Luna membuka kedua matanya. Dia berjalan di sebuah tempat yang asing. Jalanan yang ada di depannya masih berbentuk jalan setapak. Kanan dan kiri terlihat beberapa rumah bergaya art deco (bangunan khas masa Belanda yang memiliki ciri khas lengkungan). Rumah tersebut terlihat berjauhan. Beberapa diantara rumah tersebut masih tanah lapang atau pohon-pohon yang besar. Suasana sepi pada hari itu. Namun Luna bisa merasakan sesuatu yang mencekam akan datang.
"Ini di mana? Apakah aku sedang bermimpi?" monolognya.
Dia akhirnya berjalan. Menyusuri jalan setapak berbatu. Dia masih tidak mengenali tempat ini. Perasaannya resah, namun dia tetap mencoba untuk berjalan. Sampai akhirnya dia tiba di sebuah rumah yang tidak asing. Dia tampak takjub karena bangunannya masih kokoh dan nampak baru.
"Bukankah ini rumah Nanny?" sahutnya.
Dia melihat ke sekeliling lagi. Tempat ini benar-benar terasa asing, tapi dia yakin sekali apa yang ada di depannya adalah kosan
Danny masih melonggo memperhatikan Luna. Setelah dia tersadar barulah dia mulai bertanya, "Kenapa kamu bisa seyakin itu?""Aku melihatnya dalam mimpi ka!" Luna memulai ceritanya."Mimpi?" Danny kemudian terpaku. Kini dia mulai tertarik dengan Luna yang bertingkah aneh di malam hari hanya untuk mencari sosok hantu tanpa kepala."Itu-!" Luna kebingungan untuk memulai cerita dari mana. Setelah memilih dan menimbang akhirnya dia mulai untuk bercerita. "Sebelum aku berkeliaran mencari Jenny, aku sempat bermimpi ka. Di mimpi itu aku menemukan rumah yang sama percis dengan bangunan ini. Hanya saja jalannya masih setapak dan suasananya seperti jaman dahulu.""Jaman dahulu? Maksudnya kamu seolah-olah masuk ke masa lalu? Seperti melakukan lompatan waktu misalnya?" Danny langsung mengambil kesimpulan. Bagi dia ini menarik.Luna terlihat ragu. Menurutnya bukan seperti itu. "Aku pikir jika dibilang lompatan waktu, itu hal yang sedikit keliru. Lebih cocok kalau
"Kenapa?" Luna sontak menjawab dengan spontan.Danny hanya mengalihkan wajahnya. "Untuk menghormatinya Luna. Kamu boleh bertanya tentang semua di sini tetapi tidak untuk Bayu. Bisa jadi lebih baik kamu tidak tahu."Setelah berkata demikian Danny kemudian pergi. Di saat itulah Luna melihat Bayu di ujung lorong. Dia tidak berekspresi apapun, namun tidak pula membuatnya takut. Bayu terkesan seperti hantu yang terjebak di sini. Namun penyebab mengapa dia sampai terjebak Luna tidak tahu.Luna masih penasaran dengan perkataan Danny soal menghormati seseorang. Apakah benar bungkam dan diam adalah cara agar Bayu bisa tenang. Dia merasa Bayu membawanya ke batu nisan tersebut juga memiliki alasan. Jenny pun sudah memberi petunjuk. Lantas kepada siapa dia harus bertanya. Apakah dia harus menemui Asih kembali? Memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduk Luna berdiri. Alhasil dia memilih untuk mandi.Selesai mandi dan merias diri dan berpakaian. Seperti halnya mahasis
Luna berjalan melintasi jalan. Dia janjian untuk bertemu Galang di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) gedung tempat segala macam pertemuan kegiatan kemahasiswaan. Sebelumnya Luna sendiri jarang ke sana. Hanya beberapa kali lewat saja. Karena dia merasa malu berhadapan dengan mahasiswa lain apalagi senior.Gedung-gedung di kampusnya sudah cukup tua. Menurut sejarah bangunan terlama di sini dibangun sejak jaman Belanda. Sempat memang beberapa kali dia melihat hantu-hantu Belanda lewat. Tetapi mereka tidak menganggu Luna. Terkadang hantu Belanda cenderung lebih pasif dan diam dibandingkan dengan hantu lokal yang usil.Tibalah Luna di lokasi. Dia masuk ke gedung tersebut. Awalnya dia ragu, bukan karena banyak mahasiswa yang tidak dia kenal di sana. Melainkan karena bau gedung tersebut menyengat. Ada bau harus melati juga obat-obatan. Jika ada semacam bau-bauan yang tidak pada tempatnya berhati-hatilah. Bisa jadi itu adalah bau para mahkluk tak kasat mata."Permisi, saya
