Share

Bab 5

Author: CewekTauruz30
last update Last Updated: 2025-01-27 02:48:06

Sepulangnya dari rumah Laila, Nayra langsung banyak diam dan melamun. Albi belum menyadari sikap istrinya, dia begitu sibuk karena sedang menangani proyek besar di perusahaan. Bahkan beberapa hari ini Albi sering pulang telat, Nayra tidak banyak protes seperti biasanya. Karena Randi, sang asisten pribadi suaminya selalu memberi kabar pada Nayra itu pun atas perintah Albi yang tahu jika istrinya pasti akan terus bertanya. 

Albi baru pulang, dia melihat istrinya sedang duduk di balkon kamar. Albi baru sadar jika sikap istrinya sekarang, Albi mendekat dan duduk di samping Nayra. Albi menatap Nayra dari samping, terlihat jika Nayra sedang melamun dan memikirkan sesuatu. 

“Kenapa malam-malam seperti ini masih diluar?” tanya Albi. 

“Mas, kapan kamu datang?” bukannya menjawab Nayra justru melontarkan kembali pertanyaan. 

“Baru saja, kamu sedang memikirkan apa sehingga suami pulang saja tidak menyadari.” 

“Tidak ada, mas.” 

“Ada apa? Kenapa sepertinya kamu melamun terus, apa yang mengganggu pikiranmu, Nay? Biasanya kamu selalu mengatakan apapun yang mengganggu pikiranmu, kenapa sekarang kamu malah diam dan membuat aku cemas?” tanya Albi kembali. 

“Aku ingin bertanya sama Mas, tapi aku harap Mas menjawabnya dengan jujur.” 

Albi mengerutkan keningnya. “Kapan aku berbohong sama kamu, Nay? Rasanya aku selalu jujur sama kamu, tidak pernah ada yang ditutup-tutupi.” 

“Jika penyebab kita belum punya anak adalah aku, apa Mas akan tetap bertahan sama aku?” tanya Nayra sambil menatap sedih suaminya. 

“Apa maksud kamu bertanya seperti itu?” 

“Aku hanya ingin memastikan saja, Mas. Apakah kamu akan tetap bersamaku walaupun kamu tahu jika aku yang bermasalah disini. Atau kamu akan mencari pengganti yang bisa memberikanmu keturunan?” 

Albi menggelengkan kepalanya, tidak percaya dengan apa yang ditanyakan istrinya. “Kamu ini ngaco, Nay. Kenapa kamu berpikir sampai jauh seperti itu? Kita baru menikah dua tahun, kenapa kamu malah berpikir kalau aku akan mencari penggantimu?” 

Albi berdiri, dia hendak melangkah dan pergi meninggalkan Nayra. Namun dengan cepat Nayra memeluk suaminya dari belakang. Nayra menangis tanpa suara, melihat reaksi suaminya yang seperti itu dia yakin jika suaminya akan bertahan dengannya. Albi mengusap tangan mungil Nayra yang melingkar di perutnya. 

“Aku hanya takut jika aku tidak memberikanmu anak, maka kamu akan pergi dari aku, Mas. Maafkan ketakutanku yang membuat kamu tidak nyaman. Aku berjanji tidak akan bertanya seperti itu lagi.” Nayra kini terdengar menangis sesegukan. Albi membalikan tubuhnya dan memeluk Nayra dengan erat. 

“Dengarkan aku! Aku tidak akan meninggalkan kamu begitu saja. Aku yang memilih kamu menjadi pendampingku dan memilih kamu sebagai pasangan hidupku. Jadi tidak mungkin aku meninggalkan kamu begitu saja gara-gara kita belum memiliki anak. Waktu kita masih panjang, mungkin sekarang belum saatnya. Tapi aku yakin suatu saat nanti kita akan memiliki anak, Tuhan akan memberikan kita keturunan. Jangan pernah mendengarkan aoanyang orang lain katakan, fokus pada kehidupan kita saja. Mengerti?” 

Nayra mengangguk. “Iya, Mas. Aku mengerti dan tidak akan berpikir macam-macam lagi, maafkan aku yang justru berpikir terlalu jauh. Aku tidak akan berpikir macam-macam lagi. Tapi, jika suatu saat kamu berubah pikiran, beritahu aku terlebih dahulu supaya aku bisa mempersiapkan mentalku.” 

