu kelas Luna. Dia berasal dari Majalengka."Aku bawa bekel tapi, dibawain sama mamaku," ucap Ayu. Dia juga adalah teman satu kelas Luna. Dia berasal dari Bandung."Boleh. Aku juga lapar," ucapnya.Mereka kemudian bersama-sama menuju kantin kampus. Luna masih sedikit canggung dengan mereka berdua, namun dia mencoba untuk menyesuaikan. Dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri, masa kuliah dia harus memiliki teman. Tidak enak rasanya terisolasi ketika banyak orang di sekitarnya.Ketika akan memesan. Ada seseorang yang menyentuh pundak Luna. Dia berbalik. Nampaknya mahasiswa yang ditemuinya di lif
"Jadi boneka itu balik lagi?" sahut Luna."Benar. Hanya saja kami akan mencoba membuangnya sekali lagi," ucap Galang.Luna menelan ludah. Dia sudah tahu ada yang tidak beres. "Ka, aku gatau ya. Aku cuman mau kasih pesan aja."Ucapan Luna yang tiba-tiba tersebut membuat Galang penasaran. Dia mendengar seakan yang berbicara bukanlah Luna. Melainkan orang lain. Meskipun suara mereka terdengar sama percis. "Pesan apa?""Lebih baik kakak menerima Anastasia. Karena jika boneka tersebut dipindahkan kembali, aku takut akan terjadi sesuatu yang lebih buruk," ucap Luna. Setelah mengucapkan hal seperti itu, Luna menjadi bingung. Bagaimana bisa dia berbicara seperti tadi. Tahu dari mana dia kalau akan terjadi sesuatu yang lebih buruk.Galang pun berfikiran sama. Dia menganggap ucapan Luna seakan tidak biasa. Seperti seseorang yang memberikan wangsit. Namun dia dan ibunya sudah mengambil keputusan. Mereka akan tetap menyingkirkan boneka tersebut. "Aku minta maa
Luna membuka kedua matanya. Dia berjalan di sebuah tempat yang asing. Jalanan yang ada di depannya masih berbentuk jalan setapak. Kanan dan kiri terlihat beberapa rumah bergaya art deco(bangunan khas masa Belanda yang memiliki ciri khas lengkungan). Rumah tersebut terlihat berjauhan. Beberapa diantara rumah tersebut masih tanah lapang atau pohon-pohon yang besar. Suasana sepi pada hari itu. Namun Luna bisa merasakan sesuatu yang mencekam akan datang."Ini di mana? Apakah aku sedang bermimpi?" monolognya.Dia akhirnya berjalan. Menyusuri jalan setapak berbatu. Dia masih tidak mengenali tempat ini. Perasaannya resah, namun dia tetap mencoba untuk berjalan. Sampai akhirnya dia tiba di sebuah rumah yang tidak asing. Dia tampak takjub karena bangunannya masih kokoh dan nampak baru."Bukankah ini rumah Nanny?" sahutnya.Dia melihat ke sekeliling lagi. Tempat ini benar-benar terasa asing, tapi dia yakin sekali apa yang ada di depannya adalah kosan
Danny masih melonggo memperhatikan Luna. Setelah dia tersadar barulah dia mulai bertanya, "Kenapa kamu bisa seyakin itu?""Aku melihatnya dalam mimpi ka!" Luna memulai ceritanya."Mimpi?" Danny kemudian terpaku. Kini dia mulai tertarik dengan Luna yang bertingkah aneh di malam hari hanya untuk mencari sosok hantu tanpa kepala."Itu-!" Luna kebingungan untuk memulai cerita dari mana. Setelah memilih dan menimbang akhirnya dia mulai untuk bercerita. "Sebelum aku berkeliaran mencari Jenny, aku sempat bermimpi ka. Di mimpi itu aku menemukan rumah yang sama percis dengan bangunan ini. Hanya saja jalannya masih setapak dan suasananya seperti jaman dahulu.""Jaman dahulu? Maksudnya kamu seolah-olah masuk ke masa lalu? Seperti melakukan lompatan waktu misalnya?" Danny langsung mengambil kesimpulan. Bagi dia ini menarik.Luna terlihat ragu. Menurutnya bukan seperti itu. "Aku pikir jika dibilang lompatan waktu, itu hal yang sedikit keliru. Lebih cocok kalau
