"Plis, Fan. Aku benar-benar butuh bantuanmu. Aku sekarang sedang bersama dengan anakku. Aku butuh kerjaan, Fan."
Linda terbangun malam itu setelah menidurkan Tiara. Badannya lelah setelah sesorean membersihkan rumah kontrakan petak yang baru dia sewa. Setelah semuanya terlihat lebih bersih, dia pun memesan makanan via aplikasi online dan menikmatinya bersama anak semata wayangnya. Usai makan malam, wanita itu rupanya ketiduran disamping anaknya karena kelelahan. Jam hampir menunjuk jam 12 malam saat Linda membuka mata dan tak bisa memejamkannya kembali. Pikirannya begitu kacau saat ini. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Linda mulai memutar otak. Berulang kali dia hampir menekan nomer kontak Rex bermaksud ingin meminta bantuan pada lelaki itu. Namun niat itu diurungkannya saat dia kembali terbayang wajah Amanda. Bagaimana istri Rex itu memperlakukannya saat menggerebek dia dan suaminya di apartemen Rex waktu itu."Nan! Nani, Nani!"Norma melajukan motornya lebih cepat mengejar sepeda di depannya. Dia yang baru saja pulang dari rumah suaminya kaget melihat adiknya mengayuh sepeda di jalanan sambil membawa kotak berukuran cukup besar di boncengannya.Nani sontak menghentikan sepedanya saat sebuah motor berhenti tepat menghalangi jalannya."Mbak Norma? Ngapain di sini, Mbak?" Wanita itu keheranan melihat kakaknya tiba-tiba sudah berada di tempat itu."Kamu sendiri ngapain? Kok naik sepeda? Motormu mana?" cerocos Norma."Ngapain gimana? Mbak nggak lihat apa aku lagi ngapain?" Nani menunjuk kotak di boncengan sepedanya. Norma turun dari motornya, lalu melongok sebentar ke kotak yang di bagian belakang sepeda adiknya itu. Ada beberapa kotak transparan kecil lagi di dalamnya berisi plastik-plastik bungkusan sayur dan camilan."Kamu jualan?" tanya Norma dengan mata memb
"Di luar ada tamu, Bu."Bik Marsih melongokkan kepala ke dalam kamar Metta setelah mengetuk pintunya yang sedikit terbuka sebanyak tiga kali."Siapa, Bi?" Metta yang sedang berkutat dengan laptop di kamarnya segera bangkit."Pak Bimo, Bu."Metta terhenti di dekat pintu."Mas Bimo? Ada apa ya malam-malam begini datang ke sini, Bi?" Metta mengerutkan dahinya. Sudah beberapa waktu dia belum bertemu kembali dengan mantan suaminya itu. Pun dia tak berminat untuk menanyakan kabarnya juga."Dari raut mukanya sepertinya Pak Bimo lagi sedih gitu, Bu," kata bik Marsih memberitahu.Karena penasaran, Metta pun langsung keluar kamar. Benar kata bik Marsih, saat sampai di ruang tamu, Metta sudah bisa melihat Bimo yang tengah duduk gelisah di kursi teras rumahnya."Mas," panggil Metta saat sampai di teras dan memperhatikan nampaknya Bim
Sejak diusir dari rumah , hidup Rexyano semakin sulit. Semakin hari perusahaannya semakin tak bisa lagi diselamatkan. Setelah ditinggalkan oleh investornya satu per satu, Rex juga tak lagi bisa mendapatkan investor baru. Namanya sudah terlanjur tercoreng dengan pemberitaan buruk yang terus menerus didengungkan tentang dirinya.Bukan hanya uangnya yang sekarang makin lama makin menipis karena dia harus membayar sewa mahal untuk kamar hotel yang ditempatinya, mengingat segala aset yang dimiliki olehnya dan Amanda selama ini ternyata sudah diamankan oleh istrinya yang tak lama lagi akan menjadi mantan itu.Amanda ternyata lebih cerdas dari dugaannya. Tak hanya rumah mereka, namun villa, apartemen, bahkan tabungan emas mereka pun tak bisa lagi disentuhnya. Rex sangat tahu bahwa Amanda tidak bekerja sendirian. Ayahnya yang seorang pengusaha terkenal itu pasti ikut andil dalam membantu putri semata wayangnya untuk memberi Rex pelajaran.&nb
Linda telah memiliki rencana, dalam waktu dekat dia akan menemui Rex. Sebangkrut-bangkrutnya Rex pastilah dia masih lebih kaya dibanding Bimo.Mengetahui Rex telah dibuang oleh istrinya, Linda berharap akan bisa menggantikan posisi wanita itu sebagai pendamping Rex. Setidaknya lelaki itu pasti masih punya harta yang bisa membuat dia tak harus bekerja menjadi tukang bersih-bersih seperti sekarang ini.'Seorang mantan pengusaha, meskipun perusahaannya bangkrut, tidak mungkin dia akan jadi gelandangan,' pikir Linda."Kamu lagi ngapain sih? Ngepel apa ngelamun?" Linda kaget dengan tepukan di sebelah bahunya saat dia ternyata sedang tak fokus dengan kerjaannya. Wanita itu mengepel lantai tanpa memperhatikan sekeliling hingga akhirnya jadi mengepel alas kaki pelanggan yang sedang melakukan pendaftaran."Eh, ma-maaf, Bu," ucapnya dengan penuh sesal.Sementara rekan kerjany
