"Mau diantar sampai dalam?" tanya Galang. Dia mengantar Luna sampai ke depan halaman perpustakaan kampus.
"Ga usah!" tolaknya. "Kakak juga bilang ada keperluan lain bukan?"
"Baiklah," ucap Galang. "Kalau memang kamu sudah selesai bilang ya! Siapa tahu kita bisa pulang bareng nanti."
Luna mengangguk. Kemudian Galang pergi meninggalkan Luna. Dia kembali ke sekretarian BEM tempatnya berada. Luna langsung menaiki tangga menuju bagian dalam perpustakaan. Pertama-tama dia mengambil kunci loker dari petugas untuk meletakan semua barang bawaannya terkecuali laptop, dompet dan handphone. Kemudian dia meletakan kartu mahasiswanya di alat pindai untuk registrasi identitas. Setelah itu dia masuk.
Menurut kabar dari Ayu mereka berada di lantai teratas gedung perpustakaan. Luna sendiri belum pernah ke sana. Dia akhirnya menaiki tangga yang cukup panjang menuju lantai paling atas. Kemudian mencari-cari ruangan tempat kedua sahabatnya berada. Luna sampai di depan pintu r
Mereka berlima berada di ruang santai. Danny dan Galang berdiri, sementara Luna, Chriestie dan Sarah duduk di bangku masing-masing. Di kejauhan Luna melihat Bayu sedang berdiri memperhatikan mereka semua. Sepertinya hantu Bayu pun penasaran dengan obrolan mereka."Sejauh mana yang sudah kamu dengar?" tanya Chriestie. Mukanya terlihat was-was. Seperti takut sesuatu terbongkar."Tentang Bayu! Tentang sajen juga," ucap Luna jujur.Galang akhirnya angkat bicara. "Danny menemukan sajen lagi di pinggir rumah. Karena itu aku dan dia datang untuk mengeceknya. Ternyata benar. Sajen yang sama percis dengan yang ditemukan Luna berada di sana."Aku tetap berkeyakinan kalau semua ada hubungannya dengan Luna!" ucap Chriestie. Semua mata memandang kepada Chriestie.Galang jelas terlihat kesal mendengarnya. "Aku sudah bilang bahwa dia tidak ada hubungannya!""Tapi kamu ga bisa menampik Galang kalau ketika Luna datang lagi-lagi suasana kosan jadi aneh bukan?
"Apa yang kamu lakukan di sini Luna?" tanya Galang."Aku mengikuti seseorang," ucap Luna. Dia melihat tatapan teman-temannya dengan takut. Rasa trauma mulai menghantuinya. Dulu pun kejadian seperti ini ditemuinya."Siapa?" tanya Danny. Dia berjongkok meneliti nampan tersebut. Luna melihat urat-urat di tangan dan leher Danny menegang di bawah sinar lampu. Jelas sekali lelaki tersebut sedang marah."Dia mengenakan hoodie berwarna gelap," tanggapnya.Tidak lama kemudian Sarah dan Chriestie berlari entah dari mana. Mereka terlihat kebingungan dan bertanya-tanya. Mereka kemudian melihat nampan sajen yang terletak di tanah."Apa ini?" tanya Sarah.Danny menunjuk Luna. "Dia menemukan sajen. Entah bagaimana."Luna sadar, kini Danny terlihat menaruh rasa curiga kepadanya. Tentu saja itu membuatnya sedih. Danny adalah senior yang dia percaya selain Galang.Chriestie menatap Luna dengan tatapan menghakimi. "Alasan apa lagi yang akan kamu
Gadis yang dipanggil Indah itu menoleh. Matanya besar, bulu matanya lentik, postur tubuhnya tinggi. Ketika Luna melihatnya dia benar-benar mirip dengan Farel sebagai versi wanita. Tentu saja karena Indah adalah saudara kembar dari mantan pacarnya tersebut. Ketika melihat Luna wajah cantik yang sedari tadi tersenyum, kini cemberut. Dari sorot matanya terlihat kemarahan. Seakan-akan dia bertemu dengan seseorang yang paling dibencinya seumur hidup. "Ngapain kamu di sini!" hardiknya. "Mau buat masalah lagi?" "Aku-!" Luna mundur sedikit demi sedikit. Gadis itu memang spontan menyebut temannya tersebut. Dia tidak menyangka kehadirannya akan membuat Indah menjadi marah. Sedih sekali rasanya ketika tahu mereka adalah teman dekat namun kini berjauhan satu sama lain. "Jangan pernah muncul lagi di depan aku!" ucapnya. "Kamu ga kapok apa? Kehadiran orang seperti kamu hanya akan membuat orang-orang sekitarmu sial!" Suara Indah yang lantang membuat orang-or