“Sudah aku katakan, jangan pernah punya pikiran seperti itu. Aku tidak suka!” tegas Albi. 

“Maaf.” 

Albi tersenyum, dia lalu mendaratkan kecupan di bibir mungil istrinya. “Aku mau mandi dulu, seharian di luar membuat badanku lengket. Aku mandi dulu.”

Nayra mengangguk. “Aku siapkan pakaian mas.” 

“Atau mau ikut mandi sekalian?” goda Albi. 

“Astaga, aku sudah mandi dan tidak mau mandi lagi. Apalagi ini sudah malam, Mas.” 

“Baiklah, padahal mandi malam pun jika bedua tidak akan terasa dingin,” celetuk Albi. 

“Astaga! Mas Albian!” teriak Nayra sambil tersenyum. Sedangkan Albi sudah lari ke kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. 

“Semoga kamu akan terus seperti ini, Mas. Semoga saat ibu bicara dan mengatakan tujuannya kamu akan menolak keras. Semoga kamu tidak terpengaruh sama ibu, aku selalu berdoa seperti itu. Tak lupa juga aku berdoa semoga secepatnya kita diberikan keturunan supaya kamu tidak lari dari aku suatu saat nanti. Aku masih ketakutan hal itu terjadi, Mas.” lirih Nayra sambil berjalan dan dengan cepat menyiapkan pakaian ganti suaminya. 

Keesokan harinya Nayra bangun lebih cepat. Dia menyiapkan sarapan lalu segera mandi, setelah terlihat segar Nayra membangunkan suaminya. Dia melakukan itu karena tidak ingin terlihat kucel oleh suaminya. Sebisa mungkin dia akan tampil cantik dihadapan suaminya. Walaupun setiap hari dia selalu berpenampilan cantik dan rapi. 

“Sayang, kamu mau kemana?” tanya Albi saat membuka matanya. 

“Selamat pagi, Mas. Aku tidak akan kemana-mana, hanya ingin menyambut suami yang bangun tidur dengan kecantikanku saja,” jawab Nayra. 

Albi tersenyum. “Kamu sudah cantik setiap hari, sayang. Tidak usah berdandan seperti ini, aku bahkan lebih suka ketika melihat wajah kamu yang baru bangun. Masih natural dan menggemaskan, apalagi setelah berolahraga malam.” 

“Astaga, sejak kapan suamiku ini mesum?” ledek Nayra sambil terkekeh. 

“Memang seperti itu kenyataannya, ekspresi kamu selalu terbayang-bayang ketika kita sedang-” 

“Mas!” Nayra segera membekap mulut Albi dengan kedua tangannya. 

Albi tersenyum. “Tidak akan ada yang mendengar, sayang.” 

“Kamu ini, Mas.” 

“Hari ini karena kamu sudah berpenampilan cantik dan rapi, maukah menemani suamimu ini ke kantor?” tanya Albi. 

“Mas ajak aku ke kantor? Buat apa?” 

“Supaya Mas bekerjanya lebih semangat lagi. Apalagi kalau liat kamu, pasti pekerjaan mas akan lebih cepat selesainya,” jawab Albi. 

“Ish, bohong banget. Tapi … boleh juga deh aku ikut mas ke kantor. Sudah lama juga aku tidak ikut, kalau memang tidak akan mengganggu, aku ikut.”

“Kamu tunggu disini, nanti sekretaris Mas akan mengantar makanan dan minuman kesukaan kamu,” kata Albi yang saat itu sudah sampai di kantor, tepatnya di ruangannya. 

“Oke.” 

 Sudah dua jam Nayra duduk di ruangan suaminya. Segala macam makanan sudah berpindah ke perutnya. Albi masih anteng dengan pekerjaan dan berkas-berkas yang masih menumpuk di mejanya. Sesekali Albi tersenyum melihat istrinya yang anteng dengan makanan dan minumannya. 

“Sayang, Mas mau ke ruangan meeting dulu sebentar. Rendi sedang memimpin meeting tapi rasanya Mas ingin melihat perkembangannya.” 

