Andra mendengus perlahan, sebenarnya perasaannya sangat kesal, tapi dia tetap ingin bersikap ramah pada Virza dipertemuan pertamanya ini.
'Waduh, masih muda sih tapi pelupa. Padahal belum lama loh. harus diingatkan lagi sepertinya,' Pikir Andra.
"Begini Virza, sewaktu kamu mau beli makan, kamu lewat depan kos saya kan tadi?" Tanya Andra dengan sabar.
Virza mengangguk.
"Saya lihat kamu jalan berdua dengan seseorang, dia cewek sepertinya seusia dengan kamu, rambutnya panjang, sepinggang, pakai kaos putih dan celana panjang," Andra mencoba memberi tahu.
Virza malah mengerutkan dahinya dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sambil mencerna yang dikatakan oleh Andra.
"Mungkin dia kebetulan saja jalan bersamaku tadi, Mas. padahal bisa saja sebenarnya perempuan itu cuma lewat," Sahut Virza dengan polos.
"Tidak mungkin, Virza. Ketika kamu menyapaku di depan rumah kos aku tadi, dia juga ikut berhenti bersamamu tepat di sampingmu dan tersenyum kepadaku." Andra memberi waktu kepada Virza untuk mengingatnya. Namun Virza makin terlihat bingung.
"Dia juga ada kok saat di warung tenda ANGKRINGAN tadi. Dia ada disebelah kamu. Makanya aku tidak mengajakmu jalan pulang bersama karena aku pikir kamu akan pulang bersama teman kamu itu," Andra menjelaskan kembali.
Virza menatap kedua mata Andra dengan lekat.
'orang ini masih bercanda atau sedang bicara serius denganku? Aku takut kali ini dia sedang mengerjaiku,' batin Virza.
Tiba-tiba ada udara dingin yang mendesir halus dipunggung Virza membuat Virza merasa takut dan merinding jadinya.
"Mas, jangan takut-takuti saya dong. Saya baru hari ini pertama tiba dikota ini. Merinding nih!" Virza merajuk sambil menunjukkan kulit tangannya yang mulai merinding.
"Ah kamu Virza, bagaimana sih?! Kamu bilang merinding, sekarang aku juga ikutan merinding jadinya," Sahut Andra yang mulai menggeser duduknya mendekati Virza dengan wajah polosnya.
"Eit … eit … eit …!!!" Suara Ajie dari dalam rumah terdengar sampai teras rumah kos.
Virza melihat Ajie yang kerepotan membawa peralatan makan untuk dia dan Andra, Virza membantunya untuk membawakannya.
Tapi ketika sedang mengambil beberapa peralatan makan dari tangan Ajie, sekilas Virza melihat ada seseorang lewat tidak jauh di belakang Ajie berjalan ke arah kamar mandi lantai bawah.
‘Ah syukurlah, di kos ini bertambah satu orang lagi. Jadi, aku tidak hanya berdua dengan Mas Ajie saja di kos ini,' Pikir Virza.
Ajie kembali ke dapur mengambil teko air dan beberapa gelas plastik. Dapur itu berseberangan dengan tangga dan kamar mandi.
Setelah mereka kembali berkumpul di teras kos, Ajie membantu Andra membukakan bungkus makanannya, dan menyajikan untuk Andra.
"Hayo … Kalian tadi ngomongin tentang apa, tadi kok Andra geser-geser duduknya ke dekat Virza," Tegur Ajie.
Andra menanggapinya dengan tertawa terbahak-bahak. Sebaliknya dengan Virza yang merasa perasaannya tidak enak.
"Eh, anu kok Mas … bukan seperti itu." Virza mencoba menyangkal agar Ajie tidak salah paham dengannya.
Namun Ajie seperti mengabaikannya, sambil tersenyum kepada Virza, Ajie berkata "Kalian pasti punya rahasia yang aku tidak boleh dengar,"
"Bu Bu bukan.. Bukan begitu, Mas Ajie," Virza berusaha menyangkal tapi dia tidak tahu harus menjelaskan tentang apa.
