Home / Horor / Rumah Kos Berhantu / 4. Hari yang Panjang

Share

4. Hari yang Panjang

Author: Queen Rachma
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Baru saja Virza menyuap beberapa sendok ke mulutnya, punggungnya ditepuk oleh seseorang. Dia menoleh ke belakang, ternyata itu adalah Selly.

"Loh, kamu makan di sini," tanya Selly sambil tersenyum ke arah Virza.

Sebenarnya Virza masih merasa heran dengan Selly sebagai teman dalam perjalanannya karena Selly tidak membangunkannya ketika kereta sudah berhenti. Namun dia tidak ingin memperpanjang hal kecil itu lagi.

"Oh iya, Sel. Ayo ikut makan! Aku lapar sekali," ajak Virza pada Selly.

Virza berdiri dari duduknya dan mencari-cari penjual yang tadi melayaninya. Tapi dia tidak menemukan penjual itu.

"Sepertinya penjualnya sedang keluar sebentar, kamu tunggu saja ya," Ujar Virza.

"Ah tidak, aku tidak makan. Aku sudah pesan makanan di seberang sana. Aku melihatmu ke sini tadi, makanya aku segera menghampirimu untuk menyapa," kata Selly sambil tersenyum.

"Oh begitu. Oh ya kita tukar nomor telepon yuk," ajak Virza.

Akhirnya mereka berdua saling memberikan nomor telepon.

"Sepertinya makananku sudah jadi, aku ke sana dulu ya. Sampai ketemu lagi," kemudian Selly meninggalkan Virza sendirian.

Tidak berapa lama setelah Selly pergi, si penjual datang.

"Wah Ibu dari mana saja dicariin dari tadi," ujar Virza kepada si penjual.

"Ibu ada kok dari tadi di situ," katanya sambil menunjuk dapur warung itu.

"Kok aku enggak lihat Ibu disitu tadi  ya?" tanya Virza bingung. 

"Saya pikir Adik sedang telepon dengan seseorang," Kata si penjual.

Virza yang mendengar itu langsung tertawa.

"Pantas saja Ibu tidak langsung keluar ketika ada pembeli baru masuk. Jadi, Ibu mengira saya sedang teleponan?" Ujar Virza merasa geli.

"Tadi, ada teman saya di sini, saya menawarkannya untuk ikut makan. Tapi ketika saya mencari Ibu tidak ada disini," ujar Virza menjelaskan setelah dia berhenti tertawa.

"Oh begitu. Tapi saya tidak melihat ada orang lain masuk kemari," kata si penjual tersebut. 

"Masa sih Bu?" gumam Virza. 

Lalu Virza melihat ke sekeliling warung itu.

'Wajar saja si penjual tidak melihat Selly masuk tadi, mungkin ketika dia duduk di situ si penjual terhalang oleh rak kayu ini,' pikir Virza melihat rak kayu dekat tempat duduk Selly tadi.

Akhirnya Virza membayar makanannya dan setelah bertanya kepada si penjual tentang angkutan umum apa yang harus dia naiki untuk sampai ke tujuannya.

Virza langsung menuju kampusnya dengan menumpang angkutan umum.

Awalnya dia ragu karena merasa malu membawa barang-barang bawaannya yang begitu banyak. Tapi ternyata dia tidak sendiri, banyak calon mahasiswa lain yang ternyata dari luar kota juga membawa barang bawaan yang lebih banyak dari bawaannya.

Sepertinya hal itu bisa dimaklumi, karena mereka baru tiba dari luar kota, bahkan ada yang baru tiba dari luar pulau.

Ketika memasuki kampus itu, Virza merasakan ada semangat baru untuk hidupnya. Dia mencari-cari Selly ketika selesai mengurus administrasi pendaftaran. Tapi sudah satu jam dia mencari belum menemukannya juga.

Akhirnya Virza memutuskan untuk melihat gedung yang akan menjadi  tempatnya berkuliah. Sambil berpikir barangkali dia akan menemukan Selly di sana.