“Jangan lama-lama, sebentar lagi jam makan siang. Aku mau kita makan siang diluar,” jawab Nayra. 

“Iya, kamu tunggu sebentar.” 

Nayra menunggu sudah hampir satu jam, namun suaminya tak kunjung datang. Nayra mondar-mandir, melihat beberapa foto yang terpajang di meja Albi. Senyuman terus terukir di wajah cantik wanita yang baru berusia dua puluh enam tahun itu. 

“Mas, kenapa lama sekali?” tanya Nayra tanpa melihat siapa yang membuka pintu ruangan suaminya. Posisi Nayra membelakangi pintu. 

“Nayra, kenapa kamu ada di sini?” tanya Laila yang ternyata datang ke kantor suaminya. 

“Ibu.” 

“Astaga, mbak. Suami kerja aja mesti dibuntuti begitu. Apa Mas Albi gak risih?” sindir Aninda. 

“Iya, seharusnya kamu diam di rumah dan tunggu suami pulang kerja aja. Daripada harus ikut ke kantor,” sahut Laila. 

“Lalu ibu dan Anin ada kepentingan apa bertemu dengan Mas Albi?”

Related chapters

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 1

    "Mas, kenapa sampai saat ini aku belum hamil juga, ya?” pertanyaan itu selalu dilontarkan Nayra pada Albian, suaminya. “Mungkin kita masih kurang dalam usahanya, sayang.” “Ish, bagaimana kamu bisa bilang kurang dalam usaha, sedangkan setiap malam kita selalu melakukannya. Apa yang salah?” tanya Nayra kembali sambil memeluk Albian yang memang mereka sedang berbaring setelah melakukan hubungan suami istri. “Tenanglah Sayang, mungkin belum waktunya. Atau … Tuhan masih menginginkan kita untuk berdua terus seperti ini. Sekarang yang pasti kita tidak boleh menyerah dan harus terus berusaha, kalau perlu kita lakukan tiga kali sehari.” Albian tertawa saat mengatakan itu. “Memangnya minum obat tiga kali sehari,” sahut Nayra sambil mempererat pelukannya. “Oh ya, besok di rumah ibu ada acara. Entah acara apa Mas tidak tahu, tapi yang jelas ibu minta kita untuk datang.” Albian menyampaikan pesan dari ibunya yang sempat dia terima tadi. Nayra menghela nafas panjang. “Kenapa?” tanya Albian.

    Last Updated : 2025-01-27
  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 2

    Setelah pulang dari rumah mertuanya, Nayra masih kesal pada suaminya yang terus menerus membela Laila. Nayra kesal karena Albian tidak sama sekali memberitahu ibunya dengan tegas, Albi selalu mengatakan jika Nayra harus memaklumi ibunya yang memang sangat menginginkan cucu darinya. Albi tidak berpikir jika semua itu menjadi beban pikiran Nayra, sampai akhirnya Nayra terus diam dan tidak berbicara sepatah katapun dengan suaminya. “Sayang, nanti Mas sepertinya akan pulang terlambat. Ada meeting dengan perusahaan jepang sore nanti,” ucap Albi yang selalu memberitahu jika akan pulang terlambat. “Iya,” jawab Nayra dengan singkat. “Masih marah?” tanya Albi. “Enggak kok, biasa aja.” “Mas mengerti dengan apa yang kamu rasakan, tapi harus bagaimana lagi. Ibu memang seperti itu, jadi kita harus bisa memakluminya saja. Perkataan ibu jangan terlalu dimasukan ke hati, itu justru akan membuat kamu sakit.” Albian mengusap pipi Nayra dengan jari-jarinya. “Aku bahkan sudah sangat memakluminya, M

    Last Updated : 2025-01-27
  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 3