"ah sudah … sudah, jangan terlalu ditanggapi dengan serius kalau Ajie sedang bicara. Lebih baik kita makan saja," sahut Andra yang sudah mulai memasukkan makanan dalam mulutnya.
Lalu Virza teringat oleh seseorang yang tadi dilihatnya melintas di dapur.
"Mas Ajie, Berarti malam ini kita tidak hanya berdua yang tidur di rumah kost ini." Kata Virza membuka pembicaraan baru sambil melirik ke arah dalam rumah.
"Maksud kamu Andra akan tidur di kos ini? Andra punya kos sendiri, tuh di depan sana." Sahut Ajie sambil menunjuk ke arah rumah kos tempat tinggal Andra.
"dia sudah tahu tempat kos aku kok, tadi kan bertemu di depan sana," sahut Andra.
"Bukan Mas Andra yang aku maksud. Tapi orang yang di dalam sana tadi, anak kos yang baru datang itu siapa? Mengapa dia tidak ikut gabung dengan kita di sini?" Tanya Virza pada Ajie.
Sekarang Aji yang ngerasa bingung tentang orang yang ditanyakan oleh Virza.
"tidak ada orang selain kita berdua di sini hari ini. Kalau besok mungkin ada," kata Ajie.
"tapi aku melihatnya, Tadi ada orang yang berjalan di dapur ke arah sana," kata Virza lagi.
Ajie dan Andra saling bertukar pandang lagi. Ajie langsung memutar otak untuk mempersiapkan jawaban agar bisa diterima oleh Virza.
"Oh yang barusan itu adalah orang yang sedang aku suruh memperbaiki pipa wastafel, dia sudah selesai makanya dia jalan ke arah sana, dia keluar lewat pintu Belakang," sahut Ajie beralasan.
Virza mengangguk-angguk, dia dapat mengerti alasan yang diberikan oleh Ajie.
"Eh iya, kalian kok bisa datang cuma berdua? Teman kamu tadi ditinggal dimana?" Tanya Ajie Sambil tertawa, dia bermaksud mengubah topik pembicaraan.
Virza yang sedang menyuap makanan ke dalam mulutnya tidak menghiraukan perkataan Ajie. Virza berpikir bahwa Aji sedang bicara dengan Andra dan dia tidak ingin mengganggu percakapan Ajie dengan Andra. Sampai paha Virza di tepuk oleh Ajie, barulah Virza menoleh kepada Ajie.
"Virza, teman kamu tadi mana?" Tanya Ajie mengulangi.
Virza langsung melihat ke arah Andra. Dia yang tidak memperhatikan pembicaraan Ajie dengan Andra, malah menuduh pertanyaan itu bersumber dari Andra.
Namun ternyata Andra sendiri malah tidak kalah terkejutnya.
"Loh kok malah lihat - lihatan sama Andra. Aku loh yang sedang bertanya kepadamu, wahai Virza," Kata Ajie dengan menunjukkan mimik wajah lucu.
"Eh, maaf. Mas Ajie sedang bertanya sama aku ya? Aku kira sedang bertanya sama Mas Andra," Jawab Virza dengan perasaan canggung.
"Iya, sama kamu Virza," Ulang Ajie.
"Hum … teman yang mana ya, Mas?" Tanya Virza bingung.
"Teman yang bersama kamu tadi. Waktu kamu pamit mau beli makan, aku kan berdiri di atas dan tanya sama kamu bahwa kamu mau kemana? Terus Virza menjawab kalau Virza mau beli makan. Tadinya mau aku temani, cuma karena kamu sudah ada temannya, aku tidak jadi menemani kamu. Waktu kamu sedang mengunci pintu ini, dia berdiri dibelakangmu kok," Ajie menjelaskan kepada Virza dengan berapi-api.
Virza dan Andra tertegun mendengar penjelasan Ajie yang disertai dengan praktek kronologinya.
"Nah kan, Ajie juga lihat teman kamu," Andra menodongkan sendok ke wajah Virza membuat kepala Virza mundur dan hampir mendongak. Untung saja segera ditepis oleh Ajie.