Setelah berpuas diri berkeliling-keliling kampus dan berkenalan dengan beberapa orang baru, dia kembali ke tempat registrasi ulang tadi. Dia ingin melihat papan pengumuman yang berisi nama-nama calon mahasiswa baru. Namun karena terlalu banyak, dan dia juga tidak mengetahui nama lengkapnya Selly, jadi Virza menyerah. Virza melihat telepon selulernya, ternyata pesannya juga belum dibalas oleh Selly. Akhirnya Virza menyerah dan memutuskan untuk melanjutkan rencananya.

Rencana selanjutnya adalah mencari tempat kos. Dia berkeliling keliling mengitari lingkungan luar kampus, untuk mencari tempat kos yang murah dan hemat. Hampir 3 jam Virza berkeliling mencari tempat kos. Namun dia belum mau menyerah, meskipun kelelahan dan lapar.

Akhirnya dia menemukan Warung Makan SEDERHANA, yang penuh dengan orang yang berjajar antri di depan pintu masuknya. Virza penasaran lalu menghampirinya. Ternyata disana ada daftar menu yang bisa dilihat oleh Virza. Dari daftar menu, Virza menilai makanan disana harganya murah.

Setelah bersabar menunggu cukup lama, akhirnya tiba waktunya Virza untuk masuk kedalam warung makan tersebut. 

"Dari mana Mas, kok bawa-bawa tas banyak sekali?" Tanya si pemilik Warung Makan SEDERHANA itu.

"Saya mahasiswa baru, Bu. Habis daftar ulang ke kampus Nusantara Merdeka. Saya mau cari tempat kost, Bu," sahut Virza menjelaskan.

Beberapa mata memandang ke arahnya. Virza berharap di antara mereka ada yang memberikan informasi kepadanya.

"Mau cari tempat kos yang seperti apa, Mas?" Tanya wanita setengah baya pemilik warung itu lagi.

Belum sempat Virza menjawab, penjual itu sibuk melayani pembelian ingin membayar.

Kini hanya tinggal Virza sendiri yang berada di warung makan itu dan dia baru saja selesai menghabiskan makan dan minumnya.

Pemilik warung itu mendekati Virza dan duduk di sampingnya.

"Oh ya Mas, namanya siapa?" Tanya pemilik warung itu.

"Nama saya Virza, Bu. Maaf kalau saya lancang, kalau Ibu sendiri namanya siapa?" Tanya Virza dengan sopan kepada wanita pemilik warung makan itu.

"Nama saya Farida, panggil saja saya Ibu Ida," jawab Ibu Ida.

"Mas Virza mau cari kamar yang seperti apa?" Tanya Bu Ida lagi.

"Yang paling murah saja Bu, yang penting dekat dengan kampus supaya tidak ada ongkos lagi," Jawab Virza sambil tertawa pelan.

Ibu Ida memperhatikan Virza dari ujung rambut sampai ujung kakinya, kemudian dia tersenyum.

"Di rumah saya sebenarnya ada satu kamar, tapi kos campuran," kata Ibu Ida.

Virza berpikir sejenak, dia ingat pesan ibunya yang selalu mengkhawatirkan dirinya.

'Kalau aku menerima tawaran Bu Ida, suatu saat kalau Ayah dan Ibu akan menjengukku, pasti mereka bisa khawatir,' pikir Virza.

"Mohon maaf Bu, kalau kost khusus putra ada?" Tanya Virza lagi.

"Kalau yang dekat sini ada, tapi bukan kamar mandi dalam," Jawab Bu Ida.

"Tidak apa-apa, Bu. Yang penting murah," sahut Virza mengulangi lagi sambil tersenyum malu.

Ibu Ida tertawa pelan.

"Biasanya anak-anak cari kosan yang bagus, supaya bisa minta uang lebih sama orang tuanya. Harga kamar sebenarnya lima ratus ribu, tapi mereka suka meminta satu juta kepada orang tua mereka. Alasannya karena fasilitasnya beda," Ibu Ida bercerita pada Virza. Bu Ida bercerita sambil tersenyum-senyum mengenang tingkah para mahasiswa di rumah kosnya. 