"Mau diantar sampai dalam?" tanya Galang. Dia mengantar Luna sampai ke depan halaman perpustakaan kampus."Ga usah!" tolaknya. "Kakak juga bilang ada keperluan lain bukan?""Baiklah," ucap Galang. "Kalau memang kamu sudah selesai bilang ya! Siapa tahu kita bisa pulang bareng nanti."Luna mengangguk. Kemudian Galang pergi meninggalkan Luna. Dia kembali ke sekretarian BEM tempatnya berada. Luna langsung menaiki tangga menuju bagian dalam perpustakaan. Pertama-tama dia mengambil kunci loker dari petugas untuk meletakan semua barang bawaannya terkecuali laptop, dompet dan handphone. Kemudian dia meletakan kartu mahasiswanya di alat pindai untuk registrasi identitas. Setelah itu dia masuk.Menurut kabar dari Ayu mereka berada di lantai teratas gedung perpustakaan. Luna sendiri belum pernah ke sana. Dia akhirnya menaiki tangga yang cukup panjang menuju lantai paling atas. Kemudian mencari-cari ruangan tempat kedua sahabatnya berada. Luna sampai di depan pintu r
Mereka berlima berada di ruang santai. Danny dan Galang berdiri, sementara Luna, Chriestie dan Sarah duduk di bangku masing-masing. Di kejauhan Luna melihat Bayu sedang berdiri memperhatikan mereka semua. Sepertinya hantu Bayu pun penasaran dengan obrolan mereka."Sejauh mana yang sudah kamu dengar?" tanya Chriestie. Mukanya terlihat was-was. Seperti takut sesuatu terbongkar."Tentang Bayu! Tentang sajen juga," ucap Luna jujur.Galang akhirnya angkat bicara. "Danny menemukan sajen lagi di pinggir rumah. Karena itu aku dan dia datang untuk mengeceknya. Ternyata benar. Sajen yang sama percis dengan yang ditemukan Luna berada di sana."Aku tetap berkeyakinan kalau semua ada hubungannya dengan Luna!" ucap Chriestie. Semua mata memandang kepada Chriestie.Galang jelas terlihat kesal mendengarnya. "Aku sudah bilang bahwa dia tidak ada hubungannya!""Tapi kamu ga bisa menampik Galang kalau ketika Luna datang lagi-lagi suasana kosan jadi aneh bukan?
"Apa yang kamu lakukan di sini Luna?" tanya Galang."Aku mengikuti seseorang," ucap Luna. Dia melihat tatapan teman-temannya dengan takut. Rasa trauma mulai menghantuinya. Dulu pun kejadian seperti ini ditemuinya."Siapa?" tanya Danny. Dia berjongkok meneliti nampan tersebut. Luna melihat urat-urat di tangan dan leher Danny menegang di bawah sinar lampu. Jelas sekali lelaki tersebut sedang marah."Dia mengenakan hoodie berwarna gelap," tanggapnya.Tidak lama kemudian Sarah dan Chriestie berlari entah dari mana. Mereka terlihat kebingungan dan bertanya-tanya. Mereka kemudian melihat nampan sajen yang terletak di tanah."Apa ini?" tanya Sarah.Danny menunjuk Luna. "Dia menemukan sajen. Entah bagaimana."Luna sadar, kini Danny terlihat menaruh rasa curiga kepadanya. Tentu saja itu membuatnya sedih. Danny adalah senior yang dia percaya selain Galang.Chriestie menatap Luna dengan tatapan menghakimi. "Alasan apa lagi yang akan kamu