    Nayra pulang dengan perasaan kesal dan tentu saja sedih. Nayra menyimpan barang belanjaannya dan segera masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan badannya. Nayra berdiri di bawah shower, membasahi tubuhnya dengan air dingin. Nayra bermaksud supaya otaknya bisa ikut dingin juga. Pertemuan dengan adik dan mertuanya membuat moodnya malah tidak baik. “Mengadu apa yang terjadi hari ini pun percuma, yang ada mas Albi pasti akan membela ibunya dan meminta aku terus memakluminya. Padahal, ini sudah sangat keterlaluan.” Nayra menghela nafas panjang. “Rasanya aku ingin meminta mas Albi untuk membawa aku pindah dari kota ini. Menghayal saja dulu, toh kenyataannya itu tidak mungkin.” Nayra terkekeh. Setelah merasa lebih baik, Nayra segera menyelesaikan mandinya dan segera berpakaian. Nayra membuka semua barang belanjaannya hari ini. Dia melihat satu pakaian yang menurutnya tidak pernah dibelinya. Membeberkan pakaian itu yang ternyata baju untuk wanita hamil. “Astaga, kenapa baju ini ada pada tas

    Last Updated : 2025-01-27
  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 4

    “Ada apa ini?” Kartika datang dan melihat kedua adik iparnya sedang bersitegang. Apalagi melihat Nayra yang sangat kesal seperti itu. Nayra menoleh, dia langsung menunduk dan memejamkan matanya ketika tahu jika Kartika. Kakak iparnya yang ada di belakang mereka. Kartika melihat wajah Aninda yang sepertinya tersenyum tipis sementara Nayra yang terlihat tegang. Kartika berdiri di samping kanan Nayra. “Ada apa, Nay?” tanya Kartika kembali. “Tidak ada apa-apa, mbak.” Nayra lalu tersenyum. “Jangan berbohong, mbak jelas-jelas tadi melihat kalian sedang beradu mulut. Mbak tidak mau mempunyai keluarga yang saling membenci. Mbak ingin kalian akur satu sama lain,” ucap Kartika. “Mbak Nayra baru saja datang udah marah-marah gak jelas, mbak. Anin jadi bingung, makanya Anin tanya mbak Nayra. Eh, malah ngegas gitu jawabnya.” “Marah-marah gak jelas katamu? Astaga, kamu yang membuat aku seperti ini Aninda! Aku tidak akan marah atau kesal jika kamu tidak berulah,” bantah Nayra. “Lalu apa masala

    Last Updated : 2025-01-27

Latest chapter

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 5

    Sepulangnya dari rumah Laila, Nayra langsung banyak diam dan melamun. Albi belum menyadari sikap istrinya, dia begitu sibuk karena sedang menangani proyek besar di perusahaan. Bahkan beberapa hari ini Albi sering pulang telat, Nayra tidak banyak protes seperti biasanya. Karena Randi, sang asisten pribadi suaminya selalu memberi kabar pada Nayra itu pun atas perintah Albi yang tahu jika istrinya pasti akan terus bertanya. Albi baru pulang, dia melihat istrinya sedang duduk di balkon kamar. Albi baru sadar jika sikap istrinya sekarang, Albi mendekat dan duduk di samping Nayra. Albi menatap Nayra dari samping, terlihat jika Nayra sedang melamun dan memikirkan sesuatu. “Kenapa malam-malam seperti ini masih diluar?” tanya Albi. “Mas, kapan kamu datang?” bukannya menjawab Nayra justru melontarkan kembali pertanyaan. “Baru saja, kamu sedang memikirkan apa sehingga suami pulang saja tidak menyadari.” “Tidak ada, mas.” “Ada apa? Kenapa sepertinya kamu melamun terus, apa yang mengganggu p

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 4

    “Ada apa ini?” Kartika datang dan melihat kedua adik iparnya sedang bersitegang. Apalagi melihat Nayra yang sangat kesal seperti itu. Nayra menoleh, dia langsung menunduk dan memejamkan matanya ketika tahu jika Kartika. Kakak iparnya yang ada di belakang mereka. Kartika melihat wajah Aninda yang sepertinya tersenyum tipis sementara Nayra yang terlihat tegang. Kartika berdiri di samping kanan Nayra. “Ada apa, Nay?” tanya Kartika kembali. “Tidak ada apa-apa, mbak.” Nayra lalu tersenyum. “Jangan berbohong, mbak jelas-jelas tadi melihat kalian sedang beradu mulut. Mbak tidak mau mempunyai keluarga yang saling membenci. Mbak ingin kalian akur satu sama lain,” ucap Kartika. “Mbak Nayra baru saja datang udah marah-marah gak jelas, mbak. Anin jadi bingung, makanya Anin tanya mbak Nayra. Eh, malah ngegas gitu jawabnya.” “Marah-marah gak jelas katamu? Astaga, kamu yang membuat aku seperti ini Aninda! Aku tidak akan marah atau kesal jika kamu tidak berulah,” bantah Nayra. “Lalu apa masala