Virza hanya tertawa pelan menanggapinya.

"Saya kasihan dengan orang tua saya, Bu. Untuk biaya saya pergi ke sini saja mereka memaksakan diri. Saya berencana untuk kuliah sambil bekerja, agar bisa meringankan beban orang tua saya," jawab Virza malu-malu. Virza takut dianggap sok idealis atau pamer oleh Bu Ida. 

Ternyata Ibu Ida memandang Virza dengan kagum sekaligus prihatin. 

"Baiklah akan saya tunjukkan, di belakang warung makan ini ada dua rumah, coba kamu tanya apa ada kamar kosong yang tersedia. Setahu saya dua rumah itu biaya sewa kamarnya murah-murah. Kalau belum ada yang tersedia, Mas Virza bisa kost di tempat saya dulu sampai dapat kamar disitu," kata Bu Ida lagi dengan ramah.

"Wah terima kasih banyak Bu, atas informasinya. Saya coba kesana dulu, nanti saya kabari Ibu Ida lagi," sahut Virza dengan senang.

Setelah membayar makanan dan minumannya Virza bergegas membawa barang-barangnya ke rumah yang ditunjukkan oleh Ibu Ida.

Sekarang Virza sudah berada di depan dua rumah yang dimaksud oleh Bu Ida. Virza melihat ke arah rumah itu dan membandingkannya. Setelah beberapa saat kemudian, Virza memilih rumah yang lebih baik keadaannya untuk pertama dia datangi.

Virza mencoba mengetuk berkali-kali rumah kos itu namun tidak ada yang menyahut atau membukakan pintu. Virza masih ingin bersabar untuk menunggu, dia berharap akan ada pemilik atau anak kos yang keluar masuk di rumah kos itu. Namun tidak ada yang berlalu lalang selama  menunggu 1 jam, akhirnya Virza merasa putus asa.

Terpaksa dia harus menuju yang kedua. Tempatnya tidak lebih baik dari rumah kos pertama yang dia datangi tadi. Sesaat dia memandangi rumah kos itu. Ternyata ada papan namanya. 

Related chapters

  • Rumah Kos Berhantu   5. Rumah Kos Murah

    Ketika sampai di depan Rumah Kos itu. ~ Rumah Kos 103 ~ Begitulah yang tertulis di papan itu. Lalu Virza melihat ke sekeliling rumah itu, ternyata tidak ada orang yang bisa dijadikannya untuk tempat bertanya. Virza memutuskan untuk duduk di teras rumah itu. "Hai, kamu cari siapa?" Tanya seseorang. Itu adalah suara seorang laki-laki. Virza menoleh ke kanan dan ke kiri namun tidak menemukan seorang pun. Sampai suara itu terdengar kembali. "Saya ada di atas ini, kamu lihat ke atas," kata suara laki-laki itu lagi. Mendengar itu Virza langsung menoleh ke arah atas. Dia melihat seorang Pemuda memakai kaos oblong dan celana pendek sambil menggosok-gosokan rambutnya dengan handuk. Virza tersenyum padanya. "Maaf Mas saya sedang cari tempat kos. Saya mau tanya ini tempat kos putra atau campuran?" Tanya Virza pada pemuda itu. "Kamu carinya tempat kos apa?" Pemuda berkaos oblong polos itu balas bertanya. "Tempat kos putra, Mas," jawab Virza. "Sebentar ya, saya turun ke bawah,