Ratna dan Ayu duduk di depan Luna. Dia masih mengenakan baju tidur dan belum mandi. Memang Luna tidak berniat ke kampus hari ini. Pertemuan dengan Indah sanagt mengganggunya. Ada rasa trauma di sana. Kini dia harus menghadapi kedua sahabat satu jurusannya itu. Mencoba menjelaskan semuanya."Kami menunggu Luna!" ucap Ratna."Benar, bisa jelaskan kepada kami berdua?" pinta Ayu. "Kita teman bukan?"Luna menunduk sejenak. Kemudian dia berkata, "sejujurnya aku takut ceritaku akan membuat kalian menjauh."Ratna dan Ayu berpandangan satu sama lain. Kemudian mereka menatap Luna. Luna melihat kekecewaan di mata kedua temannya tersebut."Kamu pikir kami akan meninggalkanmu begitu? Memang kami sahabat macam apa?" ucap Ratna."Tapi-!" Kerongkongan Luna serasa kering. Dia masih ragu jika kedua temannya itu akan tetap berada di sampingnya. Bukankah selama ini pun teman satu kosannya berkata demikian? Namun di mana mereka sekarang? Mereka seolah menjauh. "
"Asih?" tanya Luna.Namun Jenny diam tidak menjawab. Akhirnya Luna merebahkan diri di kasur. Tanpa sadar dia tertidur.Luna terbangun di sebuah ruangan gelap. Dia dikelilingi cahaya api pilar yang terang. Namun suasananya terasa amat mencekam. Dia melihat dirinya mengenakan gaun putih. Rambutnya panjang terutai. Dia tahu ini adalah mimpi. akhirnya dia bangkit berdiri. Terdengar suara jeritan entah dari mana."Aggghhhhhh-!"Gadis itu bergidik ngeri. Karena entah mengapa suaranya seperti seseorang yang sedang tersiksa. Dia melihat sekeliling ruangan sekali lagi. Semua dindingnya terbuat dari batu. Namun ketika dia memperhatikan lebih jelas, Luna terpekik. Dindingnya terbuat dari tengkorak kepala manusia.Karena panik Luna berlari. Dalam kepalanya dia hanya ingin menemukan jalan keluar. Suasana di sini dingin. Padahal dia sadar ini adalah mimpi. Namun dia pun tidak mengetahui, di mana dia sebenarnya. Hingga akhirnya Luna menemukan sebuah pintu besar.
Esoknya Luna janjian dengan Danny sepulang sekolah. Dia menunggu seniornya tersebut di taman kampus. Tiba-tiba saja seseorang duduk di sebelahnya. Luna yang awalnya berfikir itu Danny terkejut, karena orang yang duduk di sebelahnya bukanlah dia.Dia adalah mahasiswa misterius yang kerap kali ditemui Luna. Namun kini rambutnya dicat hitam. Auranya masih menyeramkan. Dia tahu ada mahkluk yang mengikuti mahasiswa itu. Namun dia belum bisa melihat jelas. Yang dia tahu kekuatan mahkuk di belakangnya bukanlah sembarangan."Apa kamu menganggap ini takdir?" tanyanya tiba-tiba.Luna langsung menengok. "Apa maksudnya?""Kita?" ucapnya. Dia menunjukan senyum misteriusnya."Aku tidak mengenalmu, kita juga baru bertemu beberapa kali. Aku akan lebih setuju jika kamu menganggap ini semua kebetulan," ucap Luna."Benarkah?" tanyanya. Dia meletakan telapak tangannya yang besar di dagu. Melihat Luna dengan tatapan aneh. Senyumnya jahil, tetapi matanya terlihat
