"Rex, aku ada di apartemen sekarang. Bisakah aku nggak masuk dulu hari ini? Aku kacau." Suara Linda terdengar serak di telepon, membuat Rexy mengerutkan dahinya.
"Ada apa, Sayang? Apa ada masalah? Ya sudah nggak apa-apa. Kamu santai aja dulu di apartemen. Nanti kalau urusan kantor sudah selesai aku ke situ," kata lelaki itu. "Makasih ya, Rex," ucap wanita itu. "Nevermind, Sayang." Rexy meletakkan ponsel dimeja kerjanya setelah Linda menutup panggilan telepon. Beberapa menit yang lalu pimpinan Rex Coorp itu memang sudah kebingungan karena wanitanya itu belum menampakkan diri juga di ruangannya. Pagi hari dia memang selalu harus menyalurkan dulu hasratnya pada sekretarisnya itu sebelum memulai segala aktifitasnya. Amarahnya hampir saja meledak jika saja tak segera ada panggilan masuk dari Linda. Demi mendengar nada suara sedih Linda dari seberang telepon, kemarahan Rex punP.O.V Metta "Lhoh, ini ibu sama mas Ibas mau kemana? Kok malem-malem udah pada rapi amat?"Bik Marsih menyapa saat melihat kami berdua tak sengaja keluar dari kamar masing-masing secara bersamaan. Ibas juga nampak sudah mengenakan pakaian tuxedo anak-anaknya yang membuatnya terlihat semakin tampan.'Semakin mirip saja sama papanya,' ucapku dalam hati."Oiya aku sampai lupa kasih tau bibi kalau malam ini ada temen sekolahnya Ibas yang ngadain pesta ulang tahun, Bik. Bibi di rumah sendirian dulu nggak apa-apa ya?""Ibu mau nganter mas Ibas aja atau sekalian nungguin di sana nanti?" tanya bik Marsih sambil mengerutkan kening."Ya nungguin lah, Bik. Ini kan malem. Undangannya sekalian sama orang tuanya juga kok," jelasku."Tapi tumben mas Ibasnya pake jas begitu, Bu? Biasanya kalau ada temennya ulang tahun cuma pake kaos sam
"Mau kemana kamu, Bim? Bukannya badanmu katanya masih lemes?"Ibu mengikuti Bimo sampai di pelataran rumah saat melihat anak lelakinya itu mengeluarkan motor dan sudah bersiap untuk pergi."Aku mau mencari Linda, Bu. Tiara dari semalam nanyain dia terus."Sudah biarin aja dulu lah, Bim. Kalau kamu cariin dia, lama-lama dia bisa ngelunjak, makin nggak menghargai kamu," sahut Norma yang menyusul ibunya ke halaman."Tapi kasihan Tiara, Mbak. Sudahlah, ini urusan rumah tanggaku. Biar kuselesaikan sendiri, Mbak. Tolong jangan ikut campur dulu," tukas Bimo."Mbak bukannya mau ikut campur, Bim. Tapi kelakuan istrimu itu pada ibu sungguh keterlaluan. Kamu kalau masih mau ngajak dia pulang ke rumah ini harus bisa pastikan dong dia nggak akan semena-mena lagi sama ibu. Apa dia kira ibu ini pembantunya?" Norma meluapkan kekesalannya."Sudah, Nor, sudah. Biarkan adikmu selesaikan masalah rumah tangganya sendiri
Perlahan lelaki itu menurunkan majalah yang menutupi wajahnya yang sudah terlihat bersemu merah."Met-Metta? Kam-mu di sini?" tanyanya berusaha bersikap biasa saja. Namun suaranya tetap tak bisa berbohong jika dia gugup."Iya, Mas. Mas Bimo ngapain di sini? Oooh, nganter istri ya?" tebak Metta."Eng-nggaak, eh iya, eng-nggak, Met. Enggak kok." Bimo gugup setengah mati. Tapi entah kenapa hatinya justru menjadi tak rela jika harus membohongi mantan istrinya itu lagi saat ini."Kok? Iya enggak iya enggak? Iya apa enggak, Mas? Istrinya lagi perawatan di sini ya?" tanya Metta lagi karena penasaran. Walaupun sebenarnya dia tak yakin dengan pertanyaannya sendiri."Enggak kok, Met. Aku ... aku ke sini lagi nyari Linda," kata Bimo akhirnya.Mendengar kalimat Bimo yang serius, Metta pun perlahan mendudukkan diri di salah satu kursi ruang tunggu di dekat mantan suaminya
Dari Amanda akhirnya Metta tahu bahwa saat ini sepertinya Bimo telah mendapatkan karmanya. Linda, wanita yang lebih dipujanya karena kecantikannya hingga membuatnya lupa akan bahtera rumah tangga yang telah mereka bangun belasan tahun itu ternyata kini meninggalkannya dengan pria lain yang lebih kaya.Ke-enam wanita itu kini sedang duduk berhadapan di sebuah meja di restoran favorit keluarga Amanda. Selepas dari klinik Irfan, Amanda mengajak para sahabatnya itu untuk makan di restoran sambil membahas hal yang dia curigai saat berada di klinik Irfan tadi.Di tengah-tengah meja yang masih kosong saat ini tergeletak ponsel mahal Amanda dimana dikayarnya nampak foto suaminya sedang berjalan bergandengan menyusuri lorong apartemen dengan seorang wanita yang masih sangat Metta kenal. Dia adalah Linda.Beberapa saat lamanya ke-enam wanita itu hanya menatap ke satu arah, yaitu ponsel Amanda di tengah meja.