"Andra! sendok kamu itu tidak sopan, kok ke muka orang," Tegur Ajie dengan wajah cemberut.
"Ajie , kamu tadi lihat aku menggeser pantatku duduk mendekati Virza?" Tanya Andra. Ajie mengangguk.
"Mau tau penyebabnya?" Tanya Andra. Ajie mengangguk sekali lagi.
"Ya temannya Virza itu. Aku juga lihat temannya, tapi dia bilang dia itu sendirian sejak tadi. Padahal aku lihat jelas kalau dia itu berjalan bersama temannya. Makanya aku dan Virza merasa merinding tadi. Untung aku tidak sendirian melihatnya, berarti aku benar-benar melihatnya, dan dia nyata. Nyatanya Ajie saja melihat kok," Kata Andra cepat dan panjang lebar.
Ajie yang menyimak perkataan Andra, hanya mengangguk-angguk dan sesekali memakan gorengan yang di beli Andra. Sedangkan Virza hanya tertegun mendengar apa yang mereka katakan. "Mari kita luruskan, memangnya temannya Virza yang kamu lihat itu seperti apa? Perempuan atau laki-laki?" tanya Ajie serius. Virza ikut memandang ke arah Andra dengan serius. "Perempuan," sahut Andra. Kemudian Andra menyebutkan ciri-ciri perempuan yang diduganya adalah temannya Virza. "Persis sama dengan yang aku lihat, hanya saja aku tidak ingat bawahan yang dipakainya," sahut Ajie sambil menepuk lengan Andra. Virza masih tertegun saat menyimak pembicaraan keduanya itu. "Masak sih kamu tidak melihatnya?" tanya Andra dan Ajie hampir bersamaan. Virza hanya menggelengkan kepalanya. Virza memikirkan sambil membayangkan ciri-ciri perempuan itu. ‘Seperti pernah tau, tapi dimana ya? Siapa dia ya?' pikir Virza. "Mungkin dia kelelahan, Ndra. Kan dia juga baru sampai hari ini, kita malah sudah membuatnya bingung,
Setelah Virza menunggu beberapa saat. "Sepertinya Mas Ajie masih lama di toilet. Aku akan ke kamarku dulu sebentar saja kalau begitu," akhirnya Virza memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Namun saat Virza akan keluar dia berpapasan dengan Ajie. Ajie merasa keheranan mendapati Virza keluar dari dalam kamarnya. 'Waduh, Mas Ajie pasti ingin bertanya bahwa aku akan pergi ke mana,' pikir Virza. “Sebentar ya Mas, aku mau ambil bantal dulu," kata Virza terburu-buru. Dia mengabaikan wajah Ajie yang kebingungan. “Loh sejak kapan kamu berada di dalam kamarku?" Tegur Ajie kebingungan. Tapi Virza tidak terlalu mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Ajie. Virza langsung masuk ke dalam kamarnya. Saat di dalam kamarnya, Virza malah sibuk mengingat-ingat barang apa saja yang akan dibawanya ke kamar Ajie. Mulai dari bantal, guling, sleeping bag, ponsel, hmm… bawa apalagi ya?" Gumamnya. Tiba-tiba Virza teringat pakaian yang dikenakan Ajie saat berpapasan tadi. "Mas Ajie tadi pakai pak
Ajie segera mengambil kertas dan pulpen didekatnya. Dia menuliskan sesuatu, lalu diberikan kepada Virza.“Please, kamu baca dalam hati saja ya,” Ajie berpesan sebelum memberikan selembar kertas itu kepada Virza. Virza mengangguk.‘Jangan menyebut kata TAKUT atau menunjukkan kalau kita TAKUT di waktu malam hari. Karena dia bisa mendengarnya, dan dia akan menakutimu,’Begitu yang tertulis di kertas itu.Ajie sangat tahu, pasti banyak pertanyaan di kepala Virza yang ingin ditanyakan kepada Ajie. Seperti halnya saat dia menjadi