Luna dan Danny masuk ke kediaman mahasiswi tersebut. Banyak sekali deretan boneka berjejer di sana. Namun yang membuat Luna sedikit terkejut adalah para boneka tersebut memiliki nyawa. Memang ada beberapa yang kosong, tetapi keseluruhan memiliki isi. Kebanyakan dari mereka berisi anak kecil. Beberapa kali Luna mendengar suara tawa dan tangis di sana. Namun dia belum berani berkomentar apapun. Mahasiswi itu membawa mereka ke sebuah meja tamu di tengah ruangan. "Silahkan duduk!" Mereka berdua menurut. Mereka duduk di sana, sementara mahasiswi itu pergi sebentar. Sepertinya mengambilkan mereka suguhan. Ketika dia pergi Danny menepuk pundak Luna. "Rasanya merinding ya!" Luna tersenyum kecil. Dia hanya mengangguk. "Kakak gapapa?" "Untungnya bentuknya lucu sih, boneka anak-anak. Kalau bentuknya menyeramkan mungkin saja beda lagi!" ucapnya. Tidak lama kemudian mahasiswi itu datang. Dia membawa nampan berisi air mineral dan dua buah piring kecil beris
Mereka menuju ke kamar Luna. Sarah dan Chriestie ada di atas. Mereka memperhatikan Luna, Danny dan Nanny yang tergesa-gesa dengan bingung."Ada apa ini?" tanya Chriestie. Dia meletakan tangannya di dada. Wajahnya nampak kesal melihat Luna namun juga penasaran."Kami sedang mencari tahu tentang boneka yang ada di rumah Galang!" ucap Danny.Chriestie tertawa miris. "Kalian masih mempercayai dia?" Gadis berkacamata itu menunjuk Luna. Dia masih tidak mengerti kenapa teman-teman satu kosannya masih menemani anak baru tersebut. Bukankah sudah jelas dia terpergok beberapa kali saat meletakan sajen."Luna bukanlah orang yang buruk. Galang mempercayainya!" ucap Danny. "Lagipula siapa tau dengan adanya Luna masalah Galang terselesaikan.""Kamu sendiri percaya kepadanya?" tanya Chriestie. "Atau percaya karena sahabatmu mempercayainya?""Aku percaya!" ucap Danny. Namun dia sedikit mengalihkan matanya."Terserahlah!" ucap Chriestie. "Ayo Sarah kit
"Christie!" sambil berteriak, Bayu langsung berlari menuju dua orang mencurigakan tersebut. Tanpa berbasa basi, dia segera mendorong salah satu diantara mereka yang menggenggam pisau.Mencegah Bayu, satu orang lainnya langsung menarik lengan mahasiswa tersebut. Sempat Bayu terhuyung dan kehilangan keseimbangan sebentar hingga akhirnya dia terjatuh. Beruntungnya pisau yang berada di tangan salah satu dari mereka langsung terhempas.Bruk!Salah satu tudung hitam memukul pipi Bayu. Erangan kesakitan keluar dari mulut mahasiswa tersebut. Sementara Chriestie masih tertidur pulas. Entah apa yang menyebabkan gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan suara berisik dari sekelilingnya. Seakan-akan Chriestie dibuat mimpi indah yang membuatnya tidak akan pernah bangun."Christie bangun!"Bayu telah berteriak sekuat tenaga. Namun sayangnya semua percuma. Gadis itu tidak bergerak sedikit pun. Mambuat Bayu sempat berfikir jika memang Chriestie jangan-jangan sudah meninggal. Tudung hitam itu kemb
"Firasatku berkata ada yang tidak beres Nanny!" ucap Bayu.Nanny masih berkeliling di dalam bangunan tua. Tidak hanya Bayu sebetulnya, dia pun merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang tidak beres di sini."Bukankah Galang berkata bahwa dia benar-benar melihat Chriestie?" Nanny mencoba untuk mengkonfirmasi kembali."Benar Nanny, dia bilang sendiri kalau Chriestie ke sini. Tapi aku benar-benar tidak melihatnya. Yang membuat aku merasakan ada hal yang tidak beres adalah ini!" Bayu menunjuk atas makam yang basah oleh darah. "Ini benar-benar tidak beres!""Karena itulah nak, aku melarang kalian untuk ke sini!" ungkap Nanny. "Inilah hal yang berbahaya. Makam ini adalah makam incaran sekelompok tertentu. Sebelum belanda datang, ada yang bilang tempat ini adalah tempat sakral untuk upacara tertentu! Setiap tahunnya, akan diadakan tumbal. Kemudian tidak lama kerabatku membeli tanah ini. Dan di sinilah dia pun mengakhiri nyawanya!"Bayu tercegang mendengar perkataan Nanny. Jadi tanah yang dia