  • Rumah Kos Berhantu   6. Malam Pertama Jadi Anak Kos

    Baru saja Virza mengunci pintu rumahnya, dari balkon atas ada yang memanggilnya. "Virza, mau ke mana, Za?" Suara itu akrab di telinga Virza. Virza menoleh ke kanan dan ke kiri namun tidak melihat siapa-siapa. Virza langsung mendongakkan kepalanya mencari siapa yang memanggilnya. Ternyata Ajie yang memanggilnya. Seperti biasanya, Ajie berdiri di balkon rumah kos yang terbuka itu. "Eh, Mas Ajie ada di atas? Aku kira ada dibawah tadi. Aku mau cari makan dulu. Lapar nih, takut keburu malam. Mas Ajie mau ikut?" Tanya Virza beramah tamah. Ajie melihat ke arah belakang punggung Virza, kemudian dia tersenyum dan menggeleng. "Tidak ah, takut berubah gendut kalau makan malam. Aku udah naik lagi timbangannya ini. Ya sudah ya, kamu hati-hati di jalan," sahut Ajie. Ajie benar-benar sangat ramah pada Virza, membuat Virza merasa nyaman di hari pertamanya. Bahkan Virza merasa tidak sabar ingin bertemu yang lain saat mereka datang kembali. "Penghuni rumah kos ini ramah orangnya. Semoga para pen

  • Rumah Kos Berhantu   7. Virza Punya Teman dan … 'Teman'?

    Pemuda itu menoleh pada Virza dan dia tersenyum lagi. Virza langsung membalas senyumnya. "Kamu anak baru ya? Nama kamu siapa?" Pemuda itu menghentikan langkahnya sejenak, lalu dia mengulurkan tangannya pada Virza. "Namaku Andra," dia memperkenalkan dirinya saat jabatan tangannya disambut oleh Virza. "Namaku Virza Wardani, panggil aja Virza," sahut Virza sambil tersenyum. "..." Seketika suasana di antara mereka menjadi hening karena sibuk dengan pikirannya masing-masing. "Mas Andra cukup terkenal juga ya," Virza membuka pembicaraan. "Terkenal bagaimana? Emangnya kamu tahu aku?" tanya Andra tersenyum heran. "Eng … Enggak juga sih, hehehe," sahut Virza sambil tertawa dan menggelengkan kepalanya. Virza merasa pertanyaan dirinya sangat bodoh, mengapa dia menyebut kata T-E-R-K-E-N-A-L padahal dia sendiri tidak mengenalnya. Andra menghentikan langkahnya lagi dan memandang Virza dengan wajah bingung. "Terus, kenapa kamu bilang aku terkenal?" tanya Andra itu lagi. "Eng…" Vi

  • Rumah Kos Berhantu   8. Teman Yang Mana?

    Andra mendengus perlahan, sebenarnya perasaannya sangat kesal, tapi dia tetap ingin bersikap ramah pada Virza dipertemuan pertamanya ini. 'Waduh, masih muda sih tapi pelupa. Padahal belum lama loh. harus diingatkan lagi sepertinya,' Pikir Andra. "Begini Virza, sewaktu kamu mau beli makan, kamu lewat depan kos saya kan tadi?" Tanya Andra dengan sabar. Virza mengangguk. "Saya lihat kamu jalan berdua dengan seseorang, dia cewek sepertinya seusia dengan kamu, rambutnya panjang, sepinggang, pakai kaos putih dan celana panjang," Andra mencoba memberi tahu. Virza malah mengerutkan dahinya dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sambil mencerna yang dikatakan oleh Andra. "Mungkin dia kebetulan saja jalan bersamaku tadi, Mas. padahal bisa saja sebenarnya perempuan itu cuma lewat," Sahut Virza dengan polos. "Tidak mungkin, Virza. Ketika kamu menyapaku di depan rumah kos aku tadi, dia juga ikut berhenti bersamamu tepat di sampingmu dan tersenyum kepadaku." Andra memberi waktu kep

