"Hai Rex ...," sapa salah seorang diantara mereka. Lelaki bernama Rexyano itu seketika pucat pasi melihat wajah istrinya tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Man-manda?" Matanya membelalak kaget. Sebelah tangannya langsung refleks memegangi balutan handuk yang melilit pinggangnya, seolah dia sudah tahu bahaya apa yang sedang mengancamnya kali ini. Dari raut wajahnya, lelaki itu sepertinya sudah siap untuk kembali menutup pintu dan menguncinya rapat. Namun sebelum semua itu sempat dilakukannya, ke-enam wanita itu sudah menyeruak masuk ke dalam ruang apartemennya dengan paksa, membuat lelaki yang sama sekali belum siap menerima dorongan tangan mereka itu pun nyaris jatuh terjengkang. Beruntung dia masih sempat berpegangan pada dinding di sampingnya. "Siapa, Sayang?" Lalu terdengar suara manja seorang wanita dari salah satu ruangan di dalam apartemen itu yang merupakan ruang tidur. Amanda dan yang lainnya saling berpandanWanita itu berjalan gontai keluar dari apartemen dengan menenteng tasnya diikuti tatapan orang-orang yang terus-terusan berbisik-bisik membicarakannya di sepanjang jalan keluar apartemennya.Sejujurnya Linda masih belum ingin meninggalkan apartemen Rex. Selain karena dia masih sangat shock dengan apa yang baru saja dia alami, dia pun perlu memikirkan akan kemana setelah ini.Namun salah satu petugas apartemen telah mengajaknya bicara bahwa dia harus segera meninggalkan tempat itu. Mereka menolak jadi kerepotan jika Linda tetap berada di tempat itu, mengingat video perselingkuhannya dengan Rex malam itu langsung tersebar dan menjadi viral dalam waktu singkat.Berkali-kali Linda berusaha menghubungi Rex sebelum dia keluar dari ruang apartemen, namun lelaki itu sama sekali tak menjawab panggilannya.Dengan celana jeans dan jaket warna soft pink dengan wajah ditutupi masker, Linda pun men
"Papimu sudah menarik semua saham dari Rex Coorp. Seandainya saja kamu mendengarkan mami dari dulu, saat ini hidupmu pasti sudah jauh lebih baik, Manda."Ibundanya menyodorkan ponsel pada putrinya, menunjukkan chat dari ayah Amanda beberapa jam yang lalu."Papimu sempat marah tadi karena kamu menutupi hal ini sekian lama. Tapi setelah mami jelaskan alasanmu selama ini untuk menjaga nama baik keluarga, dia bisa menerimanya juga akhirnya.""Apa papi juga sudah melihat berita tentang Rex di media?""Tentu saja sudah. Dia bahkan yakin investor lain juga akan segera pergi meninggalkan Rex Coorp begitu mereka melihat berita itu. Perusahaan itu sebentar lagi akan segera jatuh. Sekarang waktunya kamu menuruti keinginan papimu untuk meneruskan perusahaan kita sendiri, Manda. Mensupport suamimu selama ini nyatanya hanya seperti memberi makan seekor buaya. Setelah dia tumbuh besar, malah akhirnya menggigit
Bimo baru saja menurunkan Tiara dari motornya saat tiba-tiba anak kecil itu berlari ke arah pagar sambil berteriak."Mamaaa!"Bimo kaget dan langsung menoleh ke arah anak kecil itu berlari. Dan seperti yang telah dia duga sebelumnya, istrinya pasti akan kembali ke rumah ini setelah apa yang terjadi padanya.Dengan senyum dingin tanpa ada keinginan untuk menyambut wanita yang telah membuangnya beberapa hari yang lalu itu, Bimo segera melangkah masuk ke dalam rumah disambut oleh ibu dan kakak perempuannya di ruang tamu.Melihat reaksi Bimo yang tak mengindahkannya sama sekali, Linda tentu saja kecewa. Sambil menggandeng tangan Tiara dia pun segera berjalan menuju ke pintu rumah.Di ambang pintu yang terbuka, dia bisa melihat, suami, ibu mertua, dan juga kakak iparnya sedang duduk sambil memandang ke arahnya. Linda menunduk lesu dengan tangannya terlihat gugup me
"Plis, Fan. Aku benar-benar butuh bantuanmu. Aku sekarang sedang bersama dengan anakku. Aku butuh kerjaan, Fan."Linda terbangun malam itu setelah menidurkan Tiara. Badannya lelah setelah sesorean membersihkan rumah kontrakan petak yang baru dia sewa. Setelah semuanya terlihat lebih bersih, dia pun memesan makanan via aplikasi online dan menikmatinya bersama anak semata wayangnya. Usai makan malam, wanita itu rupanya ketiduran disamping anaknya karena kelelahan.Jam hampir menunjuk jam 12 malam saat Linda membuka mata dan tak bisa memejamkannya kembali. Pikirannya begitu kacau saat ini. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Linda mulai memutar otak.Berulang kali dia hampir menekan nomer kontak Rex bermaksud ingin meminta bantuan pada lelaki itu. Namun niat itu diurungkannya saat dia kembali terbayang wajah Amanda. Bagaimana istri Rex itu memperlakukannya saat menggerebek dia dan suaminya di apartemen Rex waktu itu.
