Share

Pt. 22 : Beasiswa ke Jerman?

Apa aku memang se egois itu? Tapi aku juga belum siap jika harus berhadapan dengan mereka semua. Seribet itu pemikiranku. Aku bahkan tidak bisa tidur malam ini, rasa kantukku lenyap seiring memikirkan Fatira dan Manda. Aku mengambil ponselku, mencari nama Silvi. 

Tuuuuuuuttttt....

Tuuuuuuutttt....

Tuuuuuuuuutttt...

Nada sambung panggilan menguar sepenjuru kamar, sudah pasti ku loudspeaker, tak peduli nanti bapak ibuku mendengarnya. Aku sudah pusing dengan kenyataan ini. 

"Hallo..." suara serak Silvi menyapaku, baru juga jam 10. Tumben udah tidur? 

"Bangun tidur?" selorohku dan dia terkekeh sesaat. 

"Aku capek Ra."

"Habis ngapain emang?" 

"Maraton ke rumah sakit," 

"Siapa yang sakit?" 

"Nggak ada."

"Lha terus?"

"Fatira pengen bakso kadipolo..." 

Hening.

"Apa Fatira sering ngidam?" tanyaku sedikit merasa bersalah.

"Nggak juga, tapi kayaknya emang sengaja nggak minta kalau nggak pengen banget..." sa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status