"Benar-benar keterlaluan si Linda!" Norma sungguh geram mendengar cerita adiknya tentang apa yang telah terjadi padanya.Selepas maghrib Bimo pulang dalam keadaan kacau setelah diusir dari aparteman oleh para satpam penjaga. Ibu yang melihat betapa mengenaskan keadaan anaknya itu begitu nelangsa."Mungkin ini hukuman untuk kamu dan kita semua karena telah menyia-nyiakan Metta waktu itu, Nak."Baik Bimo maupun Norma hanya terdiam. Tak kuasa membantah apa yang dikatakan oleh ibu mereka karena memang begitulah kenyataannya. Apa yang menimpa Norma dan Bimo saat ini memang memang seketika mengingatkan mereka tentang kejadian yang pernah dialami oleh Metta beberapa bulan yang lalu."Aku sudah menduga istrimu itu ada apa-apanya dengan bossnya yang selalu mengantarnya pulang itu, Bim. Aneh saja, seorang boss mau-maunya mengantar pulang anak buah hampir setiap hari kalau tidak ada udang dibalik batu
"Hai Rex ...," sapa salah seorang diantara mereka. Lelaki bernama Rexyano itu seketika pucat pasi melihat wajah istrinya tiba-tiba muncul di hadapannya."Man-manda?" Matanya membelalak kaget. Sebelah tangannya langsung refleks memegangi balutan handuk yang melilit pinggangnya, seolah dia sudah tahu bahaya apa yang sedang mengancamnya kali ini. Dari raut wajahnya, lelaki itu sepertinya sudah siap untuk kembali menutup pintu dan menguncinya rapat.Namun sebelum semua itu sempat dilakukannya, ke-enam wanita itu sudah menyeruak masuk ke dalam ruang apartemennya dengan paksa, membuat lelaki yang sama sekali belum siap menerima dorongan tangan mereka itu pun nyaris jatuh terjengkang. Beruntung dia masih sempat berpegangan pada dinding di sampingnya."Siapa, Sayang?" Lalu terdengar suara manja seorang wanita dari salah satu ruangan di dalam apartemen itu yang merupakan ruang tidur. Amanda dan yang lainnya saling berpandan
Wanita itu berjalan gontai keluar dari apartemen dengan menenteng tasnya diikuti tatapan orang-orang yang terus-terusan berbisik-bisik membicarakannya di sepanjang jalan keluar apartemennya.Sejujurnya Linda masih belum ingin meninggalkan apartemen Rex. Selain karena dia masih sangat shock dengan apa yang baru saja dia alami, dia pun perlu memikirkan akan kemana setelah ini.Namun salah satu petugas apartemen telah mengajaknya bicara bahwa dia harus segera meninggalkan tempat itu. Mereka menolak jadi kerepotan jika Linda tetap berada di tempat itu, mengingat video perselingkuhannya dengan Rex malam itu langsung tersebar dan menjadi viral dalam waktu singkat.Berkali-kali Linda berusaha menghubungi Rex sebelum dia keluar dari ruang apartemen, namun lelaki itu sama sekali tak menjawab panggilannya.Dengan celana jeans dan jaket warna soft pink dengan wajah ditutupi masker, Linda pun men
"Papimu sudah menarik semua saham dari Rex Coorp. Seandainya saja kamu mendengarkan mami dari dulu, saat ini hidupmu pasti sudah jauh lebih baik, Manda."Ibundanya menyodorkan ponsel pada putrinya, menunjukkan chat dari ayah Amanda beberapa jam yang lalu."Papimu sempat marah tadi karena kamu menutupi hal ini sekian lama. Tapi setelah mami jelaskan alasanmu selama ini untuk menjaga nama baik keluarga, dia bisa menerimanya juga akhirnya.""Apa papi juga sudah melihat berita tentang Rex di media?""Tentu saja sudah. Dia bahkan yakin investor lain juga akan segera pergi meninggalkan Rex Coorp begitu mereka melihat berita itu. Perusahaan itu sebentar lagi akan segera jatuh. Sekarang waktunya kamu menuruti keinginan papimu untuk meneruskan perusahaan kita sendiri, Manda. Mensupport suamimu selama ini nyatanya hanya seperti memberi makan seekor buaya. Setelah dia tumbuh besar, malah akhirnya menggigit