"Nanny, apakah nanny masih kuat?"Bayu menggopong badan Nanny yang mulai menggigil. Perempuan itu mulai menunjukan tanda-tanda tidak sehat. Dia sedang benar-benar kedinginan. Kabut di luar sangatlah tebal, selain itu kabutnya juga menusuk kulit. "Tenang saja nak, badanku tetap bugar seperti saat aku masih muda!" Nanny berbicara sambil tersenyum. Sayangnya itu tidak bisa menutupi fakta bahwa perempuan tua itu kedinginan. Bayu berhenti sebentar, kemudian dia membuka jaketnya. Dia menyipirkannya ke punggung Nanny. "Semoga jaket ini bisa membuat Nanny terhindar dari dingin sebentar.""Bukankah kamu juga kedinginan nak?" tanya Nanny. Dia memegang tangan Bayu yang juga sedang kedinginan."Aku masih muda Nanny, aku masih bisa tahan!" ucap Bayu.Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan. Meski sudah tertutup kabut, bayang-bayang bangunan sudah cukup terlihat."Sebentar lagi sampai nak! Kita harus memutar ke arah belakang. Di sanalah pintu masuk bangunan tersebut!" Nanny menerangkan kepa
"Danny?! Sob?! Where are u ganteng?" Galang berteriak memanggil sahabatnya tersebut. Namun nihil tidak ada suara jawaban."Bayu?! Kamu masih di sini?" Galang kembali berteriak untuk memastikan sahabatnya satu lagi."Ya bung!" jawab Bayu.Nanny yang sedari tadi diam akhirnya mulai bersuara. "Apakah Danny terpisah dari kita nak?""Ya Nanny!" kedua mahasiswa itu menjawab bersamaan.Galang menggigit bibirnya. Dia khawatir dengan sahabatnya. Tapi tidak hanya Danny yang sedang dalam bahaya, keberadaan Chriestie juga belum terlihat. Dia mengambil nafas dalam-dalam. Apa yang harus dia lakukan sekarang?Bayu kemudian menepuk pundak Galang. "Mungkinkah kita harus berpencar?""Tapi-!" Galang terdengar ragu. Bagaimana jika ini terakhir kalinya mereka bertemu. Bagaimana jika sahabatnya hilang selamanya. Lagipula jika mereka berpencar lagi, bukankah kejadian ini akan lebih parah?"Kamu mencari Danny, aku mencari Chriestie!" ucap Bayu. Belum sempat Galang memprotes, Bayu sudah melanjutkan perkataann
Kukk.. kuk... kuk...Suara burung hantu terdengar di telinga. Danny berkali-kali melihat tangannya. Meskipun gelap dia melihat bulu kuduknya berdiri. Dia pun merasa ada yang tidak beres di kebun ini."Karena kabutnya tebal. Jangan saling terpisah ya!" pinta Nanny.Kebun belakang memang tergolong luas. Nanny sempat bercerita kalau pada zaman Belanda, kebun ini adalah area perkebunan karet yang luas. Ada juga beberapa tanaman lain. Orang Belanda yang mendiaminya adalah kepala perkebunan. Karena itu areanya lumayan cukup luas.Galang sendiri melihat ke kanan dan kiri. Di sana tidak hanya manusia yang berjalan. Ada keanehan di sini, terutama karena ini bertepatan dengan bulan purnama. "Aneh sekali bulan purnama bersinar terang tapi kabut muncul tebal sekali.""Memangnya itu aneh bro?" tanya Danny."Entah. Rasanya aneh saja sih!" ungkap Galang.Bayu sedari tadi hanya diam. Dia memikirkan Chriestie. Namun ada hal yang menjanggal. Dia merasa tujuan yang mereka tuju salah."Teman-teman. Aku m
