Rani menatap ragu ke arah Rudi. Satu sisi hatinya berkata untuk menerima suapan dari suaminya. Namun sisi hatinya yang lain memintanya untuk tidak merespon kebaikan Rudi. "Rani, kamu kok bengong. Ayo makan dulu. Menu ini kan dari rumah sakit. Buat anak kita, Ran."Rani akhirnya membuka mulut dan Rudi mengarahkan sendoknya semakin dekat ke mulut Rani, hingga ponsel Rani berdering nyaring. Rani segera meraih ponsel yang diletakkannya di sisi bantal. Rudi tampak kecewa. Rani mengernyit saat melihat nomor ponsel tanpa nama di layarnya. Tapi tak urung juga Rani memilih untuk menekan layar hijau. "Halo.""Halo, Rani!" Suara renyah dan bening di seberang telepon membuatnya mengerutkan dahinya. "Halo, ini siapa?""Ih, kamu lupa ya padaku. Sedih banget! Awas ya kamu!""Eh, tunggu, ini siapa sih?""Dih, kalau kamu inget aib masa lalu kamu, kamu pasti inget aku. Oke, aku cerita ya, kamu waktu masih SMP pernah pura-pura sakit perut untuk menghindari penilaian seni musik kan? Terus kamu juga
🌹"Mencintai seseorang memberikan kita kekuatan, dicintai seseorang memberikan kita kepercayaan diri. Dan perpaduan antara dicintai dan mencintai seseorang memberikan kita kebahagiaan."***[Ma, rencana Mama berhasil. Hari ini Rani akan dikuret. Mama bisa ke rumah sakit sekarang?]Rudi menunggu dengan hati berdebar. [Bagus. Mama akan segera ke rumah sakit sekarang.][Rudi tunggu Ma. Rudi sebenarnya sedih dan nggak kuat kalau Rani keguguran. Rudi kasihan dengan anak Rudi.][Jangan cengeng. Usia kehamilan istri kamu itu baru 2 bulan. Belum ada rohnya. Nanti kalau kamu sudah nikah dengan perempuan yang lebih kaya dan lebih cantik daripada Rani, kamu bisa mempunyai anak berapapun.]Rudi terdiam dan tidak ingin menjawab pesan whatsapp dari mamanya. Lelaki itu hanya menghela nafas dengan berbagai rasa yang berkecamuk. ***"Apa kuretnya sudah selesai dilakukan?" tanya mamanya seraya mendekat ke arah Rudi yang sedang duduk di depan ruang bersalin. "Belum. Dokter baru saja melakukan tindaka
🌹Kadang ada sebuah nama yang tertulis di hati, tapi tidak tertulis di buku nikah. **Pov. AgusFlash back on.Aku tertegun melihat calon istri yang dibawa oleh Rudi ke pertemuan keluarga. "Bukankah gadis itu Rani?" gumamku sambil terus melanjutkan acara perkenalan keluarga. "Len, apa gadis itu calonnya Rudi?" bisikku pada Leni, istri yang telah kunikahi 5 tahun yang lalu. .Leni mengangguk. "Iya. Bo doh banget ya si Rudi. Seharusnya Rudi bisa mendapat gadis lain yang lebih cantik dan lebih kaya. Ini malah nyari cewek yatim piyatu yang dekil dan kusam! Nggak banget. Awas aja kalau sifatnya buruk!"Aku menelan ludah dengan susah payah. 'Tidak. Bukan Rudi yang bo doh. Tapi Rani. Kenapa dia mau sama Rudi? Darimana mereka bisa saling mengenal? Kenapa aku baru tahu setelah ada acara balasan lamaran seperti ini? Setahuku Rudi tidak pernah membawa Rani saat pacaran ke rumah ini,' batin ku bingung. "Len, Rudi sama calonnya itu bertemu dimana? Emang Rudi pernah bawa pacarnya ke rumah ya wa
🌹Apa kamu tahu apa yang lebih menyakitkan daripada cinta bertepuk sebelah tangan? Yaitu saling mencintai tapi memahami bahwa tidak mungkin untuk saling memiliki. **Ah, rencanaku memang brilian. Aku hanya perlu mengutarakan usulku pada Nilam dan Widuri.Aku mengetuk daun pintu kamar milik Widuri yang setengah terbuka, lalu melongokkan kepalanya. "Sory, ladies. Ada yang mau kubicarakan."Kulihat Widuri mendelik. "Mas Doni! Nggak sopan banget sih, lagi ada temen aku curhat, kok nyelonong ke area cewek sih?" protes Widuri sambil menatap tajam kearahku. Aku tertawa. Sementara itu wajah Nilam memerah dan langsung mengambil tisu dari dalam tasnya. "Maaf. Sekali lagi aku minta maaf kalau tanpa persetujuan, aku mendengar percakapan kalian."Widuri semakin mendelik. "Mas Donat! Pergi nggak dari sini?! Pergi weh! Daripada bikin keki dan kesel!"Adik perempuan ku itu meraih bantal lalu mengangkatnya tinggi-tinggi ke atas kepala dan bersiap melemparkannya ke arahku. "Wow, tunggu dulu. Aku c