"Nan! Nani, Nani!"Norma melajukan motornya lebih cepat mengejar sepeda di depannya. Dia yang baru saja pulang dari rumah suaminya kaget melihat adiknya mengayuh sepeda di jalanan sambil membawa kotak berukuran cukup besar di boncengannya.Nani sontak menghentikan sepedanya saat sebuah motor berhenti tepat menghalangi jalannya."Mbak Norma? Ngapain di sini, Mbak?" Wanita itu keheranan melihat kakaknya tiba-tiba sudah berada di tempat itu."Kamu sendiri ngapain? Kok naik sepeda? Motormu mana?" cerocos Norma."Ngapain gimana? Mbak nggak lihat apa aku lagi ngapain?" Nani menunjuk kotak di boncengan sepedanya. Norma turun dari motornya, lalu melongok sebentar ke kotak yang di bagian belakang sepeda adiknya itu. Ada beberapa kotak transparan kecil lagi di dalamnya berisi plastik-plastik bungkusan sayur dan camilan."Kamu jualan?" tanya Norma dengan mata memb
"Di luar ada tamu, Bu."Bik Marsih melongokkan kepala ke dalam kamar Metta setelah mengetuk pintunya yang sedikit terbuka sebanyak tiga kali."Siapa, Bi?" Metta yang sedang berkutat dengan laptop di kamarnya segera bangkit."Pak Bimo, Bu."Metta terhenti di dekat pintu."Mas Bimo? Ada apa ya malam-malam begini datang ke sini, Bi?" Metta mengerutkan dahinya. Sudah beberapa waktu dia belum bertemu kembali dengan mantan suaminya itu. Pun dia tak berminat untuk menanyakan kabarnya juga."Dari raut mukanya sepertinya Pak Bimo lagi sedih gitu, Bu," kata bik Marsih memberitahu.Karena penasaran, Metta pun langsung keluar kamar. Benar kata bik Marsih, saat sampai di ruang tamu, Metta sudah bisa melihat Bimo yang tengah duduk gelisah di kursi teras rumahnya."Mas," panggil Metta saat sampai di teras dan memperhatikan nampaknya Bim
Sejak diusir dari rumah , hidup Rexyano semakin sulit. Semakin hari perusahaannya semakin tak bisa lagi diselamatkan. Setelah ditinggalkan oleh investornya satu per satu, Rex juga tak lagi bisa mendapatkan investor baru. Namanya sudah terlanjur tercoreng dengan pemberitaan buruk yang terus menerus didengungkan tentang dirinya.Bukan hanya uangnya yang sekarang makin lama makin menipis karena dia harus membayar sewa mahal untuk kamar hotel yang ditempatinya, mengingat segala aset yang dimiliki olehnya dan Amanda selama ini ternyata sudah diamankan oleh istrinya yang tak lama lagi akan menjadi mantan itu.Amanda ternyata lebih cerdas dari dugaannya. Tak hanya rumah mereka, namun villa, apartemen, bahkan tabungan emas mereka pun tak bisa lagi disentuhnya. Rex sangat tahu bahwa Amanda tidak bekerja sendirian. Ayahnya yang seorang pengusaha terkenal itu pasti ikut andil dalam membantu putri semata wayangnya untuk memberi Rex pelajaran.&nb
Linda telah memiliki rencana, dalam waktu dekat dia akan menemui Rex. Sebangkrut-bangkrutnya Rex pastilah dia masih lebih kaya dibanding Bimo.Mengetahui Rex telah dibuang oleh istrinya, Linda berharap akan bisa menggantikan posisi wanita itu sebagai pendamping Rex. Setidaknya lelaki itu pasti masih punya harta yang bisa membuat dia tak harus bekerja menjadi tukang bersih-bersih seperti sekarang ini.'Seorang mantan pengusaha, meskipun perusahaannya bangkrut, tidak mungkin dia akan jadi gelandangan,' pikir Linda."Kamu lagi ngapain sih? Ngepel apa ngelamun?" Linda kaget dengan tepukan di sebelah bahunya saat dia ternyata sedang tak fokus dengan kerjaannya. Wanita itu mengepel lantai tanpa memperhatikan sekeliling hingga akhirnya jadi mengepel alas kaki pelanggan yang sedang melakukan pendaftaran."Eh, ma-maaf, Bu," ucapnya dengan penuh sesal.Sementara rekan kerjany