"Kamu yakin?" Wajah Bayu langsung berubah menjadi pucat. Sebagai pacarnya tentu saja keselamatan orang yang dia sayang adalah segalanya. "Apakah kita tidak sepatutnya memeriksa kamar Chriestie terlebih dahulu? Siapa tahu kamu salah lihat Lang!""Tapi dia masuk ke hutan Bay!" ungkap Galang. Sama seperti Bayu wajah Galang pun panik. Tadinya dia berniat untuk menyusul Chriestie sendiri ke kebun. Tapi dia memikirkan Bayu. Sehingga akhirnya mahasiswa itulah yang pertama kali dia kabari.Saat sedang terjadi keributan. Danny keluar dari kamarnya. "Kalian ngapain bro? Jam dua pagi astaga! Tidur woy tidur. Besok ada mata kuliah pak Herman. Galak betul dia. Takut aku!"Bayu dan Galang akhirnya saling tatap. Mereka kemudian berteriak secara bersamaan. "Chriestie berjalan ke kebun sendirian!"Danny langsung membuka mulutnya lebar. Dia langsung berlari. "Kalau gitu tunggu apa lagi kalian! Cepat kejar bodoh!"Mereka bertiga lari dengan tergesa-gesa. Sampai akhirnya mereka sadar pintu terkunci."Duh
"Jangan marah-marah dulu lah bung! Kamu bantu aku untuk membawa dia kembali ke kamarnya. Setelah itu aku akan menceritakan semuanya!" ucap Galang."Kalau gitu biar aku aja yang gendong dia!" pinta Bayu.Galang mengangguk. Dia memperhatikan sahabatnya. Ternyata Bayu yang dia kenal bucin kepada Chriestie. Sebetulnya sih ingin mengejek tapi dia tahan dulu.Satu menit berlalu sampai akhirnya Bayu menengok Galang."Apa?" tanya Galang."Bantu sob, berat ternyata dia!" ucap Bayu."Dibilang juga apa! Makanya gak usah sok menjadi seorang pangeran dong!" Galang tidak bisa menolak untuk mengejek Bayu.Akhirnya mereka berdua membopong Chriestie kembali ke kamarnya. Seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi tadi malam."Jadi ceritakan semuanya!" pinta Bayu."Sebaiknya di luar Bay! Jangan sampai dia terbangun!" ucap Galang.Mereka akhirnya menuju kamar Galang. Namun ternyata yang terbangun pada saat itu bukan hanya Bayu dan Galang. Ada satu orang lagi yang berada di sana."Sarah, sebaiknya kamu tid
"Gengs aku merinding ya!" Danny mendekap tubuhnya sendiri. sembari berkata "hiyy" dia pun merasakan kengerian dan hal aneh."Rasanya kaya rumah ini diincar ga sih?" tanya Bayu.Mereka saling berpandangan satu dengan yang lain. Ketiganya merasakan hal yang sama. Seperti nyawa mereka sedang dalam bahaya."Apa kita harus bilang ke Nanny dan yang lain?" Bayu bertanya kembali."Jangan dulu kayanya! Takut mereka khawatir. Kita lihat dulu aja situasinya," ucap Galang."Benar. Apalagi di sini ada cewe sekarang. Kalau mereka khawatir dan panik ga asik!" ucap Danny."Yasudah kita bertiga sepakat ya buat nyembunyiin hal ini, tapi kalau nanti ada sesuatu buat kedepannya. kita langsung susun rencana lagi!" Galang berkata dengan penuh tenaga. Dua sahabatnya yang lain langsung menggangguk. Mereka hanya bisa berharap bahwa kedepannya akan baik-baik saja.***Kriing....Telepon di rumah berbunyi. Nanny yang kala itu berada di ruangan yang sama langsung mengangkatn
"Hah? Megang tangan?!"Dari mereka bertiga justru Danny yang terlihat panik. Padahal sebelumnya dia adalah orang yang seakan paling berani dan tidak percaya dengan hal mistik."Ja-jangan bercanda!?" ucapnya.Dari sela-sela pandangan dibalik kabut. Mata mereka langsung menerawang ke arah lengan Bayu. Benar saja, sebuah tangan panjang dan berkeriput terlihat di sana. Ketiganya langsung bergetar. Sementara Bayu hanya bisa diam dengan muka yang pucat.Tidak lama kemudian seseorang muncul dari balik kabut. Rambutnya putih beruban dengan lengan yang sudah berkeriput. Mereka bertiga terkejut melihatnya."Na-nanny!?" ucap mereka bertiga serempak."Anak-anak nakal! Sudah kubilang tidak usah mencari tahu lebih jauh. Ayo semuanya kalian kembali!" ucap Nanny. Dibandingkan kaget, mereka bertiga malah terlihat bergembira ketika melihat kedatangan Nanny. "Syukurlah itu hanya Nanny!" ucap Galang. "Aku pikir hantu!" sergah Bayu. "Kalian cepat kem