  • Rumah Kos Berhantu   9. Menginap di Kamar Ajie

    Ajie yang menyimak perkataan Andra, hanya mengangguk-angguk dan sesekali memakan gorengan yang di beli Andra. Sedangkan Virza hanya tertegun mendengar apa yang mereka katakan. "Mari kita luruskan, memangnya temannya Virza yang kamu lihat itu seperti apa? Perempuan atau laki-laki?" tanya Ajie serius. Virza ikut memandang ke arah Andra dengan serius. "Perempuan," sahut Andra. Kemudian Andra menyebutkan ciri-ciri perempuan yang diduganya adalah temannya Virza. "Persis sama dengan yang aku lihat, hanya saja aku tidak ingat bawahan yang dipakainya," sahut Ajie sambil menepuk lengan Andra. Virza masih tertegun saat menyimak pembicaraan keduanya itu. "Masak sih kamu tidak melihatnya?" tanya Andra dan Ajie hampir bersamaan. Virza hanya menggelengkan kepalanya. Virza memikirkan sambil membayangkan ciri-ciri perempuan itu. ‘Seperti pernah tau, tapi dimana ya? Siapa dia ya?' pikir Virza. "Mungkin dia kelelahan, Ndra. Kan dia juga baru sampai hari ini, kita malah sudah membuatnya bingung,

  • Rumah Kos Berhantu   10. Sosok Apa Itu?

    Setelah Virza menunggu beberapa saat. "Sepertinya Mas Ajie masih lama di toilet. Aku akan ke kamarku dulu sebentar saja kalau begitu," akhirnya Virza memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Namun saat Virza akan keluar dia berpapasan dengan Ajie. Ajie merasa keheranan mendapati Virza keluar dari dalam kamarnya. 'Waduh, Mas Ajie pasti ingin bertanya bahwa aku akan pergi ke mana,' pikir Virza. “Sebentar ya Mas, aku mau ambil bantal dulu," kata Virza terburu-buru. Dia mengabaikan wajah Ajie yang kebingungan. “Loh sejak kapan kamu berada di dalam kamarku?" Tegur Ajie kebingungan. Tapi Virza tidak terlalu mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Ajie. Virza langsung masuk ke dalam kamarnya. Saat di dalam kamarnya, Virza malah sibuk mengingat-ingat barang apa saja yang akan dibawanya ke kamar Ajie. Mulai dari bantal, guling, sleeping bag, ponsel, hmm… bawa apalagi ya?" Gumamnya. Tiba-tiba Virza teringat pakaian yang dikenakan Ajie saat berpapasan tadi. "Mas Ajie tadi pakai pak

  • Rumah Kos Berhantu   11. Malam Panjang Menegangkan

    Ajie segera mengambil kertas dan pulpen didekatnya. Dia menuliskan sesuatu, lalu diberikan kepada Virza.“Please, kamu baca dalam hati saja ya,” Ajie berpesan sebelum memberikan selembar kertas itu kepada Virza. Virza mengangguk.‘Jangan menyebut kata TAKUT atau menunjukkan kalau kita TAKUT di waktu malam hari. Karena dia bisa mendengarnya, dan dia akan menakutimu,’Begitu yang tertulis di kertas itu.Ajie sangat tahu, pasti banyak pertanyaan di kepala Virza yang ingin ditanyakan kepada Ajie. Seperti halnya saat dia menjadi

  • Rumah Kos Berhantu   12. Tidak Bisa Tidur

    Ajie segera mengambil telepon genggamnya dan kembali mengirim pesan kepada Andra. Ajie : Kamu sudah di depan rumah kosku, kan? Andra : Iya sudah. Kamu ngapain sih pakai kirim pesan segala. Katanya aku disuruh datang, tapi kenapa kamu tidak menunggu aku di depan rumah? Kalau ketangkap sama petugas keamanan kampung bisa bahaya ini. Ajie : Andra, kamu ke jendela kamarku deh, aku kasih kamu kunci pintu depan. Andra : Tunggu, kenapa malah akan memberikan kunci kepadaku? Apa ada orang yang masuk ke dalam rumah? Ajie : Sepertinya iya. Andra : Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu, aku akan bawa temanku, dan juga beberapa alat untuk membela diri. Kamu dan Virza tetap tenang di kamar, jadikan apa saja yang ada di kamar untuk alat bela diri. Ajie : Oke, Ndra. Terima kasih ya. 10 menit kemudian Andra datang bersama kedua temannya, Dewa dan Sugeng. Mereka membawa beberapa tongkat kayu. Sementara itu, Virza dan Ajie tidak lagi mendengar suara orang yang berjalan mondar-mandir di depan