Ajie segera mengambil telepon genggamnya dan kembali mengirim pesan kepada Andra. Ajie : Kamu sudah di depan rumah kosku, kan? Andra : Iya sudah. Kamu ngapain sih pakai kirim pesan segala. Katanya aku disuruh datang, tapi kenapa kamu tidak menunggu aku di depan rumah? Kalau ketangkap sama petugas keamanan kampung bisa bahaya ini. Ajie : Andra, kamu ke jendela kamarku deh, aku kasih kamu kunci pintu depan. Andra : Tunggu, kenapa malah akan memberikan kunci kepadaku? Apa ada orang yang masuk ke dalam rumah? Ajie : Sepertinya iya. Andra : Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu, aku akan bawa temanku, dan juga beberapa alat untuk membela diri. Kamu dan Virza tetap tenang di kamar, jadikan apa saja yang ada di kamar untuk alat bela diri. Ajie : Oke, Ndra. Terima kasih ya. 10 menit kemudian Andra datang bersama kedua temannya, Dewa dan Sugeng. Mereka membawa beberapa tongkat kayu. Sementara itu, Virza dan Ajie tidak lagi mendengar suara orang yang berjalan mondar-mandir di depan
Sosok yang ada di hadapannya terlihat samar'Bangun!' Suara itu seperti ada di kepala Virza. Namun Virza mempercayai suara itu berasal dari sosok Ajie yang kini sedang membangunkannya. "Eh kok sudah bangun sih, Mas? Perasaan aku belum lama melihat kamu masih tertidur dengan pulas," sahut Virza dengan malas. Ajie menarik selimutnya dengan kasar dan membuang selimut itu ke lantai. Sebenarnya Virza merasa tersinggung dengan sikap Ajie yang seperti itu. Namun, rasa kantuk nya mengalahkan emosinya, dan dia memilih untuk mengalah pada pemilik kamar. Virza juga memutuskan melanjutkan tidurnya di dalam kamarnya sendiri. Virza mengangkut barang-barang bawaannya dari dalam kamar Ajie.Saat sampai di dalam kamarnya, Virza langsung merebahkan tubuhnya ke lantai beralaskan sleeping bag. Namun baru saja dia akan memejamkan matanya kembali, tiba-tiba suara pintunya diketuk dengan kasar. BRUG, BRUG, BRUG.Virza menghela nafas dengan kesal. Virza merapatkan giginya menahan marah. Dia merasa ti
POK … POKBahu Virza dipeluk seseorang.Virza menoleh ke arah yang menepuknya. Betapa terkejutnya Virza ketika mengetahui siapa yang menepuknya, dia adalah Selly. Selly tersenyum kepadanya."Hai, Virza!" sapa Selly."Hai, eh hai!" sahut Virza gugup."Apa kabar?" tanya Virza sambil mengerutkan keningnya.‘Kok aku seperti pernah melihat dia dengan pakaian ini ya? Kaos putih dengan jeans biru. Jangan-jangan terakhir kali aku bertemu dengannya, dia memakai pakaian ini. Dia saja yang cewek tidak malu pakai pakaian yang itu-itu saja, apalagi aku yang cowok sehar
Akhirnya mereka berdua sampai di tempat kos Virza.Dari halaman rumah saja, Virza sudah bisa melihat ruang tamu kos nya ramai dengan orang. Padahal Virza merasa belum lama dia meninggalkan rumah kos nya."Rumah kos kamu menjadi ramai dengan teman-temanku dan Ajie. Maaf ya. Karena cuma rumah kos kamu yang punya ruangan untuk tempat belajar," kata Andra ketika melihat Virza tertegun."Oh, tidak apa-apa, Mas," sahut Virza dengan ramah.Semua yang Virza alami sejak tiba dikota itu adalah merupakan pengalaman pertama yang menakjubkan baginya. Pengalaman pertama yang dialaminya tanpa diketahui oleh orang tua dan adiknya.Jantungnya berdegu