Gadis yang dipanggil Indah itu menoleh. Matanya besar, bulu matanya lentik, postur tubuhnya tinggi. Ketika Luna melihatnya dia benar-benar mirip dengan Farel sebagai versi wanita. Tentu saja karena Indah adalah saudara kembar dari mantan pacarnya tersebut. Ketika melihat Luna wajah cantik yang sedari tadi tersenyum, kini cemberut. Dari sorot matanya terlihat kemarahan. Seakan-akan dia bertemu dengan seseorang yang paling dibencinya seumur hidup. "Ngapain kamu di sini!" hardiknya. "Mau buat masalah lagi?" "Aku-!" Luna mundur sedikit demi sedikit. Gadis itu memang spontan menyebut temannya tersebut. Dia tidak menyangka kehadirannya akan membuat Indah menjadi marah. Sedih sekali rasanya ketika tahu mereka adalah teman dekat namun kini berjauhan satu sama lain. "Jangan pernah muncul lagi di depan aku!" ucapnya. "Kamu ga kapok apa? Kehadiran orang seperti kamu hanya akan membuat orang-orang sekitarmu sial!" Suara Indah yang lantang membuat orang-or
Ratna dan Ayu duduk di depan Luna. Dia masih mengenakan baju tidur dan belum mandi. Memang Luna tidak berniat ke kampus hari ini. Pertemuan dengan Indah sanagt mengganggunya. Ada rasa trauma di sana. Kini dia harus menghadapi kedua sahabat satu jurusannya itu. Mencoba menjelaskan semuanya."Kami menunggu Luna!" ucap Ratna."Benar, bisa jelaskan kepada kami berdua?" pinta Ayu. "Kita teman bukan?"Luna menunduk sejenak. Kemudian dia berkata, "sejujurnya aku takut ceritaku akan membuat kalian menjauh."Ratna dan Ayu berpandangan satu sama lain. Kemudian mereka menatap Luna. Luna melihat kekecewaan di mata kedua temannya tersebut."Kamu pikir kami akan meninggalkanmu begitu? Memang kami sahabat macam apa?" ucap Ratna."Tapi-!" Kerongkongan Luna serasa kering. Dia masih ragu jika kedua temannya itu akan tetap berada di sampingnya. Bukankah selama ini pun teman satu kosannya berkata demikian? Namun di mana mereka sekarang? Mereka seolah menjauh. "
"Christie!" sambil berteriak, Bayu langsung berlari menuju dua orang mencurigakan tersebut. Tanpa berbasa basi, dia segera mendorong salah satu diantara mereka yang menggenggam pisau.Mencegah Bayu, satu orang lainnya langsung menarik lengan mahasiswa tersebut. Sempat Bayu terhuyung dan kehilangan keseimbangan sebentar hingga akhirnya dia terjatuh. Beruntungnya pisau yang berada di tangan salah satu dari mereka langsung terhempas.Bruk!Salah satu tudung hitam memukul pipi Bayu. Erangan kesakitan keluar dari mulut mahasiswa tersebut. Sementara Chriestie masih tertidur pulas. Entah apa yang menyebabkan gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan suara berisik dari sekelilingnya. Seakan-akan Chriestie dibuat mimpi indah yang membuatnya tidak akan pernah bangun."Christie bangun!"Bayu telah berteriak sekuat tenaga. Namun sayangnya semua percuma. Gadis itu tidak bergerak sedikit pun. Mambuat Bayu sempat berfikir jika memang Chriestie jangan-jangan sudah meninggal. Tudung hitam itu kemb
"Firasatku berkata ada yang tidak beres Nanny!" ucap Bayu.Nanny masih berkeliling di dalam bangunan tua. Tidak hanya Bayu sebetulnya, dia pun merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang tidak beres di sini."Bukankah Galang berkata bahwa dia benar-benar melihat Chriestie?" Nanny mencoba untuk mengkonfirmasi kembali."Benar Nanny, dia bilang sendiri kalau Chriestie ke sini. Tapi aku benar-benar tidak melihatnya. Yang membuat aku merasakan ada hal yang tidak beres adalah ini!" Bayu menunjuk atas makam yang basah oleh darah. "Ini benar-benar tidak beres!""Karena itulah nak, aku melarang kalian untuk ke sini!" ungkap Nanny. "Inilah hal yang berbahaya. Makam ini adalah makam incaran sekelompok tertentu. Sebelum belanda datang, ada yang bilang tempat ini adalah tempat sakral untuk upacara tertentu! Setiap tahunnya, akan diadakan tumbal. Kemudian tidak lama kerabatku membeli tanah ini. Dan di sinilah dia pun mengakhiri nyawanya!"Bayu tercegang mendengar perkataan Nanny. Jadi tanah yang dia