Latest chapter

  • Rumah Kos Berhantu   29. Rumor Seram

    Jaya dan yang lainnya tampak meringis saat dimintai penjelasan oleh Virza tentang sikap mereka.“Wah, ada apa ini? Mengapa sikap kalian seperti itu?” tanya Virza lagi menatap satu per satu orang yang ada di sana, termasuk penjual warung makan.Penjaga warung makan pun berpaling dari Virza. Dia seperti tidak ingin ikut campur dalam pembicaraan antara Jaya dan Virza. Sementara yang lain ikut bersikap sama, mereka malah memunggungi Virza dan melanjutkan makan.Virza gelisah karena ada di situasi yang canggung, dia merasa benar-benar asing di tempat yang baru pertama kali dia kunjungi. Namun Virza tidak mau menyerah, dia terus menatap pada Jaya, menuntut penjelasan yang sudah membuatnya penasaran.“Ehm, memangnya sudah berapa lama kamu tinggal di rumah kos itu?” tanya Jaya sambil berpindah tempat duduk ke dekat Virza.“Hampir 6 bulan,” sahut Virza ragu. Jaya menatap kedua mata Virza dengan saksama. Virza tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Jaya, namun dia yakin ada sesuatu yang penting in

  • Rumah Kos Berhantu   28. Berdamai

    # Esok hari.“Za, Za, bangun.” Seseorang membangunkan Virza yang tertidur di teras depan rumah kos.Virza terbangun dari tidurnya sambil menggeliat. Dia menyipitkan matanya menatap orang yang baru saja membangunkannya dari tidur. Cahaya matahari membuatnya tidak mampu membuka lebar kelopak matanya.“Mas Delta?” Virza bergumam sambil menggosok-gosok matanya.Delta duduk di samping Virza yang menatapnya heran.“Kenapa menatapku seperti itu?” tanya Delta bingung. Virza menggelengkan kepala.Tiba-tiba Roy sudah berada di hadapan Virza dan Delta sambil tersenyum. “Kita ke kampus yuk, ada yang mau aku bicarakan dengan kalian,” ujar Roy.“Aku tidak ada kelas hari ini. Bagaimana kalau kita bicara disini saja?” Delta memberikan penawaran.“Tidak bisa. Aku tidak ingin membicarakannya disini. Bagaimana denganmu, Virza? Apakah kamu bisa ikut denganku ke kampus?” sahut Roy. Virza langsung mengerti tujuan Roy, dia mengangguk setuju. Akhirnya Delta pun mengikuti mereka setelah Virza selesai mandi

  • Rumah Kos Berhantu   27. Sosok di Kamar Delta

    Roy dan Ajie tidak berbuat apa-apa, karena mereka sudah kelelahan menghadapi tingkah Virza yang sebelumnya. “Mas, aku…” Ajie tidak meneruskan kalimatnya karena Roy melarang. ‘Aku takut,’ batin Ajie. Sepanjang malam itu Ajie dan Roy terus berdoa. Akhirnya, mereka melalui malam panjang itu hingga pagi menjelang. Tanpa disadari, Ajie dan Roy tertidur karena kelelahan. Virza terbangun dan seperti tidak terjadi apa-apa. Dia merasa bingung karena kedua temannya duduk sambil tertidur mendampinginya. Virza merasa sakit di sekujur tubuh sehingga dia harus berusaha keras untuk bangkit dari tempat tidur itu. Dengan perlahan dia membantu kedua temannya berbaring berdampingan. “Mereka akan merasakan sakit juga di sekujur tubuhnya kalau tertidur dengan cara begini,” kata Virza sambil merebahkan mereka. Diam-diam Virza keluar dari kamar Roy. Tiba-tiba bulu kuduk di sekujur tubuhnya merinding saat keluar kamar dan menatap lorong itu. Padahal, letak tangga berada di ujung lorong itu. Ada ras

