Pagi ini kembali Rizki datang kerumah Roni, untuk melanjutkan pencarian Zahra yang juga belum dapat ditemukan.
Rina yang melihat kedatangan Rizki seketika mendekat, gadis remaja itu selalu bahagia apa bila laki laki yang ia Juluki om ganteng itu mendatangi rumahnya."Hay om," sapanya dengan senyum sumringah."Hay Rin, ayah mu ada?""Ada, lagi siap siap buat cari bunda.""Bilang ya, saya datang. Saya mau ikut cari bundamu."Mendengar ucapan itu membuat Rina mengkerlingkan matanya, seketika ide cemerlang pun terlintas diotaknya."Jadi om mau ikut? kalau gitu aku ikut juga deh," ucap Rina yang membuat Rizki mengerutkan dahi."Ngga usah lah, ngapain? malah bikin repot.""Ih kok bikin repot, ngga papa lah kan ngerepotin om.""Bener kata om Rizki Rin, kamu dirumah aja, tunggu kabar dari ayah," sahut Roni yang tiba tiba datang menyambar ucapan Rizki."Ih, ngga mau yah, Aku mau ikut, emang nggDreet Dreet!Dering ponsel pagi ini membangunkan Roni dari tidurnya, perlahan tangan nya meraih ponsel diatas nakas dan dengan cepat menjawab panggilan tersebut."Ron, bisa ke kantor sekarang? ada klien penting yang harus kita temui."Begitu lah ucapan yang membuat Roni terdiam, rasanya ia belum siap bekerja kembali, fikirannya masih terus tertuju pada Zahra, namun bagaimana pun suatu pekerjaan adalah sebuah tanggung jawab.Sejenak berfikir, dan menyiapkan jiwanya kembali untuk terfokus pada pekerjaannya, lagi pula ia tak harus turun tangan setiap hari, karena ia bisa menyuruh orang untuk mencari istrinya yang hilang."Ya, saya kesana sekarang," jawab Roni yang kemudian beranjak.Bersiap siap dan hendak melaju ketempat kerjanya. Langkah tegap Roni kini melintasi ruang makan, tampak Fatimah dan Rina disana."Ayah mau kemana?" tanya Rina yang membuat langkah Roni terhenti."Ke kantor, ada kerjaan mendadak."
"Pak Roni saya menemukan benda ini, disekitar kejadian," ucap seorang pria yang memberikan sebuah ponsel pada Roni.Itu adalah benda milik Zahra, ponsel yang layar nya sudah tak dapat menyala, bentuk nya pun sudah tak beraturan."Ini milik istri saya, apa ada tanda tanda lain?""Belum pak, sementara baru ponsel ini yang kami temukan.""Lanjutkan pencarian, saya mau istri saya ketemu.""Baik pak."Kembali laki laki bertubuh kekar itu meninggalkan tempat. Pandangan Roni yang tak berkedip memperhatikan benda pipih yang ada digenggamannya saat ini."Kamu dimana sayang? Kamu pasti bingung banget kan, gimana caranya kamu mau hubungi aku?" gumam Roni dengan pandangan tak berkedip.Ditengah tengah renungannya, tiba tiba Fatimah datang memperhatikan sebuah ponsel digenggaman sang anak, matanya melebar kala ia mengingat milik siapa benda itu?"Ron, itu handphone Zahra kan?""Iya bu, ini handphone Zahra,
Siang ini kembali Roni mendatangi lokasi kejadian paska kecelakaan, lagi lagi harapannya tentang Zahra yang harus ditemukan.Penantian panjang tak membuatnya bosan, justru ia semakin giat mencari, karena keyakinan dalam hatinya."Kita coba ke desa sebelah sana, siapa tau Zahra ada disana," ucap Roni pada Rizki dan Rina yang juga selalu ikut dalam pencariannya.Sebuah desa yang ditunjuk adalah desa tempat dimana Zahra berada, namun sayangnya gubuk nenek Misni dan kakek Slamet lokasinya tersembunyi jauh dari jangkauan mata.Jika saat ini merasa ada didesa itu oun rasanya mereka tidak akan menemukan Zahra, karena Zahra yang saat ini sedang sakit, tertidur disebuah rumah bambu milik sepasang pasutri tua.Roni, Rina dan Rizki, menanyakan Zahra pada setiap warga yang mereka temui, dengan menunjukan sebuah foto, namun setelah cukup lama bertanya kesana kemari, tak ada seorang pun yang mengenal Zahra, dan ia belum juga dapat ditemukan.