Tiba-tiba Ajie muncul di pintu kamar Roy. "Eh Mas Roy, sudah datang," kata Ajie. Roy yang baru memulai ceritanya langsung berhenti dan tersenyum ke arah Ajie. "Iya, Jie. Baru saja. Aku lagi berkenalan dengan anak baru. Kukira tadi teman kampus kamu, ternyata dia mahasiswa baru yang kos disini," jelas Roy. "Hehe, iya, Mas. Maaf aku tidak melihat saat Mas Roy datang," sahut Ajie. "Tidak apa-apa. Kamu kan sedang fokus dengan tugasmu," sahut Roy. “Virza, kamu tahu tidak siapa Mas Roy itu?" tanya Ajie sambil tersenyum melirik ke arah Roy. Roy menggelengkan kepala sambil tertawa kecil. “Selain orang jenius dan asisten dosen, dia juga tokoh utama dari novel online yang ditulis oleh calon istrinya. Novelnya yang sempat viral, kalau kamu penggemar cerita horor, judulnya 'RUMAH SINGGAH PODJOK', pasti kamu pernah membacanya di platform baca novel online," Ajie memperkenalkan sisi lain dari Roy. “Kamu juga bisa tanya dia tentang cerita horor, pengalamannya banyak tuh," tambah Ajie sam
Jaya dan yang lainnya tampak meringis saat dimintai penjelasan oleh Virza tentang sikap mereka.“Wah, ada apa ini? Mengapa sikap kalian seperti itu?” tanya Virza lagi menatap satu per satu orang yang ada di sana, termasuk penjual warung makan.Penjaga warung makan pun berpaling dari Virza. Dia seperti tidak ingin ikut campur dalam pembicaraan antara Jaya dan Virza. Sementara yang lain ikut bersikap sama, mereka malah memunggungi Virza dan melanjutkan makan.Virza gelisah karena ada di situasi yang canggung, dia merasa benar-benar asing di tempat yang baru pertama kali dia kunjungi. Namun Virza tidak mau menyerah, dia terus menatap pada Jaya, menuntut penjelasan yang sudah membuatnya penasaran.“Ehm, memangnya sudah berapa lama kamu tinggal di rumah kos itu?” tanya Jaya sambil berpindah tempat duduk ke dekat Virza.“Hampir 6 bulan,” sahut Virza ragu. Jaya menatap kedua mata Virza dengan saksama. Virza tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Jaya, namun dia yakin ada sesuatu yang penting in
# Esok hari.“Za, Za, bangun.” Seseorang membangunkan Virza yang tertidur di teras depan rumah kos.Virza terbangun dari tidurnya sambil menggeliat. Dia menyipitkan matanya menatap orang yang baru saja membangunkannya dari tidur. Cahaya matahari membuatnya tidak mampu membuka lebar kelopak matanya.“Mas Delta?” Virza bergumam sambil menggosok-gosok matanya.Delta duduk di samping Virza yang menatapnya heran.“Kenapa menatapku seperti itu?” tanya Delta bingung. Virza menggelengkan kepala.Tiba-tiba Roy sudah berada di hadapan Virza dan Delta sambil tersenyum. “Kita ke kampus yuk, ada yang mau aku bicarakan dengan kalian,” ujar Roy.“Aku tidak ada kelas hari ini. Bagaimana kalau kita bicara disini saja?” Delta memberikan penawaran.“Tidak bisa. Aku tidak ingin membicarakannya disini. Bagaimana denganmu, Virza? Apakah kamu bisa ikut denganku ke kampus?” sahut Roy. Virza langsung mengerti tujuan Roy, dia mengangguk setuju. Akhirnya Delta pun mengikuti mereka setelah Virza selesai mandi
Roy dan Ajie tidak berbuat apa-apa, karena mereka sudah kelelahan menghadapi tingkah Virza yang sebelumnya. “Mas, aku…” Ajie tidak meneruskan kalimatnya karena Roy melarang. ‘Aku takut,’ batin Ajie. Sepanjang malam itu Ajie dan Roy terus berdoa. Akhirnya, mereka melalui malam panjang itu hingga pagi menjelang. Tanpa disadari, Ajie dan Roy tertidur karena kelelahan. Virza terbangun dan seperti tidak terjadi apa-apa. Dia merasa bingung karena