  • Rumah Kos Berhantu   26. Kerasukan

    Ajie menghembuskan nafas panjang. Dia merasa lega karena ternyata Roy yang berada di depan pintu. Dia melihat sosok Roy yang rambut serta pakaiannya dalam keadaan basah.‘Tapi, mengapa diam dan tertunduk saja? Mengapa dia tidak memanggilku?’ pikir Ajie. ‘Ah, sudahlah! Aku berpikir terlalu berlebihan. Normal saja dia dalam keadaan basah begitu setelah berwudhu,’ pikir Ajie sambil menepis pikiran yang sebelumnya.Kemudian dia segera membuka pintu kamar mengingat waktunya yang sudah tinggal sedikit lagi. Ketika pintu dibuka, Roy segera masuk ke dalam kamar dan berdiri menatap Virza yang masih terbaring dan memejamkan mata.“Mas, waktunya tinggal sedikit lagi. Cepatlah! Sebelum masuk Isya,” Ajie mengingatkan Roy sambil memberikan sarung setelah membantunya menggelar sajadah di lantai. Tapi Roy hanya terdiam dan menerima sarung itu. Ajie terus melawan perasaan-perasaan yang menurutnya ada yang aneh dengan sikap Roy. Dia menepis dugaan pada Roy.Ajie menyingkir dari hadapan Roy dan memili

  • Rumah Kos Berhantu   25. Pantangan Selepas Petang

    “Brug!” Roy segera menarik Virza, karena terburu-buru, Roy menariknya hingga terjatuh ke lantai. Mereka berdua tersungkur.Namun Virza langsung bangun kembali dan mencoba membuka pintu. Dia seperti sedang dikendalikan oleh sesuatu. Melihat itu, Roy segera bangkit dan meraih tangan Virza dengan susah payah.‘Dia seperti terpengaruh dengan suara itu,’ pikir Roy.“Aku mau buka pintu, ada temanku diluar!” Virza menghardik Roy karena dirinya merasa terganggu dengan Roy yang selalu menghalanginya. Matanya terbuka lebar dan menatap marah pada Roy, bahkan Virza sempat menggeram ke arah Roy, membuat Roy semakin yakin bahwa Virza sedang dikuasai oleh sesuatu meskipun keadaannya setengah sadar.“Dia bukan temanmu, Za!” Roy memperingatkan. Tangannya terus ditepis oleh Virza ketika berusaha menggenggamnya, sehingga tangan mereka tampak seperti sedang saling memukul.Roy memutuskan untuk bertindak lebih kasar dan mendekap Virza.“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!” Roy berseru di telinga Vi

  • Rumah Kos Berhantu   24. Kita Sebut Saja “G" (Teror Sore Hari)

    “Kamu kenapa, Za? Jangan bikin orang panik!” Roy meninggikan suaranya agar Virza segera sadar. Roy langsung berinisiatif untuk menutup pintu kamarnya dan mendorong Virza agar segera duduk di atas tempat tidurnya. Perlahan tatapan mata Virza pun berubah normal kembali, meskipun masih ada sisa-sisa ketakutan yang tertinggal. Setelah kondisi Virza tampak normal kembali, Roy mulai mengajaknya berbicara. “Ada apa? Mengapa kamu seperti itu tadi? Apakah kamu melihat sesuatu lagi?” desak Roy sambil duduk di samping Virza. “ Apakah mas Roy pergi untuk menonton televisi setelah Mas Roy mandi tadi?” Virza malah balik bertanya. Roy menggelengkan kepala. Virza terdengar mendengus. ‘Ah, pasti aku melihat hal lain lagi nih!’ batin Virza. “Kamu melihat sesuatu di ruang nonton televisi ya?” tanya Roy dengan nada rendah. Virza menundukkan kepala. Dia malah mengingat hal lain. Ternyata Virza menyadari, bahwa di sisi kiri kamar Roy tidak ada kamar lagi. Di Sisi kiri kamar Roy hanya terdapat sebua