"Nanny, apakah nanny masih kuat?"Bayu menggopong badan Nanny yang mulai menggigil. Perempuan itu mulai menunjukan tanda-tanda tidak sehat. Dia sedang benar-benar kedinginan. Kabut di luar sangatlah tebal, selain itu kabutnya juga menusuk kulit. "Tenang saja nak, badanku tetap bugar seperti saat aku masih muda!" Nanny berbicara sambil tersenyum. Sayangnya itu tidak bisa menutupi fakta bahwa perempuan tua itu kedinginan. Bayu berhenti sebentar, kemudian dia membuka jaketnya. Dia menyipirkannya ke punggung Nanny. "Semoga jaket ini bisa membuat Nanny terhindar dari dingin sebentar.""Bukankah kamu juga kedinginan nak?" tanya Nanny. Dia memegang tangan Bayu yang juga sedang kedinginan."Aku masih muda Nanny, aku masih bisa tahan!" ucap Bayu.Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan. Meski sudah tertutup kabut, bayang-bayang bangunan sudah cukup terlihat."Sebentar lagi sampai nak! Kita harus memutar ke arah belakang. Di sanalah pintu masuk bangunan tersebut!" Nanny menerangkan kepa
"Danny?! Sob?! Where are u ganteng?" Galang berteriak memanggil sahabatnya tersebut. Namun nihil tidak ada suara jawaban."Bayu?! Kamu masih di sini?" Galang kembali berteriak untuk memastikan sahabatnya satu lagi."Ya bung!" jawab Bayu.Nanny yang sedari tadi diam akhirnya mulai bersuara. "Apakah Danny terpisah dari kita nak?""Ya Nanny!" kedua mahasiswa itu menjawab bersamaan.Galang menggigit bibirnya. Dia khawatir dengan sahabatnya. Tapi tidak hanya Danny yang sedang dalam bahaya, keberadaan Chriestie juga belum terlihat. Dia mengambil nafas dalam-dalam. Apa yang harus dia lakukan sekarang?Bayu kemudian menepuk pundak Galang. "Mungkinkah kita harus berpencar?""Tapi-!" Galang terdengar ragu. Bagaimana jika ini terakhir kalinya mereka bertemu. Bagaimana jika sahabatnya hilang selamanya. Lagipula jika mereka berpencar lagi, bukankah kejadian ini akan lebih parah?"Kamu mencari Danny, aku mencari Chriestie!" ucap Bayu. Belum sempat Galang memprotes, Bayu sudah melanjutkan perkataann
Kukk.. kuk... kuk...Suara burung hantu terdengar di telinga. Danny berkali-kali melihat tangannya. Meskipun gelap dia melihat bulu kuduknya berdiri. Dia pun merasa ada yang tidak beres di kebun ini."Karena kabutnya tebal. Jangan saling terpisah ya!" pinta Nanny.Kebun belakang memang tergolong luas. Nanny sempat bercerita kalau pada zaman Belanda, kebun ini adalah area perkebunan karet yang luas. Ada juga beberapa tanaman lain. Orang Belanda yang mendiaminya adalah kepala perkebunan. Karena itu areanya lumayan cukup luas.Galang sendiri melihat ke kanan dan kiri. Di sana tidak hanya manusia yang berjalan. Ada keanehan di sini, terutama karena ini bertepatan dengan bulan purnama. "Aneh sekali bulan purnama bersinar terang tapi kabut muncul tebal sekali.""Memangnya itu aneh bro?" tanya Danny."Entah. Rasanya aneh saja sih!" ungkap Galang.Bayu sedari tadi hanya diam. Dia memikirkan Chriestie. Namun ada hal yang menjanggal. Dia merasa tujuan yang mereka tuju salah."Teman-teman. Aku m