Hari itu rumah pengusaha Fabian Wiguno terlihat sangat ramai. Pesta kecil sengaja digelar khusus untuk menyambut kedatangan saudara perempuan serta dua anaknya yang rencananya akan kembali dari Amerika untuk berlibur.Amanda Wiguna dengan dua anaknya, Darryl dan Hannah memang telah lama menetap di America. Anak-anak Amanda meminta untuk dipindahkan sekolahnya ke luar negeri setelah ketok palu pengadilan memutuskan hukuman untuk ayah mereka. Amanda sendiri awalnya hanya bermaksud menemani dua buah hatinya menimba ilmu sekaligus ingin melupakan segala permasalahan yang terjadi di masa lalu mereka. Namun rupanya Amanda terlanjur nyaman berada di negeri paman Sam itu.Metta yang melakukan semua persiapan untuk menyambut kedatangan saudara perempuan suaminya. Dia sendiri juga begitu rindu ingin bertemu dengan sang ipar. Tak lupa, Metta juga mengundang ke empat sahabat mereka; Devita, Ayu, Rani, dan Revi. Bagi Metta, kepulangan Amanda kali in
"Sudah siap?" Fabian melongok dari arah pintu kamar.Metta yang sedang menyelesaikan dandanannya di deoan meja rias pun menoleh."Bentar lagi, Mas. Sini deh, Mas." Dilambaikannya jari-jari lentiknya ke arah sang suami."Kenapa, Sayang?""Sebenarnya mas mau ajak aku kemana sih? Dati kemarin nggak mau cerita ih." Metta membalikkan badan menghadap sang suami. Namun Fabian hanya tersenyum penuh misteri, seolah membiarkan istrinya dihantui rasa penasarannya sendiri.Semalam tiba-tiba saja Fabian mengatakan ingin mengajak Metta ke suatu tempat. Anehnya lelaki itu tidak mau mengatakan akan kemana."Kalau kukasih tahu jadinya nggak surprise dong," selalu begitu jawab suaminya."Hmmm baiklah. Daripada penasaran, kita berangkat sekarang aja kalau gitu."Dengan raut pura-pura kesal, Metta pun bangkit dan berjalan ke luar kamar sembari menggandeng
Berhari-hari Bimo selalu teringat pertemuannya dengan Linda di penjara. Tentang bagaimana nampak tertekannya wanita itu, juga pertanyaan Linda tentang pernikahan.Di banding kondisi Linda sekarang, Bimo merasa jauh lebih beruntung. Linda memang telah salah langkah. Terpuruknya kehidupan mereka di masa lalu tak membuat Linda jadi insyaf dan mengambil hikmah dari semua itu. Justru wanita itu semakin gila dengan harta dan kemewahan.Seandainya saja dulu Linda tidak meninggalkannya untuk lelaki kaya bernama Rexiano itu karena silau dengan hartanya, mungkin saat ini mereka berdua masih menjadi sepasang suami istri meskipun hidup dalam kesederhanaan.Tapi nasi memang telah menjadi bubur. Semua yang telah dilakukan Linda harus dipertanggung jawabkan di dalam penjara.Entah kenapa, pertanyaan Linda tentang apakah dia sudah menikah adalah yang paling membekas di hati Bimo beberapa hari terakhir. Seolah i
"Papa pulang!" teriak Tiara seperti biasa saat melihat Bimo datang dengan menggunakan ojek online. Lelaki itu memang sengaja pergi dan pulang kantor menggunakan transportasi umum agar sepeda motornya tetap bisa dipakai oleh kakaknya berjualan.Norma yang sedang menyuapi Tiara sore itu pun ikut girang. Sudah dua bulan ini Bimo bekerja di kantor Wiguna Group dengan gaji yang lumayan menurut mereka."Kok sore gini udah pulang, Bim?" tanyanya seketika setelah melirik jam di dinding yang baru menunjuk pukul 4 sore."Iya, Mbak. Kebetulan hari ini kerjaannya yidak begitu banyak. Tapi mungkin besok malah lembur sampai malam.""Oooh gitu. Ya sudah sana bersihin badan kamu dulu. Habis itu makanlah, aku sudah masak tadi.""Pa, Tiara boleh minta sesuatu nggak?" Tiara yang melihat Bimo akan beranjak, tiba-tiba langsung meraih tangannya lelaki itu."Boleh dong. Tiara mau minta ap
"Kamu serius, Bim?" Norma membelalakkan mata usai mendengar cerita adiknya."Serius, Mbak. Aku juga kaget tadi waktu dia mengatakan itu."Norma menggeleng-gelangkan kepalanya dan berkali-kali berdecak."Kok ada ya Bim, orang sebaik pak Fabian itu. Metta benar-benar wanita yang sangat beruntung bisa jadi istri lelaki seperti itu. Trus ... trus, kamu jawab apa waktu dia nawarin itu? Kamu menerimanya kan?""Aku belum mengatakan apa-apa, Mbak. Aku masih bingung. Aku sudah lama sekali nggak kerja kantoran. Aku nggak yakin aku masih bisa.""Jadi kamu nolak tawaran pak Fabian? Ya ampun Bimoooo. Kamu itu gimana sih?""Belum, Mbak. Aku belum bilang menolak. Aku bilang masih bingung. Tapi besok kalau aku bersedia, aku disuruh datang langsung ke kantornya."