"Kamu ngapain ke sini?" sentak lelaki itu.Dua hari memantau Rex di kantor polisi, akhirnya Linda berhasil menemuinya juga saat lelaki itu akhirnya dibebaskan bersyarat dan kembali ke hotel tempatnya tinggal sementara.Linda merasa terusik melihat wajah Rex yang dulu biasanya bersih kini nampak tak terawat. Ditambah lagi lebam-lebam di sana sini bekas amukan massa di depan klinik Irfan tempo hari.Rex kaget ada yang memanggilnya saat dia baru saja turun dari mobil di parkiran hotel tempatnya menginap.Linda dengan penampilan yang menggoda sore itu merasa senang mengetahui Rex ternyata masih bisa tinggal di hotel. Artinya lelaki itu pasti masih punya banyak uang simpanan.Rex kaget dengan kemunculan Linda sebenarnya bukan karena dia tak senang dengan wanita itu. Lelaki itu hanya merasa munculnya Linda bukan pada saat yang tepat. Kondisinya begitu kacau sekarang karena baru saja
Sejak Metta dan teman-temannya dekat dengan Amanda, hari ini untuk pertama kalinya mereka diundang ke pesta termewah yang belum pernah mereka hadiri sebelumnya. Pesta anniversary emas orangtua Amanda yang digelar di rumah super mewah keluarga Asmara Wiguna.Devita, Rani, Revi, dan Ayu datang bersama pasangan masing-masing. Sementara Metta yang datang paling akhir disambut oleh Amanda yang sedari tadi tak sabar untuk memperkenalkan para sahabatnya itu pada orangtuanya.Seperti anak ABG yang sedang senang-senangnya menjalin sebuah persahabatan dengan teman sebayanya, Amanda begitu antusias saat memperkenalkan satu per satu wanita-wanita itu pada ayah dan ibunya."Yang mana ini yang namanya Metta?" tanya Mira, ibunda Amanda, penasaran. Metta memang yang paling disebut-sebut oleh Amanda karena kesamaan nasib yang menimpa dua wanita itu. Ibunda Amanda pun jadi sangat hafal dengan nama itu."Saya
Wanita itu terduduk lemas di pojokan rumah kontrakan. Sementara anak perempuannya menunggui di sebelahnya dengan tatapan bingung melihat sang ibu hanya terdiam melihat ke layar televisi yang menyala dari dini hari.Rex yang memandangi adegan itu dari atas kasur dengan jengkel bangkit, lalu mematikan televisi itu dengan kasar."Sudahlah, mandi sana. Lalu keluarlah cari sarapan! Aku sudah lapar," kata lelaki itu kesal. Lalu kembali membaringkan dirinya di atas kasur lagi.Sudah seminggu ini Rex tinggal di rumah kontrakan petak Linda. Linda yang awalnya mengira akan bisa hidup lebih baik dengan Rex, justru harus menerima perlakuan yang tidak menyenangkan selama lelaki itu berada di tempat tinggalnya.Linda memang sudah tidak perlu bekerja lagi karena lelaki itu memberinya uang untuk membayar sewa kontrakannya dan makanan mereka sehari-hari. Namun semua itu tidak membuat Linda senang. Pas
Sehari usai pemakaman orangtua Amanda, dua orang polisi datang untuk memberikan informasi. Amanda yang masih sangat shock karena kehilangan kedua orangtuanya yang mendadak, masih nampak enggan meninggalkan kamar. Sementara lima sahabatnya juga masih tetap setia mendampingi. Mereka bergantian menemani sahabat yang sedang dirundung duka itu.Saat seorang pembantu rumah tangga memberitahu kedatangan polisi ke rumah itu, keenam wanita itu pun segera bergegas menuju ke lantai bawah. Amanda yang masih merasa lemas pun akhirnya prnasaran ingin mengetahui apa yang sebenarnya telah menjadi penyebab meninggalnya kedua orangtuanya yang begitu mendadak itu.Saat mereka sampai di kamar tamu, Fabian nampak sedang berbincang dengan dua orang petugas dari kepolisian tersebut."Kemarin kami sudah menangkap seorang tersangka bernama saudari Linda. Kami menemukan keterlibatan saudari Linda dalam rekaman CCTV rumah yang diberikan pak