"Kamu yakin?" Wajah Bayu langsung berubah menjadi pucat. Sebagai pacarnya tentu saja keselamatan orang yang dia sayang adalah segalanya. "Apakah kita tidak sepatutnya memeriksa kamar Chriestie terlebih dahulu? Siapa tahu kamu salah lihat Lang!""Tapi dia masuk ke hutan Bay!" ungkap Galang. Sama seperti Bayu wajah Galang pun panik. Tadinya dia berniat untuk menyusul Chriestie sendiri ke kebun. Tapi dia memikirkan Bayu. Sehingga akhirnya mahasiswa itulah yang pertama kali dia kabari.Saat sedang terjadi keributan. Danny keluar dari kamarnya. "Kalian ngapain bro? Jam dua pagi astaga! Tidur woy tidur. Besok ada mata kuliah pak Herman. Galak betul dia. Takut aku!"Bayu dan Galang akhirnya saling tatap. Mereka kemudian berteriak secara bersamaan. "Chriestie berjalan ke kebun sendirian!"Danny langsung membuka mulutnya lebar. Dia langsung berlari. "Kalau gitu tunggu apa lagi kalian! Cepat kejar bodoh!"Mereka bertiga lari dengan tergesa-gesa. Sampai akhirnya mereka sadar pintu terkunci."Duh
"Jangan marah-marah dulu lah bung! Kamu bantu aku untuk membawa dia kembali ke kamarnya. Setelah itu aku akan menceritakan semuanya!" ucap Galang."Kalau gitu biar aku aja yang gendong dia!" pinta Bayu.Galang mengangguk. Dia memperhatikan sahabatnya. Ternyata Bayu yang dia kenal bucin kepada Chriestie. Sebetulnya sih ingin mengejek tapi dia tahan dulu.Satu menit berlalu sampai akhirnya Bayu menengok Galang."Apa?" tanya Galang."Bantu sob, berat ternyata dia!" ucap Bayu."Dibilang juga apa! Makanya gak usah sok menjadi seorang pangeran dong!" Galang tidak bisa menolak untuk mengejek Bayu.Akhirnya mereka berdua membopong Chriestie kembali ke kamarnya. Seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi tadi malam."Jadi ceritakan semuanya!" pinta Bayu."Sebaiknya di luar Bay! Jangan sampai dia terbangun!" ucap Galang.Mereka akhirnya menuju kamar Galang. Namun ternyata yang terbangun pada saat itu bukan hanya Bayu dan Galang. Ada satu orang lagi yang berada di sana."Sarah, sebaiknya kamu tid
"Gengs aku merinding ya!" Danny mendekap tubuhnya sendiri. sembari berkata "hiyy" dia pun merasakan kengerian dan hal aneh."Rasanya kaya rumah ini diincar ga sih?" tanya Bayu.Mereka saling berpandangan satu dengan yang lain. Ketiganya merasakan hal yang sama. Seperti nyawa mereka sedang dalam bahaya."Apa kita harus bilang ke Nanny dan yang lain?" Bayu bertanya kembali."Jangan dulu kayanya! Takut mereka khawatir. Kita lihat dulu aja situasinya," ucap Galang."Benar. Apalagi di sini ada cewe sekarang. Kalau mereka khawatir dan panik ga asik!" ucap Danny."Yasudah kita bertiga sepakat ya buat nyembunyiin hal ini, tapi kalau nanti ada sesuatu buat kedepannya. kita langsung susun rencana lagi!" Galang berkata dengan penuh tenaga. Dua sahabatnya yang lain langsung menggangguk. Mereka hanya bisa berharap bahwa kedepannya akan baik-baik saja.***Kriing....Telepon di rumah berbunyi. Nanny yang kala itu berada di ruangan yang sama langsung mengangkatn
"Hah? Megang tangan?!"Dari mereka bertiga justru Danny yang terlihat panik. Padahal sebelumnya dia adalah orang yang seakan paling berani dan tidak percaya dengan hal mistik."Ja-jangan bercanda!?" ucapnya.Dari sela-sela pandangan dibalik kabut. Mata mereka langsung menerawang ke arah lengan Bayu. Benar saja, sebuah tangan panjang dan berkeriput terlihat di sana. Ketiganya langsung bergetar. Sementara Bayu hanya bisa diam dengan muka yang pucat.Tidak lama kemudian seseorang muncul dari balik kabut. Rambutnya putih beruban dengan lengan yang sudah berkeriput. Mereka bertiga terkejut melihatnya."Na-nanny!?" ucap mereka bertiga serempak."Anak-anak nakal! Sudah kubilang tidak usah mencari tahu lebih jauh. Ayo semuanya kalian kembali!" ucap Nanny. Dibandingkan kaget, mereka bertiga malah terlihat bergembira ketika melihat kedatangan Nanny. "Syukurlah itu hanya Nanny!" ucap Galang. "Aku pikir hantu!" sergah Bayu. "Kalian cepat kem