"Kenapa?" Luna sontak menjawab dengan spontan.Danny hanya mengalihkan wajahnya. "Untuk menghormatinya Luna. Kamu boleh bertanya tentang semua di sini tetapi tidak untuk Bayu. Bisa jadi lebih baik kamu tidak tahu."Setelah berkata demikian Danny kemudian pergi. Di saat itulah Luna melihat Bayu di ujung lorong. Dia tidak berekspresi apapun, namun tidak pula membuatnya takut. Bayu terkesan seperti hantu yang terjebak di sini. Namun penyebab mengapa dia sampai terjebak Luna tidak tahu.Luna masih penasaran dengan perkataan Danny soal menghormati seseorang. Apakah benar bungkam dan diam adalah cara agar Bayu bisa tenang. Dia merasa Bayu membawanya ke batu nisan tersebut juga memiliki alasan. Jenny pun sudah memberi petunjuk. Lantas kepada siapa dia harus bertanya. Apakah dia harus menemui Asih kembali? Memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduk Luna berdiri. Alhasil dia memilih untuk mandi.Selesai mandi dan merias diri dan berpakaian. Seperti halnya mahasis
Luna berjalan melintasi jalan. Dia janjian untuk bertemu Galang di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) gedung tempat segala macam pertemuan kegiatan kemahasiswaan. Sebelumnya Luna sendiri jarang ke sana. Hanya beberapa kali lewat saja. Karena dia merasa malu berhadapan dengan mahasiswa lain apalagi senior.Gedung-gedung di kampusnya sudah cukup tua. Menurut sejarah bangunan terlama di sini dibangun sejak jaman Belanda. Sempat memang beberapa kali dia melihat hantu-hantu Belanda lewat. Tetapi mereka tidak menganggu Luna. Terkadang hantu Belanda cenderung lebih pasif dan diam dibandingkan dengan hantu lokal yang usil.Tibalah Luna di lokasi. Dia masuk ke gedung tersebut. Awalnya dia ragu, bukan karena banyak mahasiswa yang tidak dia kenal di sana. Melainkan karena bau gedung tersebut menyengat. Ada bau harus melati juga obat-obatan. Jika ada semacam bau-bauan yang tidak pada tempatnya berhati-hatilah. Bisa jadi itu adalah bau para mahkluk tak kasat mata."Permisi, saya
"Mau diantar sampai dalam?" tanya Galang. Dia mengantar Luna sampai ke depan halaman perpustakaan kampus."Ga usah!" tolaknya. "Kakak juga bilang ada keperluan lain bukan?""Baiklah," ucap Galang. "Kalau memang kamu sudah selesai bilang ya! Siapa tahu kita bisa pulang bareng nanti."Luna mengangguk. Kemudian Galang pergi meninggalkan Luna. Dia kembali ke sekretarian BEM tempatnya berada. Luna langsung menaiki tangga menuju bagian dalam perpustakaan. Pertama-tama dia mengambil kunci loker dari petugas untuk meletakan semua barang bawaannya terkecuali laptop, dompet dan handphone. Kemudian dia meletakan kartu mahasiswanya di alat pindai untuk registrasi identitas. Setelah itu dia masuk.Menurut kabar dari Ayu mereka berada di lantai teratas gedung perpustakaan. Luna sendiri belum pernah ke sana. Dia akhirnya menaiki tangga yang cukup panjang menuju lantai paling atas. Kemudian mencari-cari ruangan tempat kedua sahabatnya berada. Luna sampai di depan pintu r
"Christie!" sambil berteriak, Bayu langsung berlari menuju dua orang mencurigakan tersebut. Tanpa berbasa basi, dia segera mendorong salah satu diantara mereka yang menggenggam pisau.Mencegah Bayu, satu orang lainnya langsung menarik lengan mahasiswa tersebut. Sempat Bayu terhuyung dan kehilangan keseimbangan sebentar hingga akhirnya dia terjatuh. Beruntungnya pisau yang berada di tangan salah satu dari mereka langsung terhempas.Bruk!Salah satu tudung hitam memukul pipi Bayu. Erangan kesakitan keluar dari mulut mahasiswa tersebut. Sementara Chriestie masih tertidur pulas. Entah apa yang menyebabkan gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan suara berisik dari sekelilingnya. Seakan-akan Chriestie dibuat mimpi indah yang membuatnya tidak akan pernah bangun."Christie bangun!"Bayu telah berteriak sekuat tenaga. Namun sayangnya semua percuma. Gadis itu tidak bergerak sedikit pun. Mambuat Bayu sempat berfikir jika memang Chriestie jangan-jangan sudah meninggal. Tudung hitam itu kemb