kedua temannya duduk sambil tertidur mendampinginya. Virza merasa sakit di sekujur tubuh sehingga dia harus berusaha keras untuk bangkit dari tempat tidur itu. Dengan perlahan dia membantu kedua temannya berbaring berdampingan. “Mereka akan merasakan sakit juga di sekujur tubuhnya kalau tertidur dengan cara begini,” kata Virza sambil merebahkan mereka. Diam-diam Virza keluar dari kamar Roy. Tiba-tiba bulu kuduk di sekujur tubuhnya merinding saat keluar kamar dan menatap lorong itu. Padahal, letak tangga berada di ujung lorong itu. Ada ras
Ajie menghembuskan nafas panjang. Dia merasa lega karena ternyata Roy yang berada di depan pintu. Dia melihat sosok Roy yang rambut serta pakaiannya dalam keadaan basah.‘Tapi, mengapa diam dan tertunduk saja? Mengapa dia tidak memanggilku?’ pikir Ajie. ‘Ah, sudahlah! Aku berpikir terlalu berlebihan. Normal saja dia dalam keadaan basah begitu setelah berwudhu,’ pikir Ajie sambil menepis pikiran yang sebelumnya.Kemudian dia segera membuka pintu kamar mengingat waktunya yang sudah tinggal sedikit lagi. Ketika pintu dibuka, Roy segera masuk ke dalam kamar dan berdiri menatap Virza yang masih terbaring dan memejamkan mata.“Mas, waktunya tinggal sedikit lagi. Cepatlah! Sebelum masuk Isya,” Ajie mengingatkan Roy sambil memberikan sarung setelah membantunya menggelar sajadah di lantai. Tapi Roy hanya terdiam dan menerima sarung itu. Ajie terus melawan perasaan-perasaan yang menurutnya ada yang aneh dengan sikap Roy. Dia menepis dugaan pada Roy.Ajie menyingkir dari hadapan Roy dan memili
“Brug!” Roy segera menarik Virza, karena terburu-buru, Roy menariknya hingga terjatuh ke lantai. Mereka berdua tersungkur.Namun Virza langsung bangun kembali dan mencoba membuka pintu. Dia seperti sedang dikendalikan oleh sesuatu. Melihat itu, Roy segera bangkit dan meraih tangan Virza dengan susah payah.‘Dia seperti terpengaruh dengan suara itu,’ pikir Roy.“Aku mau buka pintu, ada temanku diluar!” Virza menghardik Roy karena dirinya merasa terganggu dengan Roy yang selalu menghalanginya. Matanya terbuka lebar dan menatap marah pada Roy, bahkan Virza sempat menggeram ke arah Roy, membuat Roy semakin yakin bahwa Virza sedang dikuasai oleh sesuatu meskipun keadaannya setengah sadar.“Dia bukan temanmu, Za!” Roy memperingatkan. Tangannya terus ditepis oleh Virza ketika berusaha menggenggamnya, sehingga tangan mereka tampak seperti sedang saling memukul.Roy memutuskan untuk bertindak lebih kasar dan mendekap Virza.“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!” Roy berseru di telinga Vi
“Kamu kenapa, Za? Jangan bikin orang panik!” Roy meninggikan suaranya agar Virza segera sadar. Roy langsung berinisiatif untuk menutup pintu kamarnya dan mendorong Virza agar segera duduk di atas tempat tidurnya. Perlahan tatapan mata Virza pun berubah normal kembali, meskipun masih ada sisa-sisa ketakutan yang tertinggal. Setelah kondisi Virza tampak normal kembali, Roy mulai mengajaknya berbicara. “Ada apa? Mengapa kamu seperti itu tadi? Apakah kamu melihat sesuatu lagi?” desak Roy sambil duduk di samping Virza. “ Apakah mas Roy pergi untuk menonton televisi setelah Mas Roy mandi tadi?” Virza malah balik bertanya. Roy menggelengkan kepala. Virza terdengar mendengus. ‘Ah, pasti aku melihat hal lain lagi nih!’ batin Virza. “Kamu melihat sesuatu di ruang nonton televisi ya?” tanya Roy dengan nada rendah. Virza menundukkan kepala. Dia malah mengingat hal lain. Ternyata Virza menyadari, bahwa di sisi kiri kamar Roy tidak ada kamar lagi. Di Sisi kiri kamar Roy hanya terdapat sebua