Bimo baru saja menurunkan Tiara dari motornya saat tiba-tiba anak kecil itu berlari ke arah pagar sambil berteriak."Mamaaa!"Bimo kaget dan langsung menoleh ke arah anak kecil itu berlari. Dan seperti yang telah dia duga sebelumnya, istrinya pasti akan kembali ke rumah ini setelah apa yang terjadi padanya.Dengan senyum dingin tanpa ada keinginan untuk menyambut wanita yang telah membuangnya beberapa hari yang lalu itu, Bimo segera melangkah masuk ke dalam rumah disambut oleh ibu dan kakak perempuannya di ruang tamu.Melihat reaksi Bimo yang tak mengindahkannya sama sekali, Linda tentu saja kecewa. Sambil menggandeng tangan Tiara dia pun segera berjalan menuju ke pintu rumah.Di ambang pintu yang terbuka, dia bisa melihat, suami, ibu mertua, dan juga kakak iparnya sedang duduk sambil memandang ke arahnya. Linda menunduk lesu dengan tangannya terlihat gugup me
"Plis, Fan. Aku benar-benar butuh bantuanmu. Aku sekarang sedang bersama dengan anakku. Aku butuh kerjaan, Fan."Linda terbangun malam itu setelah menidurkan Tiara. Badannya lelah setelah sesorean membersihkan rumah kontrakan petak yang baru dia sewa. Setelah semuanya terlihat lebih bersih, dia pun memesan makanan via aplikasi online dan menikmatinya bersama anak semata wayangnya. Usai makan malam, wanita itu rupanya ketiduran disamping anaknya karena kelelahan.Jam hampir menunjuk jam 12 malam saat Linda membuka mata dan tak bisa memejamkannya kembali. Pikirannya begitu kacau saat ini. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Linda mulai memutar otak.Berulang kali dia hampir menekan nomer kontak Rex bermaksud ingin meminta bantuan pada lelaki itu. Namun niat itu diurungkannya saat dia kembali terbayang wajah Amanda. Bagaimana istri Rex itu memperlakukannya saat menggerebek dia dan suaminya di apartemen Rex waktu itu.
"Nan! Nani, Nani!"Norma melajukan motornya lebih cepat mengejar sepeda di depannya. Dia yang baru saja pulang dari rumah suaminya kaget melihat adiknya mengayuh sepeda di jalanan sambil membawa kotak berukuran cukup besar di boncengannya.Nani sontak menghentikan sepedanya saat sebuah motor berhenti tepat menghalangi jalannya."Mbak Norma? Ngapain di sini, Mbak?" Wanita itu keheranan melihat kakaknya tiba-tiba sudah berada di tempat itu."Kamu sendiri ngapain? Kok naik sepeda? Motormu mana?" cerocos Norma."Ngapain gimana? Mbak nggak lihat apa aku lagi ngapain?" Nani menunjuk kotak di boncengan sepedanya. Norma turun dari motornya, lalu melongok sebentar ke kotak yang di bagian belakang sepeda adiknya itu. Ada beberapa kotak transparan kecil lagi di dalamnya berisi plastik-plastik bungkusan sayur dan camilan."Kamu jualan?" tanya Norma dengan mata memb
"Di luar ada tamu, Bu."Bik Marsih melongokkan kepala ke dalam kamar Metta setelah mengetuk pintunya yang sedikit terbuka sebanyak tiga kali."Siapa, Bi?" Metta yang sedang berkutat dengan laptop di kamarnya segera bangkit."Pak Bimo, Bu."Metta terhenti di dekat pintu."Mas Bimo? Ada apa ya malam-malam begini datang ke sini, Bi?" Metta mengerutkan dahinya. Sudah beberapa waktu dia belum bertemu kembali dengan mantan suaminya itu. Pun dia tak berminat untuk menanyakan kabarnya juga."Dari raut mukanya sepertinya Pak Bimo lagi sedih gitu, Bu," kata bik Marsih memberitahu.Karena penasaran, Metta pun langsung keluar kamar. Benar kata bik Marsih, saat sampai di ruang tamu, Metta sudah bisa melihat Bimo yang tengah duduk gelisah di kursi teras rumahnya."Mas," panggil Metta saat sampai di teras dan memperhatikan nampaknya Bim