"Firasatku berkata ada yang tidak beres Nanny!" ucap Bayu.Nanny masih berkeliling di dalam bangunan tua. Tidak hanya Bayu sebetulnya, dia pun merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang tidak beres di sini."Bukankah Galang berkata bahwa dia benar-benar melihat Chriestie?" Nanny mencoba untuk mengkonfirmasi kembali."Benar Nanny, dia bilang sendiri kalau Chriestie ke sini. Tapi aku benar-benar tidak melihatnya. Yang membuat aku merasakan ada hal yang tidak beres adalah ini!" Bayu menunjuk atas makam yang basah oleh darah. "Ini benar-benar tidak beres!""Karena itulah nak, aku melarang kalian untuk ke sini!" ungkap Nanny. "Inilah hal yang berbahaya. Makam ini adalah makam incaran sekelompok tertentu. Sebelum belanda datang, ada yang bilang tempat ini adalah tempat sakral untuk upacara tertentu! Setiap tahunnya, akan diadakan tumbal. Kemudian tidak lama kerabatku membeli tanah ini. Dan di sinilah dia pun mengakhiri nyawanya!"Bayu tercegang mendengar perkataan Nanny. Jadi tanah yang dia
"Nanny, apakah nanny masih kuat?"Bayu menggopong badan Nanny yang mulai menggigil. Perempuan itu mulai menunjukan tanda-tanda tidak sehat. Dia sedang benar-benar kedinginan. Kabut di luar sangatlah tebal, selain itu kabutnya juga menusuk kulit. "Tenang saja nak, badanku tetap bugar seperti saat aku masih muda!" Nanny berbicara sambil tersenyum. Sayangnya itu tidak bisa menutupi fakta bahwa perempuan tua itu kedinginan. Bayu berhenti sebentar, kemudian dia membuka jaketnya. Dia menyipirkannya ke punggung Nanny. "Semoga jaket ini bisa membuat Nanny terhindar dari dingin sebentar.""Bukankah kamu juga kedinginan nak?" tanya Nanny. Dia memegang tangan Bayu yang juga sedang kedinginan."Aku masih muda Nanny, aku masih bisa tahan!" ucap Bayu.Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan. Meski sudah tertutup kabut, bayang-bayang bangunan sudah cukup terlihat."Sebentar lagi sampai nak! Kita harus memutar ke arah belakang. Di sanalah pintu masuk bangunan tersebut!" Nanny menerangkan kepa
"Danny?! Sob?! Where are u ganteng?" Galang berteriak memanggil sahabatnya tersebut. Namun nihil tidak ada suara jawaban."Bayu?! Kamu masih di sini?" Galang kembali berteriak untuk memastikan sahabatnya satu lagi."Ya bung!" jawab Bayu.Nanny yang sedari tadi diam akhirnya mulai bersuara. "Apakah Danny terpisah dari kita nak?""Ya Nanny!" kedua mahasiswa itu menjawab bersamaan.Galang menggigit bibirnya. Dia khawatir dengan sahabatnya. Tapi tidak hanya Danny yang sedang dalam bahaya, keberadaan Chriestie juga belum terlihat. Dia mengambil nafas dalam-dalam. Apa yang harus dia lakukan sekarang?Bayu kemudian menepuk pundak Galang. "Mungkinkah kita harus berpencar?""Tapi-!" Galang terdengar ragu. Bagaimana jika ini terakhir kalinya mereka bertemu. Bagaimana jika sahabatnya hilang selamanya. Lagipula jika mereka berpencar lagi, bukankah kejadian ini akan lebih parah?"Kamu mencari Danny, aku mencari Chriestie!" ucap Bayu. Belum sempat Galang memprotes, Bayu sudah melanjutkan perkataann
Kukk.. kuk... kuk...Suara burung hantu terdengar di telinga. Danny berkali-kali melihat tangannya. Meskipun gelap dia melihat bulu kuduknya berdiri. Dia pun merasa ada yang tidak beres di kebun ini."Karena kabutnya tebal. Jangan saling terpisah ya!" pinta Nanny.Kebun belakang memang tergolong luas. Nanny sempat bercerita kalau pada zaman Belanda, kebun ini adalah area perkebunan karet yang luas. Ada juga beberapa tanaman lain. Orang Belanda yang mendiaminya adalah kepala perkebunan. Karena itu areanya lumayan cukup luas.Galang sendiri melihat ke kanan dan kiri. Di sana tidak hanya manusia yang berjalan. Ada keanehan di sini, terutama karena ini bertepatan dengan bulan purnama. "Aneh sekali bulan purnama bersinar terang tapi kabut muncul tebal sekali.""Memangnya itu aneh bro?" tanya Danny."Entah. Rasanya aneh saja sih!" ungkap Galang.Bayu sedari tadi hanya diam. Dia memikirkan Chriestie. Namun ada hal yang menjanggal. Dia merasa tujuan yang mereka tuju salah."Teman-teman. Aku m