  • Rumah Kos Berhantu   23. Terlambat Menyadari

    Roy mengedarkan pandangannya ke dalam ruang tamu itu, karena penasaran dengan sikap Virza yang tampak kebingungan.“Mencari apa?” tanya Roy sambil mengerutkan dahinya.“Aku mencari … ah sudahlah!” Virza tampak bingung. Kemudian dia membuka pintu kamarnya karena mengira ibunya sudah masuk dalam kamar tanpa dia ketahui. Virza mengabaikan perkataan Roy, yang mengatakan bahwa keluarganya sudah diantar ke stasiun.Saat Virza membuka pintu kamarnya.K O S O N G !Tidak ada satupun orang disana.Virza berdiri, tertegun. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia masih yakin bahwa dia melihat bayangan ayah dan adiknya yang terus bergerak di dalam kamarnya. Virza yakin bahwa dirinya tidak salah lihat.Roy menepuk pundak Virza. Dia seperti mengetahui apa yang Virza alami.“Sebaiknya kita duduk dulu,” Roy menekan cengkeramannya agar Virza tetap tersadar dan mengikuti ajakannya untuk duduk. Dan itu berhasil.Virza duduk di kursi tamu masih dalam keadaan tertegun. Dia masih belum bisa mence

  • Rumah Kos Berhantu   22. Ada yang Mengikuti Virza

    Roy sudah berdiri di belakang mereka. Kedua matanya memancarkan kecemasan. “Kemari, nak," panggil Dedy sambil menepuk-nepuk lantai di sampingnya. Vina dan Farel langsung bergeser duduknya, untuk memberikan ruang kepada Roy agar bisa duduk dekat Dedy. Roy mengangguk hormat kepada Dedy dan Vina. “Ada apa nak Roy?" tanya Dedy, setelah Roy duduk disampingnya. “Begini, Pak. Ada yang ingin saya sampaikan kepada Bapak, tentang Virza," kata Roy membuka pembicaraannya. “Ada apa dengan Virza? jangan takut ya untuk menyampaikannya, karena apapun yang kamu sampaikan bisa saja itu sangat penting buat kami," kata Vina dengan merendahkan suaranya. Dia tidak ingin Virza mendengarkan pembicaraan mereka. “Ayah, Ibu. Virza pamit mau ke kampus sebentar," Tiba-tiba Virza muncul di belakang mereka dengan berpenampilan rapi. Mereka langsung menoleh ke arah Virza dengan tatapan heran. “Bukannya hari ini libur, kak?" tanya Farel. “Ada buku yang harus dikembalikan hari ini, sekalian ada janji dengan tem

  • Rumah Kos Berhantu   21. Virza Harus Tahu

    Setelah Vina mengetahui bahwa semalam bukan Virza yang dilihatnya, Vina mengajak diskusi suaminya tentang firasat buruknya.“Mungkin memang sudah saatnya dia mengetahui yang sebenarnya. Sehingga kedepannya, dia dapat mengatasi gangguan itu sendiri,” ujar Dedy menanggapi kegelisahan Vina. Tidak memberitahukan tentang kejadian yang menimpa Virza malam itu di tempat kerjanya pada Vina adalah hal yang tepat, menurut Dedy sebagai suaminya. Karena, tentang ‘tamu’ yang menyerupai Virza saja sudah membuat Vina terus merasa gelisah dan cemas. “Kapan kita akan menyampaikannya? Apakah itu tidak akan mengganggu kuliahnya?” tanya Vina.“Mengganggu bagaimana?” Dedy mengerutkan dahinya.“Bisa jadi, setelah kita memberitahukan kepadanya, ini akan menambahkan beban pikirannya. Apakah itu tidak mengganggu namanya?” ujar Vina.“Baiklah, kita akan mencari waktu saat dia luang saja. Setahu Ayah kalau tidak salah selain hari ini, pada hari Sabtu dan Minggu, Virza juga libur,” sahut Dedy. Dia menunggu unt

DMCA.com Protection Status