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 3

    Nayra pulang dengan perasaan kesal dan tentu saja sedih. Nayra menyimpan barang belanjaannya dan segera masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan badannya. Nayra berdiri di bawah shower, membasahi tubuhnya dengan air dingin. Nayra bermaksud supaya otaknya bisa ikut dingin juga. Pertemuan dengan adik dan mertuanya membuat moodnya malah tidak baik. “Mengadu apa yang terjadi hari ini pun percuma, yang ada mas Albi pasti akan membela ibunya dan meminta aku terus memakluminya. Padahal, ini sudah sangat keterlaluan.” Nayra menghela nafas panjang. “Rasanya aku ingin meminta mas Albi untuk membawa aku pindah dari kota ini. Menghayal saja dulu, toh kenyataannya itu tidak mungkin.” Nayra terkekeh. Setelah merasa lebih baik, Nayra segera menyelesaikan mandinya dan segera berpakaian. Nayra membuka semua barang belanjaannya hari ini. Dia melihat satu pakaian yang menurutnya tidak pernah dibelinya. Membeberkan pakaian itu yang ternyata baju untuk wanita hamil. “Astaga, kenapa baju ini ada pada tas

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 2

    Setelah pulang dari rumah mertuanya, Nayra masih kesal pada suaminya yang terus menerus membela Laila. Nayra kesal karena Albian tidak sama sekali memberitahu ibunya dengan tegas, Albi selalu mengatakan jika Nayra harus memaklumi ibunya yang memang sangat menginginkan cucu darinya. Albi tidak berpikir jika semua itu menjadi beban pikiran Nayra, sampai akhirnya Nayra terus diam dan tidak berbicara sepatah katapun dengan suaminya. “Sayang, nanti Mas sepertinya akan pulang terlambat. Ada meeting dengan perusahaan jepang sore nanti,” ucap Albi yang selalu memberitahu jika akan pulang terlambat. “Iya,” jawab Nayra dengan singkat. “Masih marah?” tanya Albi. “Enggak kok, biasa aja.” “Mas mengerti dengan apa yang kamu rasakan, tapi harus bagaimana lagi. Ibu memang seperti itu, jadi kita harus bisa memakluminya saja. Perkataan ibu jangan terlalu dimasukan ke hati, itu justru akan membuat kamu sakit.” Albian mengusap pipi Nayra dengan jari-jarinya. “Aku bahkan sudah sangat memakluminya, M

  • Rumah Tanggaku Hancur karena Mertuaku    Bab 1

    "Mas, kenapa sampai saat ini aku belum hamil juga, ya?” pertanyaan itu selalu dilontarkan Nayra pada Albian, suaminya. “Mungkin kita masih kurang dalam usahanya, sayang.” “Ish, bagaimana kamu bisa bilang kurang dalam usaha, sedangkan setiap malam kita selalu melakukannya. Apa yang salah?” tanya Nayra kembali sambil memeluk Albian yang memang mereka sedang berbaring setelah melakukan hubungan suami istri. “Tenanglah Sayang, mungkin belum waktunya. Atau … Tuhan masih menginginkan kita untuk berdua terus seperti ini. Sekarang yang pasti kita tidak boleh menyerah dan harus terus berusaha, kalau perlu kita lakukan tiga kali sehari.” Albian tertawa saat mengatakan itu. “Memangnya minum obat tiga kali sehari,” sahut Nayra sambil mempererat pelukannya. “Oh ya, besok di rumah ibu ada acara. Entah acara apa Mas tidak tahu, tapi yang jelas ibu minta kita untuk datang.” Albian menyampaikan pesan dari ibunya yang sempat dia terima tadi. Nayra menghela nafas panjang. “Kenapa?” tanya Albian.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status