"Kamu yakin?" Wajah Bayu langsung berubah menjadi pucat. Sebagai pacarnya tentu saja keselamatan orang yang dia sayang adalah segalanya. "Apakah kita tidak sepatutnya memeriksa kamar Chriestie terlebih dahulu? Siapa tahu kamu salah lihat Lang!""Tapi dia masuk ke hutan Bay!" ungkap Galang. Sama seperti Bayu wajah Galang pun panik. Tadinya dia berniat untuk menyusul Chriestie sendiri ke kebun. Tapi dia memikirkan Bayu. Sehingga akhirnya mahasiswa itulah yang pertama kali dia kabari.Saat sedang terjadi keributan. Danny keluar dari kamarnya. "Kalian ngapain bro? Jam dua pagi astaga! Tidur woy tidur. Besok ada mata kuliah pak Herman. Galak betul dia. Takut aku!"Bayu dan Galang akhirnya saling tatap. Mereka kemudian berteriak secara bersamaan. "Chriestie berjalan ke kebun sendirian!"Danny langsung membuka mulutnya lebar. Dia langsung berlari. "Kalau gitu tunggu apa lagi kalian! Cepat kejar bodoh!"Mereka bertiga lari dengan tergesa-gesa. Sampai akhirnya mereka sadar pintu terkunci."Duh
"Jangan marah-marah dulu lah bung! Kamu bantu aku untuk membawa dia kembali ke kamarnya. Setelah itu aku akan menceritakan semuanya!" ucap Galang."Kalau gitu biar aku aja yang gendong dia!" pinta Bayu.Galang mengangguk. Dia memperhatikan sahabatnya. Ternyata Bayu yang dia kenal bucin kepada Chriestie. Sebetulnya sih ingin mengejek tapi dia tahan dulu.Satu menit berlalu sampai akhirnya Bayu menengok Galang."Apa?" tanya Galang."Bantu sob, berat ternyata dia!" ucap Bayu."Dibilang juga apa! Makanya gak usah sok menjadi seorang pangeran dong!" Galang tidak bisa menolak untuk mengejek Bayu.Akhirnya mereka berdua membopong Chriestie kembali ke kamarnya. Seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi tadi malam."Jadi ceritakan semuanya!" pinta Bayu."Sebaiknya di luar Bay! Jangan sampai dia terbangun!" ucap Galang.Mereka akhirnya menuju kamar Galang. Namun ternyata yang terbangun pada saat itu bukan hanya Bayu dan Galang. Ada satu orang lagi yang berada di sana."Sarah, sebaiknya kamu tid
"Gengs aku merinding ya!" Danny mendekap tubuhnya sendiri. sembari berkata "hiyy" dia pun merasakan kengerian dan hal aneh."Rasanya kaya rumah ini diincar ga sih?" tanya Bayu.Mereka saling berpandangan satu dengan yang lain. Ketiganya merasakan hal yang sama. Seperti nyawa mereka sedang dalam bahaya."Apa kita harus bilang ke Nanny dan yang lain?" Bayu bertanya kembali."Jangan dulu kayanya! Takut mereka khawatir. Kita lihat dulu aja situasinya," ucap Galang."Benar. Apalagi di sini ada cewe sekarang. Kalau mereka khawatir dan panik ga asik!" ucap Danny."Yasudah kita bertiga sepakat ya buat nyembunyiin hal ini, tapi kalau nanti ada sesuatu buat kedepannya. kita langsung susun rencana lagi!" Galang berkata dengan penuh tenaga. Dua sahabatnya yang lain langsung menggangguk. Mereka hanya bisa berharap bahwa kedepannya akan baik-baik saja.***Kriing....Telepon di rumah berbunyi. Nanny yang kala itu berada di ruangan yang sama langsung mengangkatn
"Hah? Megang tangan?!"Dari mereka bertiga justru Danny yang terlihat panik. Padahal sebelumnya dia adalah orang yang seakan paling berani dan tidak percaya dengan hal mistik."Ja-jangan bercanda!?" ucapnya.Dari sela-sela pandangan dibalik kabut. Mata mereka langsung menerawang ke arah lengan Bayu. Benar saja, sebuah tangan panjang dan berkeriput terlihat di sana. Ketiganya langsung bergetar. Sementara Bayu hanya bisa diam dengan muka yang pucat.Tidak lama kemudian seseorang muncul dari balik kabut. Rambutnya putih beruban dengan lengan yang sudah berkeriput. Mereka bertiga terkejut melihatnya."Na-nanny!?" ucap mereka bertiga serempak."Anak-anak nakal! Sudah kubilang tidak usah mencari tahu lebih jauh. Ayo semuanya kalian kembali!" ucap Nanny. Dibandingkan kaget, mereka bertiga malah terlihat bergembira ketika melihat kedatangan Nanny. "Syukurlah itu hanya Nanny!" ucap Galang. "Aku pikir hantu!" sergah Bayu. "Kalian cepat kem