🌹Aku telah membiarkan hatiku untuk mencintai mu setinggi langit, walaupun sudah kuduga aku akan jatuh dan patah hati sedalam samudera. ***Pov Rani Flash back onKedatangan mama dan Maya di rumah sungguh membuat hidupku tak tenang. Mereka seakan sengaja memancing keributan denganku setiap hari. Entahlah, mengapa mereka melakukannya? Apakah agar aku tidak kerasan di rumah ini? Cih, seandainya tidak ada bayi di dalam perutku pun aku akan langsung mengajukan berkas ke pengadilan agama. Tapi entah kenapa hari ini Mama dan Maya bersikap baik padaku. Bahkan memasak makanan dan membuatkan teh untukku. Tapi aku tentu saja tidak percaya. Mereka pasti berbuat baik karena ada maunya. Dan betapa terkejutnya aku karena setelah membeli seblak, aku melihat pintu kamarku yang terbuka. Ada mama yang sedang mengelap perabotan di ruang tengah, berarti yang sedang menyapu kamarku adalah Maya. Mereka pasti sedang melakukan perbuatan yang buruk. Antara mencuri perhiasan atau mencari surat perjanjia
🌹Kukira kedatanganmu adalah ending yang membahagiakan, tapi ternyata kamu adalah bab baru dalam kisah perjalanan hidupku dengan judul "Belajar Mengikhlaskan".**Flash back on.Rudi baru saja mengucapkan akad nikah dengan menjabat tangan seorang ustadz. "Alhamdulillah, sah.""Sah!""Kalian tidak perlu kumpul kebo lagi kalau ingin melakukan hal itu. Karena kalian telah sah sekarang menjadi suami istri."Rudi menatap wajah Nilam dengan rasa tidak percaya. Pagi tadi dia yang mencari darah untuk Rani, sekarang sore hari sudah menjadi suami sah bagi seorang perempuan lain.Sesaat Nilam mencium punggung tangan Rudi. Dan lelaki itu teringat kembali saat akadnya dengan Rani setahun yang lalu. 'Apakah langkahku ini sudah benar? Tapi Nilam jauh lebih cantik dan lebih kaya daripada Rani. Lebih panas di ranjang. Rasanya aku tidak akan menyesal jika mempunyai istri Nilam.Lagipula Nilam bilang, dia cinta banget sama aku saat pertemuan pertama kami. Jadi dia pasti bisa sayang dengan keluargaku d
🌹Kadang ada orang yang datang pada hidup kita seperti kembang api. Menyala sesaat, indah dan terang, semarak tapi sejenak lalu menghilang dalam waktu secepat kilat. **Agus menghela nafas lega karena rencananya untuk menjauhkan Rudi dari Rani telah berhasil. Untuk ke depannya, hubungan Nilam dan Rudi adalah urusan Nilam.Sekarang hanya perlu melakukan rencana untuk membuat Leni seolah telah melakukan sebuah kesalahan agar dia bisa menjatuhkan talak pada istrinya. Agus segera menghubungi sebuah nomor ponsel milik orang suruhannya. "Segera lakukan perintah ku sekarang!""Iya, boss! Dimana Bu Leni sekarang?""Di Thailand. Hotel Xxx. Bersama empat orang temannya.""Baik. Kalau sudah berhasil, akan saya kabari."Telepon ditutup dan Agus tersenyum lebar. ***Agus baru saja selesai membantu Rani memasukkan tasnya ke dalam rumah kontrakan Widuri saat notifikasi pesan masuk ponselnya berdenting. Agus melihat ponselnya sekilas. Ternyata anak buahnya mengirimkan foto istrinya sedang makan
🌹Jatuh cintalah kepada dia yang bisa membuat kamu menjadi diri sendiri. Dia yang membuat kamu merasa nyaman setiap saat. Dia yang mampu membuatmu sadar bahwa kamu berhak bahagia.**Agus tersenyum memandang foto dan video yang telah dikirim oleh Redi, orang suruhan Agus. "Sedikit lagi aku bisa punya alasan untuk menalak Leni," gumam Agus puas. Lelaki itu lalu meraih ponselnya lalu berpura-pura menelepon ke nomor istrinya yang tentu saja Leni tidak akan merespon panggilan darinya. [Maaf, tadi ada urusan dengan Widuri, jadi nggak bisa mengangkat teleponmu. Ada apa, Len?][Len, bagaimana liburan kamu?][Kamu sudah tidur ya?]Setelah membuat pencitraan dengan menelepon puluhan kali dan mengirimkan chat belasan kali, Agus segera menyimpan foto dan video istrinya itu. "Tunggu tanggal mainnya Len, dan aku akan memberikan kejutan untukmu dan keluarga kamu."***Dinginnya AC membuat tubuh Leni menggigil. Dengan segera, perempuan itu merapatkan selimutnya. Namun alangkah terkejutnya Leni