"Titip Ibas ya, Mas. Minggu siang nanti kita jemput," ucap Metta saat akhirnya dia dan suaminya berpamitan pada Bimo."Jangan siang, Ma. Sore aja," sahut Ibas. Metta agak melebarkan mata pada anak lelakinya mendengar itu. Namun bibirnya tetap saja harus menampakkan senyum."Kalau Ibas pulangnya kesorean nanti gak cukup istirahatnya, Sayang. Kan senin sudah harus masuk sekolah lagi. Mama jemput siang aja ya?""Iya deh kalau gitu, Ma.""Jangan khawatir, Met. Bimo nggak akan pergi kemana-mana kok hari ini. Nanti biar aku sendiri aja yang jualan. Biar Ibas bisa puas maen sama papanya." Norma seolah tahu kekhawatiran Metta."Iya, Met. Jangan khawatir. Ibas akan baik-baik saja di sini," lanjut Bimo."Ya udah. Makasih ya, mbak Norma, Mas Bimo. Kami pamit dulu kalau gitu. Ibas baik-baik ya. Jangan rewel dan ngrepoti
Kehidupan Metta bersama Fabian masih sangat hangat sebagai sepasang pengantin baru walaupun ini adalah pernikahan kedua bagi keduanya.Di hari-hari awal pernikahan mereka, Metta bahkan sedikit kaget karena ternyata keseharian Fabian agak jauh dari bayangannya. Fabian yang seorang pengusaha, dalam bayangan Metta adalah orang yang sangat sibuk dan mungkin tak akan bisa memiliki banyak waktu untuk dirinya dan Ibas. Namun ternyata, dugaan Metta keliru. Fabian bahkan jauh lebih perhatian dibanding dulu saat dirinya menjalani awal pernikahannya dengan Bimo.Fabian sangat jauh berbeda dengan Bimo. Rupanya statusnya sebagai pengusaha sukses tak lantas membuatnya menomorduakan keluarga. Metta dan Ibas tetap menjadi prioritas utama bagi pria itu saat ini.Hari demi hari mereka lalui dengan kehangatan sebuah keluarga. Mungkin kegagalan keduanya dalam pernikahan sebelumnya menjadi pelajaran ya
Usai hari pernikahan, Fabian memboyong Metta ke sebuah rumah besar nan mewah. Rupanya lelaki itu sudah menyiapkan sebuah istana untuk sang istri. Metta bahkan belum pernah menginjakkan kaki di rumah semegah itu sebelumnya, selain rumah sahabatnya yang sekarang jadi adik iparnya, Amanda. Bik Marsih yang ikut diboyong Metta ke rumah barunya sampai terbengong kala mobil yang membawa mereka memasuki gerbang yang baru saja dibukakan oleh seorang satpam. Halaman yang luas dengan taman indah, air mancur di tengah-tengah halaman, persis seperti rumah-rumah yang hanya pernah dilihatnya di dalam tayangan sinetron di televisi lokal. Berulang kali wanita baya itu berdecak kagum. Tak jauh beda dengan bik Marsih, Ibas pun nampak seperti sedang dibawa jalan-jalan ke nengeri dongeng. "Ini ru
Malam itu Bimo, Norma, Nani dan suaminya sudah bersiap untuk pergi ke pesta pernikahan Metta. Bimo telah menyewa sebuah mobil untuk membawa rombongan itu ke sana. Saat akhirnya mereka berangkat, Norma tiba-tiba menyuruh Bimo untuk membelokkan mobil ke arah yang tak seharusnya. "Lhoh, jalannya itu ke arah sana mbak, kok minta belok?" tanya Bimo keheranan. "Udah belok dulu, sebentar aja kok, Bim. Nggak lama," sahut Norma. Nani juga jadi mengerutkan dahi melihat tingkah kakak sulungnya itu. "Mau kemana dulu sih kita memangnya, Mbak?" tanyanya kemudian dari kursi belakang. "Udaah jangan pada cerewet. Nanti juga tau." Lagi-lagi norma menyuruh adik-adiknya untuk diam.&n