"Benar-benar keterlaluan si Linda!" Norma sungguh geram mendengar cerita adiknya tentang apa yang telah terjadi padanya.Selepas maghrib Bimo pulang dalam keadaan kacau setelah diusir dari aparteman oleh para satpam penjaga. Ibu yang melihat betapa mengenaskan keadaan anaknya itu begitu nelangsa."Mungkin ini hukuman untuk kamu dan kita semua karena telah menyia-nyiakan Metta waktu itu, Nak."Baik Bimo maupun Norma hanya terdiam. Tak kuasa membantah apa yang dikatakan oleh ibu mereka karena memang begitulah kenyataannya. Apa yang menimpa Norma dan Bimo saat ini memang memang seketika mengingatkan mereka tentang kejadian yang pernah dialami oleh Metta beberapa bulan yang lalu."Aku sudah menduga istrimu itu ada apa-apanya dengan bossnya yang selalu mengantarnya pulang itu, Bim. Aneh saja, seorang boss mau-maunya mengantar pulang anak buah hampir setiap hari kalau tidak ada udang dibalik batu
"Hai Rex ...," sapa salah seorang diantara mereka. Lelaki bernama Rexyano itu seketika pucat pasi melihat wajah istrinya tiba-tiba muncul di hadapannya."Man-manda?" Matanya membelalak kaget. Sebelah tangannya langsung refleks memegangi balutan handuk yang melilit pinggangnya, seolah dia sudah tahu bahaya apa yang sedang mengancamnya kali ini. Dari raut wajahnya, lelaki itu sepertinya sudah siap untuk kembali menutup pintu dan menguncinya rapat.Namun sebelum semua itu sempat dilakukannya, ke-enam wanita itu sudah menyeruak masuk ke dalam ruang apartemennya dengan paksa, membuat lelaki yang sama sekali belum siap menerima dorongan tangan mereka itu pun nyaris jatuh terjengkang. Beruntung dia masih sempat berpegangan pada dinding di sampingnya."Siapa, Sayang?" Lalu terdengar suara manja seorang wanita dari salah satu ruangan di dalam apartemen itu yang merupakan ruang tidur. Amanda dan yang lainnya saling berpandan
Wanita itu berjalan gontai keluar dari apartemen dengan menenteng tasnya diikuti tatapan orang-orang yang terus-terusan berbisik-bisik membicarakannya di sepanjang jalan keluar apartemennya.Sejujurnya Linda masih belum ingin meninggalkan apartemen Rex. Selain karena dia masih sangat shock dengan apa yang baru saja dia alami, dia pun perlu memikirkan akan kemana setelah ini.Namun salah satu petugas apartemen telah mengajaknya bicara bahwa dia harus segera meninggalkan tempat itu. Mereka menolak jadi kerepotan jika Linda tetap berada di tempat itu, mengingat video perselingkuhannya dengan Rex malam itu langsung tersebar dan menjadi viral dalam waktu singkat.Berkali-kali Linda berusaha menghubungi Rex sebelum dia keluar dari ruang apartemen, namun lelaki itu sama sekali tak menjawab panggilannya.Dengan celana jeans dan jaket warna soft pink dengan wajah ditutupi masker, Linda pun men
"Papimu sudah menarik semua saham dari Rex Coorp. Seandainya saja kamu mendengarkan mami dari dulu, saat ini hidupmu pasti sudah jauh lebih baik, Manda."Ibundanya menyodorkan ponsel pada putrinya, menunjukkan chat dari ayah Amanda beberapa jam yang lalu."Papimu sempat marah tadi karena kamu menutupi hal ini sekian lama. Tapi setelah mami jelaskan alasanmu selama ini untuk menjaga nama baik keluarga, dia bisa menerimanya juga akhirnya.""Apa papi juga sudah melihat berita tentang Rex di media?""Tentu saja sudah. Dia bahkan yakin investor lain juga akan segera pergi meninggalkan Rex Coorp begitu mereka melihat berita itu. Perusahaan itu sebentar lagi akan segera jatuh. Sekarang waktunya kamu menuruti keinginan papimu untuk meneruskan perusahaan kita sendiri, Manda. Mensupport suamimu selama ini nyatanya hanya seperti memberi makan seekor buaya. Setelah dia tumbuh besar, malah akhirnya menggigit