"Rin, kalau seandainya saya melamar kamu apa kamu mau?" tanya Rizki yang membuat Rina seketika terdiam, rasanya seperti ia salah pendengaran."Apa om? om bilang apa?""Kalau seandainya saya melamar kamu apa kamu mau?" ucap Rizki kedua kalinya, yang kini membuat Rina tertawa terbahak bahak."Kok malah ketawa?""Iya mau lah om, ya kali ngga mau," celetuk Rina yang membuat Rizki tertegun."Yakin? saya duda loh usia saya empat puluh lima tahun, kamu yakin mau?""Biar pun duda yang penting ganteng, bukan kah usia itu cuma angka? jadi ngga masalah lah," jawab Rina tanpa berfikir."Yasudah saya akan melamar kamu besok malam."Deg!Mendengar ucapan itu membuat ekspresi Rina seketika berubah, ia mengira Rizki hanya bercanda, tapi mengapa kali ini ia serius?"Apa? om mau ngelamar aku?""Iya, katanya kamu mau. Ngga pake lama dong, buat apa lama lama kalau kamu udah didepan mata saya," jawab Rizki
"Dimana kalian melihat istri saya?""Di Warung sate itu pak," jawabnya menunjuk.Tak menunggu lama, kini langkah Roni dan kedua anak buahnya pun berjalan menuju warung sate yang dimaksud."Selamat pagi, mau makan sate pak?" tanya Riri ramah.Belum menjawab Roni yang masih memperhatikan sekeliling warung, namun ia tak menemukan Zahra disana."Dimana? dia tidak ada disini.""Tapi kemarin kami melihat beliau disini pak.""Maaf pak, mencari siapa ya?" tanya Riri setelah mendengar percakapan antara Roni dan kedua anak buahnya."Bu, apa ibu mempunyai buruh cuci piring?" tanya Roni memperhatikan wajah Riri dengan seksama."Iya pak ada, tapi sepertinya hari ini dia tidak bekerja.""Namanya Zahra bukan?""Iya pak betul, namanya Zahra."Deg!Nafasnya seakan terhenti kala mendengar pernyataan benar dari sang pemilik warung. Tak menyangka jika istri nya sedang berjuang untuk mela
"Apa, ayah merestui?""Ya, saya sudah bilang semuanya, kalau saya menyukai kamu," jawab Rizki yang membuat Rina mengerjap ngerjapkan matanya.Tak menyangka akan seserius ini."Itu tandanya sekarang kamu udah resmi," ucap Rizki terpotong, dengan pandangan tajam memperhatikan wajah gadis mungil dihadapannya ini."Resmi apa?""Resmi jadi pacar saya, dan saya akan sesegera mungkin menikahi kamu."Deg!Ucapan itu membuat jantung Rina seakan ingin terlepas, membuatnya bergidik ngeri, tak menyangka akan semengerikan ini. Namun, bagaimana pun Rina harus menyadari bahwa lawan nya saat ini memanglah laki laki matang, yang sudah jelas akan membawanya kearah sana.Ia tidak akan lagi bermain main atau mengulur ngulur sebuah hubungan, karena bagi laki laki berusia matang, lebih cepat lebih baik.Bibir Rina tersenyum, namun senyumnya tak sedap, rasa bahagia bercampur tak menyangka, Rina membutuhkan sedikit waktu lagi
"Ada apa Jes?""Ron, ada kerjaan ke luar kota, kamu bisa kan hadir?" ucap Jesika yang membuat Roni sejenak terdiam.Lalu bagaimana dengan pencarian Zahra selanjutnya? jika Roni harus pergi keluar kota."Ron aku tau kamu sedang sibuk mencari istrimu, tapi klien ini sangat penting Ron, demi nama perusahaan," tambah Jesika yang membuat Roni terdiam.Ia tampak berfikir keras, ingin menolak namun itu artinya ia tak bertanggung jawab akan pekerjaannya."Bagaimana Ron, bisa kan?"Perlahan Roni pun mengangguk."Ya saya bisa."Tersenyum dan menghela nafas lega setelah mendapat anggukan dari Roni."Di kota mana Jes?""Di Malang Ron, kamu ngga sendiri, Seto akan menemani mu," jawab Jesika yang membuat Roni mengangguk.Tak menunggu lama, dengan cepat Roni mempersiapkan semua berkas nya dan semua materi yang akan ia sampaikan di Malang nanti.Seakan tak ingin membuang waktu, lebih cepat le
"Aaa..."Suara teriakan itu terdengar ditelinga Rina, suara yang berasal dari kamar Fatimah itu dengan cepat ia hampiri. Setelah membuka pintu kamarnya, Rina tak menemukan Fatimah disana, namun kini pandangannya tertuju pada pintu kamar mandi yang tak tertutup rapat.Dengan cepat Rina pun masuk, seketika mata nya terbelalak kala ia dapati Fatimah yang telah tergeletak tak sadarkan diri disana. "Astagfirullah oma, oma bangun oma," ucap Rina menggoyang goyangkan lengan Fatimah.Melihat Fatimah yang sudah tak berdaya, dengan cepat Rina meraih ponselnya, menghubungi Rizki karena siapa lagi dapat membantunya saat ini kalau bukan dia?"Iya Rin, ada apa?""Bang, tolong dong. Ini oma pingsan bang, jatuh dari kamar mandi," ucap Rina yang membuat Rizki terbelalak."Yaudah saya kesana sekarang, jaga oma sebentar," ucap Rizki yang lalu dengan cepat beranjak meninggalkan cahaya resto.Setelah beberapa menit kemudian, kini R