Roy mengedarkan pandangannya ke dalam ruang tamu itu, karena penasaran dengan sikap Virza yang tampak kebingungan.“Mencari apa?” tanya Roy sambil mengerutkan dahinya.“Aku mencari … ah sudahlah!” Virza tampak bingung. Kemudian dia membuka pintu kamarnya karena mengira ibunya sudah masuk dalam kamar tanpa dia ketahui. Virza mengabaikan perkataan Roy, yang mengatakan bahwa keluarganya sudah diantar ke stasiun.Saat Virza membuka pintu kamarnya.K O S O N G !Tidak ada satupun orang disana.Virza berdiri, tertegun. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia masih yakin bahwa dia melihat bayangan ayah dan adiknya yang terus bergerak di dalam kamarnya. Virza yakin bahwa dirinya tidak salah lihat.Roy menepuk pundak Virza. Dia seperti mengetahui apa yang Virza alami.“Sebaiknya kita duduk dulu,” Roy menekan cengkeramannya agar Virza tetap tersadar dan mengikuti ajakannya untuk duduk. Dan itu berhasil.Virza duduk di kursi tamu masih dalam keadaan tertegun. Dia masih belum bisa mence
Roy sudah berdiri di belakang mereka. Kedua matanya memancarkan kecemasan. “Kemari, nak," panggil Dedy sambil menepuk-nepuk lantai di sampingnya. Vina dan Farel langsung bergeser duduknya, untuk memberikan ruang kepada Roy agar bisa duduk dekat Dedy. Roy mengangguk hormat kepada Dedy dan Vina. “Ada apa nak Roy?" tanya Dedy, setelah Roy duduk disampingnya. “Begini, Pak. Ada yang ingin saya sampaikan kepada Bapak, tentang Virza," kata Roy membuka pembicaraannya. “Ada apa dengan Virza? jangan takut ya untuk menyampaikannya, karena apapun yang kamu sampaikan bisa saja itu sangat penting buat kami," kata Vina dengan merendahkan suaranya. Dia tidak ingin Virza mendengarkan pembicaraan mereka. “Ayah, Ibu. Virza pamit mau ke kampus sebentar," Tiba-tiba Virza muncul di belakang mereka dengan berpenampilan rapi. Mereka langsung menoleh ke arah Virza dengan tatapan heran. “Bukannya hari ini libur, kak?" tanya Farel. “Ada buku yang harus dikembalikan hari ini, sekalian ada janji dengan tem
Setelah Vina mengetahui bahwa semalam bukan Virza yang dilihatnya, Vina mengajak diskusi suaminya tentang firasat buruknya.“Mungkin memang sudah saatnya dia mengetahui yang sebenarnya. Sehingga kedepannya, dia dapat mengatasi gangguan itu sendiri,” ujar Dedy menanggapi kegelisahan Vina. Tidak memberitahukan tentang kejadian yang menimpa Virza malam itu di tempat kerjanya pada Vina adalah hal yang tepat, menurut Dedy sebagai suaminya. Karena, tentang ‘tamu’ yang menyerupai Virza saja sudah membuat Vina terus merasa gelisah dan cemas. “Kapan kita akan menyampaikannya? Apakah itu tidak akan mengganggu kuliahnya?” tanya Vina.“Mengganggu bagaimana?” Dedy mengerutkan dahinya.“Bisa jadi, setelah kita memberitahukan kepadanya, ini akan menambahkan beban pikirannya. Apakah itu tidak mengganggu namanya?” ujar Vina.“Baiklah, kita akan mencari waktu saat dia luang saja. Setahu Ayah kalau tidak salah selain hari ini, pada hari Sabtu dan Minggu, Virza juga libur,” sahut Dedy. Dia menunggu unt